Mohon tunggu...
Dinar Febri Budiman
Dinar Febri Budiman Mohon Tunggu... Sales - Aku tak pernah mencela hujan karena yang ku harap reda itu kecewamu

Spritual, filsafat dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hadir di Titik Nadir

21 Juni 2022   00:21 Diperbarui: 21 Juni 2022   00:32 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mobile.twitter.com/nuraenieaswari

Kamu memang bukan peri yang menghampiriku dengan sayap

tapi mendekat dengan kepedulian pada diriku

Aku manusia pincang harapan.


Kamu meraba rasa sakit ini untuk dipahami atas apa yang aku alami.

Air matamu turun lebih dulu daripada aku yang justru membekukan tangis.

Kata-kata seakan telipat pada bibirku saat di hadapanmu, dan aku begitu kelu.

Dirimu selembut tetes gerimis saat turun mengaliri kemaraunya jiwa ini.


Bunga-bunga itu akan merunduk karena kamu memiliki kecantikan dari dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun