Mohon tunggu...
Dina Purnama Sari
Dina Purnama Sari Mohon Tunggu... Dosen -

There is something about Dina... The lovely one...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meet Up With Kupu-Kupu: Mager...

24 Agustus 2016   09:57 Diperbarui: 7 September 2016   00:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mmm, nama Mbak siapa?"

"D. Panggil saja D. Di. Deena. Mmm, boleh ditambah dengan embel-embel cantik, manis, jelita, geulis..." jawabku sok cool.

"Eh," perempuan itu menatapku takjub lagi. "Saya kupu-kupu. Butterfly."

Ups, hampir saja air kemasan di genggamanku terlepas mendengar namanya. "Itu nama asli?"

"Bukan. Itu panggilan sayang dari mantanku yang masih terhitung kerabat. Dia juga nanti mau bareng dengan kita. Semoga keburu, ya. Nanti, kukenalkan kepada Mbak. Dia tampan tapi kalah tampan dibandingkan dengan kekasihku. Bedanya, dia lebih perhatian dan sayang kepadaku dibandingkan dengan kekasihku yang sekarang. Oleh karena itu, aku nyaman berdekatan dengannya walaupun dia mengatakan untuk jaga jarak denganku.  Nama asliku? Ah, tak usah tahu. Seperti kata pujangga terkenal, apalah arti sebuah nama. Indah tetap indah namanya walaupun belum mandi." ucap perempuan itu tertawa renyah.

"Mbak D, tadi bukannya ada KRL Commuterline ke Tanah Abang, ya?"

"Iya, tapi aku ketinggalan dan rasanya sesak, gtu. Kayak judul film "Pacar Ketinggalan Kereta"." ucapku kalem. Tepatnya, sok cool.

"Iya. Kalau di Stasiun Manggarai enak, Mbak. Kereta ke Tanah Abang banyak tapi kalau di Stasiun Kalibata tidak terlalu banyak. Kebanyakannya kereta ke Bogor." Perempuan berjilbab biru ala hijaber di sebelahku mengeluarkan sebuah dompet. Nampaknya, dompet itu hanya berisi aneka foto. "Mbak, mau lihat foto-foto pria tampan, 'gak?"

Aku mengangguk.

Satu per satu, perempuan itu membuka beberapa foto pria tampan dan 'tampan'. Ajegile. What?! Ngapain ada foto Lilo di sana? What the hell?! Hadeuh... Aku tersenyum sendiri.

"Eh, mengapa Mbak tersenyum sendiri?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun