Mohon tunggu...
Dina Purnama Sari
Dina Purnama Sari Mohon Tunggu... Dosen -

There is something about Dina... The lovely one...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meet Up With Kupu-Kupu: Mager...

24 Agustus 2016   09:57 Diperbarui: 7 September 2016   00:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang senja di Stasiun Kereta Api Manggarai, Jakarta.

"Lagi tunggu kereta, ya, Mbak?" sapa seseorang.

Kuangkat wajah lalu tersenyum ramah. "Iya. Kereta ke Tanah Abang, mau ke Sudimara. Mbak sendiri?" 

"Kurang lebih sama, Mbak tapi nanti kita berpisah di Sudimara atau mungkin hanya di Sudirman karena saya melanjutkan perjalanan ke Parung Panjang karena saya janji mau pulang bareng dengan kekasih untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Tanah Abang. Saya janji pulang bareng dengan kekasih saya di Sudirman. Dia itu tampan, Mbak. Tampannya kebangetan. Ya, level kegantengan mirip aktor laga zaman dahulu, Barry Prima. Bedanya, dia punya lesung pipit. Kadang, kami pulang bareng selepas pulang kantor. Ya, seperti saat ini. Mbak juga pulang kantor, ya?"

"Nggak, lagi libur bekerja. Jadi, hari ini saya ke perpustakaan UNJ lalu biar cepat tiba di rumah, pulang dengan kereta api saja karena lebih cepat dibandingkan bus atau angkot." ucap saya tersenyum manis lalu membuka bungkus roti cokelat. "Mau?" tawar saya. Perempuan itu menggeleng.

"Kayaknya, saya pernah bertemu Mbak, deh. Mmm, tapi dimana, ya?"

Aku angkat bahu. "Mungkin, di kendaraan umum atau di pameran buku." jawab saya datar. Pelan, saya menggigit roti cokelat dan mengunyahnya.

Sementara itu, perempuan di sebelahku bercerita banyak hal dan aku menyimak dengan seksama. Ramai dan heboh. 

Santai. Usai roti cokelat ludes, selanjutnya air mineral kemasan berukuran 600ml mengaliri tenggorokanku hingga tersisa setengahnya.

Perempuan di sebelahku menatapku takjub. "Kayaknya, Mbak haus, ya?"

Aku tergelak. "'Gak juga, entahlah, tahu-tahu haus saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun