IDENTITAS BUKU
Judul buku : KKN di Desa Penari
Pengarang : Simpleman
Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta
Tahun terbit : 2019
Cetakan : Kedua, Oktober 2019
Ukuran buku : 14x20 cm
Warna buku : Hitam
Ketebalan buku : IV + 256 Halaman
Kategori : Fiksi, Horor, Novel
PENJELASAN TENTANG KELEBIHAN BUKU
Buku yang menceritakan kisah 6 mahasiswa yang telah KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) di sebuah desa terpencil yang berada di tengah hutan, yang dimana desa itu masih menyimpan adat nenek moyang mereka terhadap " dunia lain ". Ini cukup menarik karena kisahnya yang di ceritakan dua sudut pandang yang berbeda, karena inilah teka- teki pada cerita tersebut dapat terjawab.
Sampul berwarna hitam dan judul buku berwarna merah darah, diiringi dengan font yang seirama. Terlebih di dalam bukunya di sediakan ilustrasi yang memfasilitasi imajinasi kepada pembaca untuk mendapatkan suasana horor.
SINOPSIS
KKN di Desa Penari ini adalah sebuah urutan cerita yang beredar di media sosial Twitter yang pertama kali di-posting pada akhir Juni 2019 lalu. Kisah ini menceritakan 6 orang mahasiswa yang sedang melakukan KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) di daerah Jawa Timur. 6 orang tersebut di antaranya ada Widya, Ayu, Nur, Bima, Wahyu, dan Anton. Pada tahun 2009, mereka berenam melakukan proker KKN ini di sebuah desa terpencil yang berada di tengah hutan, yang dimana desa itu masih menyimpan adat nenek moyang mereka terhadap " dunia lain ". Pada saat awal Widya memasuki jalan menuju desa, Widya sudah mendapatkan "sambutan" yaitu suara gamelan dan juga sesosok perempuan sedang menari. Widya berfikir hanya dia yang mendapat pendengaran dan penglihtan aneh tersebut. Tapi ternyata temannya Nur pun merasakan hal yang sama , hanya saja Nur diam dan tidak bicara. Widya, Ayu, Nur, Bima, Wahyu dan Anton adalah anak-anak KKN di desa penari tersebut. Empat dari mereka menarik makhluk halus untuk mendekat, yang satu karena terlihat menarik untuk didekati , yang satunya lagi karena melakukan hal yang tak sepantasnya. Hingga menghancurkan KKN yang seharusnya berakhir dengan baik.
ANALISIS
Kisah cerita KKN di Desa Penari ini ada klarifikasi lanjutan dari penulis. Bahwa kakak Ayu yang bernama ilham sebenarnya punya niat baik kepada pak prabu , yang dulunya merupakan sahabat ayahnya , keluar dari kutukan ghaib di desa tersebut. Syaratnya harus ada gadis yang bias dijadikan tumbal.Saat observasi, sebenarnya Nur tidak setuju dengan idenya Ayu bahwa desa itu dijadikan tempat KKN, karena di samping itu daerahnya sangat terisolasi. Begitu sesampai di desa, Nur langsung disuguhi pemandangan yang menyeramkan. Dimana dia bisa melihat sesosok makhuk hitam tinggi besar dengan kedua tanduk kerbau di kepalanya. Berdiri diatas batu besar sambil menatap Nur dengan muka marah.
Cerita horor KKN di Desa Penari puyna tokoh sentra sebagai jin, yaitu bernama Badarawuhi. Konon merupakan penari yang menampakkan diri pada Nur pada saat pertama kali datang rombogan ke desa yang berada di dalam hutan tersebut. Badarawuhi ini menempel tokoh yang benama Widya, yang sejak awal kedatangan sudah mendengar gamelan di hutan.Cerita ini di akhiri dengan tragis, dengan keadaan mengenaskan Bima dan Ayu (keduanya meninggal beberapa bulan kemudian). Di desa ini nyatanya memang taka da remaja yang tinggal. Ini semta-mata melindungi nyawa pemuda/pemudi agar tidak lagi jadi tumbal.
Memang benar kata penulis, kisah ini bukan sekedar soal horor atau tidanya, tapi juga bagaimana soal bersikap dalam sebuah daerah baru.
EVALUASI
1.Kelebihan buku
  a. Di lihat dari penggambaran setting
    Buat saya, setting buku KKN di desa penari masih tetap terasa kelihatan. Cara penulis menggambarkan setiap peristiwa yang di lekatkan pada setting, membuat kita masuk kebayangan di lokasi peristiwa tersebut. Kita seperti bisa melihat tempat dan peristiwanya, meskipun tentu saja hal itu di dukung oleh imajinasi pembaca.
  b. Mempertahankan dua sudut pandang
    Dalam cerita KKN di desa penari, sebenarnya tentang sudut pandang ini bias menjadikan kelemahan dan kekurangan . Akan tetapi kita bahas sisi kelebihannya dulu. Ketika sudut pandang cerita ini diberikan kepada penokoh Widya dan Nur,maka pembaca tidak hanya memiliki pendapat yang berbeda ketika kedua tokoh tersebut tidak berada dalam satu tempat dan waktu. Pembaca juga mendapatkan sudut pandang yang berbeda ketika bermain di wilayah persepsi. Contohnya ketika Widya merasa bahwa Nur menari. Padahal orang lain, termasuk Nur melihat bahwa Widya lah yang menari.
2.Kekurangan buku
  a. Penghilangan bahasa jawa
    Menghilankan bahasa jawa bias menjadi cara untuk ceritanya jadi lebih bias di nikmati oleh banyak orang, termasuk yang tidak menggunakan ataupun juga yang tidak bias memahami bahasa jawa. Karena menurut saya, Bahasa jawa dapat memperkuat atmosfir cerita, selain menjaga keaslian peristiwanya. Bahasa jawa identik dengan budaya tertentu, yang salah satunya bisa disebut juga dengan " kejawen". Adat ke jawaan itu juga termasuk kepercayaan kuno masyarakat jawa, salah satu kepercayaannya yaitu memberi penghormatan kepada arwah leluhur melalui persembahan semacam sesajen. Karena itulah, Bahasa jawa bisa dapat memperkuat atmosfir cerita. Tetapi dalam cerita buku tersebut , Bahasa jawa banyak di hilangkan. Hanya pada bagian-bagian tertentu saja.
  b. Menuliskan dua sudut pandang
    Dalam buku ini menceritakan dua sudut pandang orang yang berbeda, yang mana seharusnya menjadi kelebihan buku ini tetapi justru dapat merugikan juga, karena sebenarnya keseluruhan tetaplah sama namun hanya ada perbedaan segelintir saja. Hal tersebut dapat membuat pembaca jenuh, karena yang di ceritakan itu sebenarnya hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H