Mohon tunggu...
Dinar Meidiana
Dinar Meidiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sekaligus reporter

Suka menulis dan pernah menulis buku Manusia Bersandiwara bersama Toto Rahardjo (Pendiri Sekolah Sanggar Anak Alam, Yogyakarta).

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Marketing Politik dan Hiruk-Pikuk Dunia Maya

21 Juli 2023   22:45 Diperbarui: 21 Juli 2023   22:51 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Permasalahannya adalah buzzer politik dalam melakukan tugas untuk meningkatkan citra positif partai politik dan bakal calon presiden menggunakan cara saling sikut, serang, debat, dan senggol bacok. Hiruk-pikuk media massa dipenuhi oleh akun palsu (fake account) yang tidak dapat mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya.

Anehnya masalahnya tidak menjadi masalah serius, karena buktinya meskipun masyarakat terbelah akibat buzzer politik, tidak ada tuh aturan tegas yang bisa menghentikannya. Kalau begini perkataan Rocky Gerung tentang buzzer asalnya dari negara bisa divalidasi bukan?

Baiknya partai politik dan bakal calon presiden tidak hanya fokus bersaing di media massa yang hanya membentuk hubungan jangka pendek dengan masyarakat, melainkan hubungan jangka panjang. Fenomena ini juga kerap terjadi menjelang tahun politik. Bahkan ada istilah yang menyebut tahun ini sebagai tahun kebaikan.

Apalagi kalau bukan untuk mencari simpati agar mendapat timbal balik berupa 'suara' pada kompetisi politik nanti? Para sosok bakal calon tiba-tiba gemar mengenakan peci, sarung, sorban, dan mengaji di berbagai forum pengajian. Tiba-tiba juga gemar bertanya, "Bapak-bapak dan ibu-ibu butuh apa?" katanya.

Bukan masalah menjadi sosok yang digemari masyarakat. Namun yang menjadi masalah adalah ketika tampilan luar tidak sejalan dengan yang dilakukan saat berhasil menduduki kursi jabatan. Mendekati masa kampanye, para bakal calon pemimpin negara bahkan juga termasuk bakal calon perwakilan rakyat menampilkan wajah-wajah suci penuh kebijaksanaan dan kebajikan disertai sisi humor hangat yang dekat dengan rakyat.

Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan eksploitatif yang hanya memanfaatkan masyarakat pada momen pemilihan saja. Model ini disebut Prof. Firmanzah sebagai model masa lalu yang harus dilupakan dan mulai dengan menjalin hubungan jangka panjang. Alasannya karena partai politik dan masyarakat akan berdampingan selama satu periode kepengurusan. Dalam hubungan jangka panjang, masyarakat perlu dilibatkan dalam kerja-kerja strategis dan teknis.

Hubungan jangka panjang akan membuahkan citra dan reputasi yang sangat baik di mata masyarakat sehingga akan membantu partai politik menemukan kepastian saat jelang pemilu berikutnya. 

Dalam istilan bisnis, tujuan utama marketing adalah mendapatkan konsumen yang loyal yaitu konsumen yang akan kembali membeli produknya ketika sudah merasa puas dengan pembelian pertama atau repeat order.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun