Menjelang senja di Stasiun Kereta Api Manggarai, Jakarta.
"Lagi tunggu kereta, ya, Mbak?" sapa seseorang.
Kuangkat wajah lalu tersenyum ramah. "Iya. Kereta ke Tanah Abang, mau ke Sudimara. Mbak sendiri?"Â
"Kurang lebih sama, Mbak tapi nanti kita berpisah di Sudimara atau mungkin hanya di Sudirman karena saya melanjutkan perjalanan ke Parung Panjang karena saya janji mau pulang bareng dengan kekasih untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Tanah Abang. Saya janji pulang bareng dengan kekasih saya di Sudirman. Dia itu tampan, Mbak. Tampannya kebangetan. Ya, level kegantengan mirip aktor laga zaman dahulu, Barry Prima. Bedanya, dia punya lesung pipit. Kadang, kami pulang bareng selepas pulang kantor. Ya, seperti saat ini. Mbak juga pulang kantor, ya?"
"Nggak, lagi libur bekerja. Jadi, hari ini saya ke perpustakaan UNJ lalu biar cepat tiba di rumah, pulang dengan kereta api saja karena lebih cepat dibandingkan bus atau angkot." ucap saya tersenyum manis lalu membuka bungkus roti cokelat. "Mau?" tawar saya. Perempuan itu menggeleng.
"Kayaknya, saya pernah bertemu Mbak, deh. Mmm, tapi dimana, ya?"
Aku angkat bahu. "Mungkin, di kendaraan umum atau di pameran buku." jawab saya datar. Pelan, saya menggigit roti cokelat dan mengunyahnya.
Sementara itu, perempuan di sebelahku bercerita banyak hal dan aku menyimak dengan seksama. Ramai dan heboh.Â
Santai. Usai roti cokelat ludes, selanjutnya air mineral kemasan berukuran 600ml mengaliri tenggorokanku hingga tersisa setengahnya.
Perempuan di sebelahku menatapku takjub. "Kayaknya, Mbak haus, ya?"
Aku tergelak. "'Gak juga, entahlah, tahu-tahu haus saja."
"Mmm, nama Mbak siapa?"
"D. Panggil saja D. Di. Deena. Mmm, boleh ditambah dengan embel-embel cantik, manis, jelita, geulis..." jawabku sok cool.
"Eh," perempuan itu menatapku takjub lagi. "Saya kupu-kupu. Butterfly."
Ups, hampir saja air kemasan di genggamanku terlepas mendengar namanya. "Itu nama asli?"
"Bukan. Itu panggilan sayang dari mantanku yang masih terhitung kerabat. Dia juga nanti mau bareng dengan kita. Semoga keburu, ya. Nanti, kukenalkan kepada Mbak. Dia tampan tapi kalah tampan dibandingkan dengan kekasihku. Bedanya, dia lebih perhatian dan sayang kepadaku dibandingkan dengan kekasihku yang sekarang. Oleh karena itu, aku nyaman berdekatan dengannya walaupun dia mengatakan untuk jaga jarak denganku. Â Nama asliku? Ah, tak usah tahu. Seperti kata pujangga terkenal, apalah arti sebuah nama. Indah tetap indah namanya walaupun belum mandi." ucap perempuan itu tertawa renyah.
"Mbak D, tadi bukannya ada KRL Commuterline ke Tanah Abang, ya?"
"Iya, tapi aku ketinggalan dan rasanya sesak, gtu. Kayak judul film "Pacar Ketinggalan Kereta"." ucapku kalem. Tepatnya, sok cool.
"Iya. Kalau di Stasiun Manggarai enak, Mbak. Kereta ke Tanah Abang banyak tapi kalau di Stasiun Kalibata tidak terlalu banyak. Kebanyakannya kereta ke Bogor." Perempuan berjilbab biru ala hijaber di sebelahku mengeluarkan sebuah dompet. Nampaknya, dompet itu hanya berisi aneka foto. "Mbak, mau lihat foto-foto pria tampan, 'gak?"
Aku mengangguk.
Satu per satu, perempuan itu membuka beberapa foto pria tampan dan 'tampan'. Ajegile. What?! Ngapain ada foto Lilo di sana? What the hell?! Hadeuh... Aku tersenyum sendiri.
"Eh, mengapa Mbak tersenyum sendiri?"
"Hehehehe, 'gak apa-apa. Ngapain dirimu menyimpan aneka foto itu?"
"Buat kenang-kenangan, Mbak. 'Tar kutunjukkan ke anak cucuku kalau aku pernah dekat dengan beberapa pria. Beberapa di antaranya adalah bintang film, Mbak dan mereka bukan pacarku. Sebetulnya, hanya segelintir pria di koleksi fotoku yang berstatus pacar dan mantan pacar. Selebihnya, bintang film, aktor, model, dan gebetan kasih tak sampai. Nih, salah satunya, coba Mbak lihat, ini Barry Prima dan sebelahnya adalah pacarku. Lalu, ini Lilo. Insya Allah, dia akan menikah dengan pacarnya dan katanya nanti akan diperkenalkan saat akad nikah. Duh, saya 'gak sabar bertemu dengan perempuan beruntung itu. Lalu, ini beberapa gabungan foto ukuran kecil yang udah kuedit. Gabungan foto kemesraan aku ama Lilo. Kalau dengan pacarku yang sekarang belum sempat kubuat kumpulan dan editan fotonya, 'tar deh kalau sedanggang. Kalau foto dengan dua mantanku sebelumnya, sebelum dengan Lilo, saya malas."
Kuurungkan niat untuk meneguk air mineral. Ngeri tersedak. Segera kurapatkan lagi botol air mineral.
"Mmm, Kupu-Kupu. Itu KRL Commuter ke Tanah Abang sudah ada di Jalur 3. Lebih baik kau segera naik. Kasihan. Nanti, kekasihmu lama menunggu di Sudirman." usirku halus. Entah mengapa, ketidaknyamanan mulai merayapi kedua kakiku. Kedua kakiku mendadak kesemutan. Aneh. Bukannya hati dan jiwa malahan kedua kaki. Pret, 'dah.
Kupu-kupu tersenyum. "Mbak D bagaimana?"
Aku angkat bahu. "Saya tidak apa-apa karena mau beli makan dan minum air lagi."
Kupu-kupu menatapku takjub kembali. Ya 'elah, kayaknya, perempuan berhak tinggi di sebelahku akan mem-follow akunku di IG dan Twitter. Tanda-tanda itu terlihat dari ketakjubannya yang berulang kali kepadaku.Â
Kupu-kupu menggangguk lalu tersenyum. Dia memasukkan dompet foto ke dalam tas perempuannya yang chic kemudian berpamitan untuk segera menaiki KRL Tanah Abang. Kami bersalaman dan cipika-cipiki.
Sebelum dia pergi, aku menolak halus tawarannya untuk bertukar nomor telepon. Mager. Malas gerak. Mager mengeluarkan ponsel. Jangan tanya mengapa.... Mager. Titik.
Sumpah, bukan cemburu hanya mager....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H