Mohon tunggu...
Dinara Verga
Dinara Verga Mohon Tunggu... Freelancer - self love is the best love.

beauty begins the moment you decided to be yourself. -Coco Chanel

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sawah Kupu-Kupu

25 November 2018   15:08 Diperbarui: 25 November 2018   15:20 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menyuruh Mang Udin untuk mengantarkanku ke Sawah Kupu-Kupu. Lalu Mang Udin pergi dan aku berjalan ke tengah-tengah Sawah Kupu-Kupu. Dan aku terdiam lalu menjatuhkan capingku karena aku terkejut. Padi yang sudah kutanam selama 3 bulan bukannya memanen tapi malah padiku terkena penyakit Tungro. Aku bersujud dan menangis. Hari ini benar-benar kacau. Sampai aku menangis terisak-isak sambil menggumamkan kata-kata "Kakek, kembalilah. Aku kangen". Lalu aku menutup mata dan memori yang sudah lama itu kembali lagi.

Kejadian menyakitkan ini terjadi 1 tahun lalu. Saat itu aku sedang berada dalam kelas, pelajaran seni menggambar waktu itu. Aku sedang menggambar Sawah Kupu-Kupu di kanvas besar. Aku juga menggambar kakek dan aku yang sedang memanen. Kemaren adalah hari yang bahagia karena kami baru saja memanen padi hasil jerih payah kakek dan aku. Rasanya sangat bahagia.

Tiba-tiba seorang guru memasuki kelas dan memanggilku. Aku mengikutinya sampai ke depan kelas. Di situ berdiri mama dan papaku. Lalu aku bertanya.

"Mama? Papa? Kenapa? Tumben banget pulang terus ketemu aku."

"Nak mama harus mengurusi kematian kakek. Kakek meninggal 1 jam yang lalu."

"Mama gak usah ngaco deh. Aku tau mama bohong kan?"

"Mama berharap mama berbohong nak. Tapi nyatanya tidak."

"GAK MUNGKIN."

Aku pun berlari dengan sangat kencang sambil berpikir kalau hal ini tidak mungkin terjadi. Aku berlari sambil menangis terisak-isak. Aku keluar dari sekolahku dan menaiki angkot. Aku memintanya untuk menurunkanku di Sawah Kupu-Kupu. Aku menangis dan terus menangis.

Saat itu aku menangis dan kecewa. Menangis karena Sawah Kupu-Kupu takkan lagi sama tanpa kakek. Kecewa karena kakek meninggalkanku tanpa aku bisa mengucapkan selamat tinggal dan kecewa karena kakek tak akan lagi bisa bersamaku. Aku rindu kakek yang selalu ada di sisiku dan mampu membuatku bahagia karena perilakunya yang lucu dan seru.

Namun aku bahagia karena kakek sudah mengenalkanku pada Sawah Kupu-Kupu. Hal yang tidak bisa membuatku pergi meninggalkan Sawah Kupu-Kupu yakni karena ketika aku kesana dan menanam padi. Aku selalu merasakan kehadiran kakek bersamaku. Dan perasaanku akan menjadi damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun