Sore yang indah, begitu desis Al beberapa kali. Kali ini, aku berdegup kencang. Bukan, bukan karena desiran asmara terhadap pria dihadapanku melainkan kecemasan luar biasa terhadapnya. Entah mengapa, beberapa berita kriminal yang kubaca belakangan hari ini membuatku berdegup kencang. Aku takut kalau Al akan melakukan tindakan nekad. Sumpah, hal ini baru kurasakan. Ketakutan yang teramat sangat, tanpa embel-embel asmara. Kriminal murni.Â
Bismillah. Aku berkomat-kamit.
Al sempat menoleh ke belakang, ke arahku. Lalu, dia menyeringai bagaikan srigala. Srigala 'temannya' Marsha di film Marsha and The Bear.
"Masuk, D." Al membukakan pintu Mersi hitamnya untukku dengan santun. Aku menurut.
Aku diam saat Al mengemudikan Mersinya. Al mengoceh banyak hal dan aku memilih bungkam. Keringat membasahi tubuhku walaupun pendingin di dalam mobil telah diatur sesuai dengan keberadaan dua manusia berbeda jenis di dalamnya.
"Mau minum, D?" tanya Al prihatin. Aku menggeleng.
Al tergelak. "Kau takut aku bius, ya?"
Refleks, aku menggangguk. Al tergelak. Kali ini, dia terbahak-bahak. Huasyem pisan, umpatku di dalam hati.
Tak lama, Al memarkirkan mobilnya usai terdengar adzan maghrib.
"Shalat maghrib dulu, D."
"Eh-he?" Aku menatap Al bingung dan lega.