Perempuan dituntut untuk sempurna, baik fisiknya, akhlaknya, pemikirannya dan perilakunya, narasi ini yang akan melahirkan stigma-stigma negatif tentang perempuan apabila tak mampu memenuhi hasrat dan kriteria publik.
Perempuan dituntut menjadi sempurna dalam berbagai peran. Peran-peran yang dilanggengkan oleh masyarakat dan menjadi bagian dari tradisi yang wajib ditaati.
 "Perempuan ngapain kuliah, nikah aja biar ada yang tanggung jawab"
"Perempuan ngapain kerja"
"Perempuan harus selalu taat dan patuh pada suami, nurut!"Â
Narasi diatas seringkali disalahgunakan kaum laki-laki, dengan dalih bahwa agama memerintahkan perempuan untuk selalu patuh dan tunduk. Keyakinan seperti ini apabila tidak dilandasi dengan ilmu seringkali disalahgunakan untuk mengintimidasi perempuan, mengancam keselamatan dan keamanan diri perempuan.
Stop mendiskriminasi perempuan dengan dalih agama, stop melanggengkan narasi-narasi yang cenderung mengancam perempuan.Â
Islam menentukan hak dan kewajiban bagi suami istri, juga dengan batasan-batasan syar'i. Sebagaimana diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa diantara suami dan istri haruslah menciptakan sikap saling dalam rumah tangganya. Saling mengasihi, menyayangi, melindungi juga menghormati.Â
Agama mengajarkan untuk memuliakan perempuan, menjaga, melindungi, juga membimbingnya dengan ilmu, dengan cara yang baik dan sesuai dengan syariat agama.Â
Selanjutnya diatur dalam Q.S. An-Nisa: 34-36 dan Q.S An-Nahl: 72.
Dalam beberapa isu rumah tangga, semakin marak kasus kekerasan terhadap perempuan, korban perselingkuhan, bahkan ketidaksetaraan gender.
Budaya patriarki yang melahirkan tindak kekerasan terhadap perempuan seharusnya tidak kita biarkan tumbuh subur. Mulai dari kita sebagai perempuan, harus berdaya untuk menggemakan stop kekerasan pada perempuan.Â
Mary Wollstonecraft mengemukakan: "Kesenjangan antar gender dihasilkan dari pemberian edukasi dan pengalaman yang berbeda, sehingga menciptakan peran gender yang memunculkan stereotip bagaimana perempuan harus bertindak. Pendidikan seharusnya tidak mengenal gender, dan setiap individu berhak mendapatkan kebebasan untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya".Â
Selain dari yang dijabarkan diatas, perempuan juga seringkali tidak percaya diri dengan yang telah tuhan berikan, lingkungan juga kerap kali jadi faktor ketidakpercayaan diri pada perempuan.
"Kamu kok jerawatan sih, gemukan sekarang, ihh kurus banget".Â
Seringkali penyampaiannya bukan memotivasi justru membuat kita menutup diri, enggan bersosialisasi dan melupakan nilai serta potensi yang ada dalam diri sendiri.
Kamu cantik, kamu pintar, kamu sempurna.
Coba lihat lagi, potensi dirimu jauh lebih besar daripada sekedar membandingkan dirimu dengan apa yang orang lain miliki.
Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang sudah sangat sempurna, tuhan menjaga perempuan dengan sangat istimewa. Bangun potensi dirimu lagi dan lagi.
Pesona dan nilai perempuan tidak hanya didasarkan dengan kecantikan fisik saja, melainkan juga kecerdasan pemikiran. Yang kemudian akan menyuguhkan pilihan bagi perempuan untuk menentukan arah dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Di era modern, banyak perempuan yang semakin apik dalam meromantisasi kehidupannya. Â Melanjutkan pendidikan ke tahap yang lebih tinggi dan terus belajar mengembangkan kemampuan diri.
Wahai perempuan, dirimu sempurna dengan apa yang telah diciptakan, diusahakan, diperjuangkan, dirawat dan dijaga. Pemberian tuhan padamu sudah sangat sempurna, dengan penjagaan-Nya melalui Al-Qur'an.
Allah SWT berfirman dalam Q.S At-Tin:4, artinya:
"Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Dalam salah satu syairnya, Jalaluddin Rumi mengatakan bahwa perempuan adalah manifestasi Tuhan yang sempurna.
Jika kesempurnaan didasarkan pada narasi yang dikembangkan oleh masyarakat saja, kacamata mu akan selalu melihat kearah ketidaksempurnaan. Lihatlah kembali dirimu, bukankah yang ada pada dirimu adalah wujud dari kesempurnaan?Â
Teruslah berkembang dan bahagia. Rawatlah dirimu dan bersyukurlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H