Mohon tunggu...
Dina Setyoningsih
Dina Setyoningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Di sini, saya berbagi pandangan, wawasan, dan informasi seputar dunia pendidikan, teknologi, dan isu-isu terkini yang mempengaruhi kehidupan kita. Saya percaya bahwa dengan terus belajar dan berdiskusi tentang topik-topik penting ini, kita bisa beradaptasi dengan cepat dan berpikir kritis dalam menghadapi perubahan zaman. Bergabunglah dengan saya untuk berdiskusi lebih lanjut dalam perjalanan ini untuk menjelajahi cara-cara inovatif dalam pendidikan dan dampak teknologi pada kehidupan kita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Muda di Ambang Krisis Identitas Nasional: Peran Pendidikan dalam Menjaga Warisan Budaya

24 Desember 2024   12:06 Diperbarui: 24 Desember 2024   12:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tantangan serta ancaman eksternal juga dapat memberikan dampak yang besar (Alfiana & Najicha, 2022). Generasi muda yang lebih terpapar pada konten digital cenderung lebih terhubung dengan dunia luar daripada dengan budaya mereka sendiri. Sebuah studi oleh UNESCO, (2015) mengungkapkan bahwa digitalisasi dan globalisasi dapat menyebabkan terjadinya homogenisasi budaya, di mana budaya-budaya lokal dan tradisional semakin terpinggirkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi negara dan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menjaga warisan budaya dan memperkenalkan generasi muda pada nilai-nilai luhur bangsa.

Untuk mengatasi berbagai tantangan, ancaman dan permasalahan diatas dapat dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai sektor yang sangat penting dalam memperkuat identitas nasional melalui transfer of knowledge nilai-nilai kemajemukan dan pelestarian budaya bangsa secara komprehensif dan holistic (Setiarsih, 2016). Peran pendidikan dalam mengatasi krisis identitas nasional ini menjadi sangat penting. Pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter dan penguatan identitas budaya dapat menjadi langkah strategis dalam menghadapi krisis ini.

            Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, membentuk watak, etika, dan moralitas bangsa, serta menciptakan persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kebersamaan dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendekatan yang dapat diterapkan meliputi pendidikan multikultural, yang menekankan penghargaan terhadap keberagaman budaya dan nilai-nilai toleransi, serta pendidikan kewarganegaraan, yang bertujuan menanamkan rasa cinta tanah air, kesadaran konstitusional, dan tanggung jawab sebagai warga negara. Maka diskusi mengenai peran pendidikan dalam menjaga warisan budaya adalah bagian dari salah satu upaya untuk mengatasi generasi muda diambang krisis identitas nasional.

METODE PENELITIAN 

Penelitian dalam artikel ini adalah jenis penelitian kepustakaan, yang dikenal sebagai library research. Penelitian ini dimulai dari merumuskan masalah, menentukan fokus penelitian, dan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang tersedia, seperti buku, jurnal, artikel, situs web, dan materi pendukung lain yang dapat diakses secara daring. Menurut Sugiyono (2016), studi literatur atau tinjauan pustaka adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tertulis yang relevan dengan topik penelitian. Sumber-sumber tersebut bisa berupa buku, jurnal, artikel, makalah, laporan penelitian, dan lain-lain. Tujuan dari studi literatur adalah untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, menemukan informasi yang relevan, menganalisis teori yang berkaitan dengan topik penelitian, serta memperdalam pemahaman mengenai topik yang diteliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Krisis Identitas Nasional

Identitas nasional merupakan konsep yang mendalam dan penting dalam setiap masyarakat, yang mencakup segala elemen yang menjadi ciri khas dan pembeda suatu bangsa dari bangsa lainnya. Identitas nasional adalah karakteristik atau tanda khas yang menjadi ciri suatu bangsa, sehingga membedakannya dari bangsa lain. Seperti halnya negara-negara lain, Indonesia juga memiliki identitas nasional yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk memastikan keutuhan bangsa tetap terpelihara (Alfiana & Najicha, 2022). Pentingnya melestarikan identitas nasional Indonesia tidak hanya terkait dengan upaya untuk mempertahankan keberagaman budaya, tetapi juga untuk memperkuat rasa persatuan di tengah perbedaan. Di sisi lain, pada era globalisasi yang semakin maju, identitas nasional Indonesia berisiko tergerus oleh budaya global yang bersifat seragam.

Kurangnya pemahaman dan kesadaran generasi muda Indonesia terhadap identitas nasional dapat menyebabkan terjadinya krisis identitas. Krisis identitas ini merupakan masalah serius yang mengkhawatirkan, karena dapat membuat generasi muda kurang peduli dan menurunnya rasa cinta terhadap tanah air (Ritonga dkk., 2022). Generasi muda, yang seharusnya menjadi penerus bangsa, sering kali terpapar oleh budaya asing melalui globalisasi, baik melalui media sosial, internet, maupun budaya populer global. Selain itu, Pendidikan yang kurang menekankan pada pembelajaran tentang identitas nasional dan kebudayaan lokal menyebabkan generasi muda tidak menyadari pentingnya mempertahankan warisan budaya dan nilai-nilai kebangsaan.

Penggunaan teknologi informasi dan media sosial dalam kehidupan sehari-hari memang memberikan banyak manfaat. Namun, di balik itu, teknologi juga dapat mempercepat masuknya pengaruh budaya asing yang tidak terfilter, yang berpotensi mengurangi apresiasi terhadap budaya lokal. Krisis identitas nasional adalah situasi ketidakstabilan sosial yang disebabkan oleh nasionalisme etnis yang dapat mengarah pada kelemahan kebudayaan dan mengancam kesatuan bangsa serta negara (Dewi dkk., 2023). Dalam konteks ini, krisis identitas nasional semakin terasa, terutama di kalangan generasi muda yang saat ini berada di ambang permasalahan tersebut.

Kehadiran globalisasi ditengah-tengah masyarakat dapat memberikan dampak negatif apabila tidak dapat disikapi dengan bijak. Dampak negatif dari globalisasi adalah munculnya tantangan terhadap identitas nasional Indonesia. Beberapa tantangan terhadap identitas nasional Indonesia seperti :

  • Gaya hidup yang lebih bersifat individualistic. Hal ini disebabkan karena masyarakat semakin fokus pada kepentingan pribadi sehingga mengurangi rasa kebersamaan dan gotong-royong yang menjadi salah satu nilai utama dalam budaya Indonesia. Akibatnya sikap gotong royong mulai memudar yang mencerminkan bahwa penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila belum sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Hedonism. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan bahwa hedonism merupakan pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Sikap ini memiliki kecenderungan untuk mengejar kesenangan material dan konsumtif tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan sosial yang lebih mendalam, yang dapat mengaburkan prioritas budaya nasional. Keberadaan hedonism ini dapat dilihat dari munculnya café, restoran cepat saji, mall dan lain-lain (Aulia dkk., 2021).
  • Eksklusifisme, Adanya kecenderungan untuk menutup diri terhadap perbedaan, yang dapat memperburuk hubungan antar kelompok dalam masyarakat yang multikultural seperti Indonesia. Sikap ini mengarah pada pembentukan kelompok-kelompok tertutup yang enggan menerima atau menghargai keberagaman budaya, agama, dan etnis.
  • Memudarnya rasa nasionalisme dan patriotism. Semakin berkurangnya rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap identitas bangsa, yang berdampak pada lemahnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Contoh dari hal ini adalah kecenderungan masyarakat yang lebih bangga dan lebih memilih menggunakan produk asing daripada produk dalam negeri. Terlebih lagi, dominasi produk luar negeri di pasar Indonesia, seperti pakaian, makanan, dan teknologi, semakin memperkuat tren ini. Selain itu, contoh lainnya adalah ketika seseorang merasa lebih bangga terhadap budaya asing daripada budaya sendiri (Aulia dkk., 2021).
  • Kesantunan yang kurang. Nilai-nilai kesopanan dan penghormatan terhadap orang lain semakin terabaikan, yang dapat merusak harmoni sosial dan tata krama yang telah lama menjadi bagian dari budaya Indonesia. Hal ini semakin terlihat pada generasi muda saat ini, yang sering kali terpapar oleh budaya asing melalui media sosial dan internet, yang cenderung lebih menekankan kebebasan pribadi tanpa memperhatikan norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat. Sikap kurang menghargai orang lain, berbicara atau bertindak tanpa memperhatikan etika, serta kecenderungan untuk lebih mementingkan diri sendiri dapat mengancam keharmonisan sosial.
  • Masih banyak tantangan dan ancaman yang timbul akibat globalisasi terhadap identitas nasional. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Sebagai warga negara seharusnya bisa mengetahui, mengenal, memahami, dan menjaga identitas nasional yang telah dibangun dari perjuangan dengan waktu sangat panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun