Sore itu tampak baik-baik saja, kupu-kupu berbahagia menari di atas bunga-bunga. Burung-burung berkicauan menyambut tenggelamnya sang mentari. Â Namun saat itu duniaku seolah runtuh berkeping-keping . Aku tak kuasa mengedalikan aliran air mata yang turun sederas air hujan di Bulan Desember. Â
Tanganku dengan sekuat tenaga mencangkul tanah pekarangan rumah, dengan sedu sedan dan kesedihan ku buatkan lubang untuk rumah terakhir kucingku. Ku pandangi tubuhnya yang membujur kaku. Jasadnya ku selimuti handuk biru sebelum ku baringkan ke liang peristirahattan terakhir.Â
Tanpa pelayat kuhantarkan dia ke dalam lubang perlahan tanah menutupi tubuhnya hingga tak terlihat. Â Beberapa Bunga Ginseng kutaruh diatas makamnya. Selamat Jalan kucing ku "Obcilo Si Abu".
Kehilangan memang patah hati terberat yang aku rasakan, kehilangan  Obcilo rasanya seperti patah hati, sesakit aku saat kehilangan Ayah.  Obcilo dan Ayah sama-sama di makamkan di Sore Minggu yang sendu. Sama-sama mampu menghadirkan kesedihan di duniaku.Â
Walau begitu kita tidak boleh meratapi kematian karena semua itu adalah takdir Tuhan. Boleh sedih tapi tidak berlebihan karena semua yang hidup pasti akan mati. Masih ingat di benakku tingkah dan pola Si Obcilo.Â
Dia senang sekali ikut aku berkebun, dia juga hadir saat aku asyik memotret bunga-bunga. Saat aku pulang kerja dia menyambut di depan pagar. Â Dia setia duduk di pangkuanku saat aku sedang duduk mencari inspirasi. Â FLUTD membuatmu menderita hingga akhirnya merebut nyawa.
Felline lower urinary tract disease (FLUTD) adalah istilah yang digunakan untuk kondisi penyakit yang berhubungan dengan traktus urinarus bagian bawah pada kucing .Â
FLUTD adalah penyakit dengan penyebab multifactor: 50% tidak diketahui/idiopathic, 20% urolithiasis, 20% ureral plug (mucus sekresi dan saluran kencing), dan 2-10% infeksi bakteri. Faktor pemicu FLUTD adalah stress, konsumsi air kurang dan overweight. Stess karena pindah rumah, perubahan cuaca, perubahan pakan. [1]
FLUTD pasti masih terdengar asing bagi orang awam sepertiku, awalnya aku kira Obcilo sehat-sehat saja. Dia masih berlari, bermain dengan teman-temannya. Â Saat itu saya tidak sadar bahwa kucing saya Obcilo menderita penyakit FLUTD.Â
Namun melihat tingkah polanya yang sedikit aneh, seperti dia sering menjilati alat reproduksinya, ingin buang air kecil tapi tidak basah sama sekali. Â kami memutuskan untuk membawanya ke dr. Hewan dekat rumah hingga akhirnya dia di fonis menderita FLUTD oleh dr. hewan tersebut.
FLUTD lebih sering menyerang kucing jantan daripada kucing betina walaupun kucing betinapun bisa mengalami FLUTD. Penumpukan mineral  yang kemudian berubah menjadi Kristal-kristal hingga akhirnya berubah menjadi batu sehingga mengiritasi saluran kemih yang menyebabkan Obcilo susah untuk buang air kecil.Â
Saat itu dokter melakukan operasi kecil mengeluarkan batu pada saluran kencingnya Obcilo. Beberapa  hari pasca operasi Obcilo terlihat membaik tapi apalah daya takdir berkata lain, nyawanya tidak bisa terselamatkan hingga akhirnya dia harus kembali kepada Sang Pencipta.
Masih teringat jelas di memoriku suara lirih Obcilo memanggil namaku dengan tatapan matanya yang sendu. Walau kesedihan menyelimuti namun ada hikmah yang dapat dipetik dari kematian Obcilo. Hikmah yang saya ambil adalah lebih mengenal FLUTD, Sehingga dapat melakukan pencegahan agar kucing-kucing yang lain tidak terkena FLUTD.
Tujuh Langkah agar Kucing Kesayangan Terhindar dari Penyakit FLUTD
1. Selalu perhatikan tingkah pola kucing kesayangan kita
Kucing memang makhluk lucu penarik hati sebagaian manusia. Tak sedikit yang luluh melihat polanya sehingga ingin memeliharanya. Memeilihara hewan kesayang bukan perkara hanya memberikan makanan yang bergizi saja, namun juga mencurahkan kasih sayang kepadanya. Memperhatikan gerak-gerik dan tingkah polanya.
2. Jangan Ragu Konsultasi Ke Dokter Hewan
Saat kucing kesayangan kita menunjukan pola dan tingkah laku yang sedikit janggal jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter hewan. Pola tingkah laku seperti sering buang air kecil namun pasir terlihat kering dan tidak basah (tidak ada air seni yang keluar), Kucing kesayangan anda sering menjilati alat reproduksinya bahkan terkadang mengigit alat reproduksinya (bagi kucing jantan).
3. Beri makanan Khusus
Bila kucing menunjukan susah buang air kecil segera beri pakan yang dapat memlihara saluran kemih, mejaga konsetrasi urin, mendukung kelancaran saluran kemih.
4. Memastikan Kucing Cukup Minum AirÂ
Air adalah kebutuhan utama seorang mahluk hidup termasuk kucing kesayangan kita. Pastikan kita selalu menyediakan air bersih untuknya. Pantau kucing, apakah dia sudah cukup minum. Kucing saya termasuk kucing yang malas sekali minum. Jika perlu beri dia minum melalui suntikan tanpa jarum.
5. Selingi dengan Makanan Basah
Selain harganya lebih terjangkau makan kering juga tergolong praktis, namun ada baiknya makanan kucing kita selingi dengan makanan basah. Makanan basah siap saji juga mudah kita temui di pasaran. Jika anda mempunyai waktu luang alangkah baiknya membuat makanan basah sendiri. Seperti ikan rebus, ayam rebus dan lain sebagainya
6. Kawinkan atau Steril
Kucing sebagai makhluk hidup seiring bertambahnya usia secara alami tentu muncul hasrat ingin kawin namun tak jarang dia tidak menemukan pasangan untuk diajak memadu kasih. Hal ini jika di biarkan akan berdampak buruk kepada kucing kesayangan kita. Segera kawinkan kucing kesyaangan kita atau streril dia.
7. Jaga Berat Badan
Kucing gendut memang terlihat menggemaskan namun bila sudah obesitas malah menjadi bomerang untuk kucing kita karena rentan terjangkit beberapa penyakit yang mematikan. Â Berat badan yang proposional adalah pilihan bijak untuk kesehatan kucing kita .
Hal-hal yang saya lakukan untuk bangkit dari kesedihan saat kehilangan Obcilo Si Abu :
- Menenerima kenyataan semua adalah takdir Tuhan
- Mencoba mengambil hikmah dari rentetan peristiwa
- Mencoba berbuat lebih baik lagi kepada kucing-kucing yang masih ada
- Berolahraga agar hormon kesedihan segera hilang
- Tidur yang cukup agar kesedihan sirna
[1] Drh, Siti Maemunah, "Kasus FLUTD Pada Kucing ". Vetnesia E-Mag PB PDHI, Januari 2019,hlm. 36.