Aku ingin seorang pria yang menyuapiku coklat
Bukan cincin emas atau tanah milik kerajaan
Hanya seorang pria dengan pesona dan coklat yang tersisa
Yang membisikkan dosa-dosa manis di udara malam
Dengan saku seringan angin di hari terang
Kami menari dalam mimpi dan berbagi kunci yang rusak
Janjinya kaya, meski dompetnya tidak
Cinta kami dibangun di atas rasa lapar, dan pemikiran berbentuk nougat kacang
Dia berlutut dengan sebatang coklat bergambar ayam, yang akan menentukan masa depan
"Menikahlah denganku sekarang, sebelum terlambat!" katanya
Aku yang merasakan kebahagiaan, menjawab, "Ya, sayang"
Tanpa sadar bahwa masalah sedang mengintai
Selama berminggu-minggu kami berpesta gula
Kemiskinan kami ditutupi oleh ciuman rasa vanilla
Tapi skema yang dibuat lebih gelap dari kopi hitam
Dan segera datanglah palu, hukum, dan hakim di pengadilan
“Sayangku,” serunya, “aku melakukannya untuk kita. Ini adalah kejahatan untuk bertahan hidup. Maafkan aku, tapi akan membayarnya tepat waktu dengan coklat, bisikan, dan kejahatan kecil lainnya.”
Di penjara dia digulung waktu
Terkurung jeruji dingin dan bau
Tidak ada coklat untuk menyuapku
Tidak ada karamel yang dikunyah sampai gigi ngilu, dan impianku meringkuk pilu
Ketika kebebasan diberikan, dia pulang ke pelukanku
Namun dunia saat ini berliku-liku
Dan dia berjalan di jalanan buntu
Orang-orang tak mengenalnya dan berlalu
Kini dia menjadi pengangguran, dengan hutang yang tak kunjung berkurang
Namun matanya masih berbinar seperti bola-bola coklat
Dan di sinilah kita sekarang, lebih miskin dari debu dan arang
Terikat oleh kepercayaan yang pahitnya pekat
Tahun-tahun berlalu seperti kulit kayu yang rapuh
Dia masih menyuapku dengan cinta saat malam meluruh
Dan ketika aku bertanya, “Maukah kamu menyuapiku lagi, Sayang?”
Dia menyeringai dan berkata, “Cokelat menyembunyikan setiap dosa.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H