"Thanks, D, atas oleh-oleh teh upet dan gula batunya. Kau baik sekali kepadaku dan Widya."
Aku tersenyum tipis. "Sama-sama, Al. Mmm, jika bukan karena Widya yang mengidam teh upet dan gula batu, mungkin aku enggan menemanimu ke rumah sakit itu.So, kuharap, besok Widya kembali sehat dan beraktivitas."
"Iya, aamiin, D. Once again, terima kasih. Kehamilan Widya kali ini sama seperti sebelumnya, mabuk berat."
Aku tersenyum lalu menatap Al prihatin. "Kali ini, kau harus menjaganya dengan baik, Al. Jangan kehilangan Widya dan juga bayi yang dikandungnya. Aku senang kalian rujuk kembali."
Al tersenyum manis. "Kau memang baik, D. Maafkan..."
Aku menepis tangan Al yang hendak merengkuhku. "It's okay, Al. Aku paham. Semua rasa itu sudah hilang. Saat ini, aku mati rasa denganmu."
Al menatapku nanar. "D, Widya akan dijemput oleh keluarganya. Untuk administrasi, aku sudah mempercayakan kepada salah seorang anggota keluarganya. Segala biaya akan kutanggung. Mmm, bisakah kita nobar, nonton bareng, untuk terakhir kalinya? Hanya berdua saja, please..."
"Film apa? Kok terakhir kalinya? Duh, jangan bilang begitu...."
"Mmm, Cinderella? Spongebob? Paddle Pop"
"Eh?" aku menatap Al heran. "Itu bukannya film untuk...."
"Untuk dewasa seperti kita juga bisa, D."