Mohon tunggu...
Dina Roihatul
Dina Roihatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi universitas sultan agung

Lelah boleh, tetapi jangan pernah menyerah. Semangat semangat semangat pasti bisa Bismillah usaha berdoa..

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Buku KKN di Desa Penari

14 Januari 2022   01:20 Diperbarui: 14 Januari 2022   01:30 23102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Buat saya, setting buku KKN di desa penari masih tetap terasa kelihatan. Cara penulis menggambarkan setiap peristiwa yang di lekatkan pada setting, membuat kita masuk kebayangan di lokasi peristiwa tersebut. Kita seperti bisa melihat tempat dan peristiwanya, meskipun tentu saja hal itu di dukung oleh imajinasi pembaca.

   b. Mempertahankan dua sudut pandang

       Dalam cerita KKN di desa penari, sebenarnya tentang sudut pandang ini bias menjadikan kelemahan dan kekurangan . Akan tetapi kita bahas sisi kelebihannya dulu. Ketika sudut pandang cerita ini diberikan kepada penokoh Widya dan Nur,maka pembaca tidak hanya memiliki pendapat yang berbeda ketika kedua tokoh tersebut tidak berada dalam satu tempat dan waktu. Pembaca juga mendapatkan sudut pandang yang berbeda ketika bermain di wilayah persepsi. Contohnya ketika Widya merasa bahwa Nur menari. Padahal orang lain, termasuk Nur melihat bahwa Widya lah yang menari.

2.Kekurangan buku

   a. Penghilangan bahasa jawa

       Menghilankan bahasa jawa bias menjadi cara untuk ceritanya jadi lebih bias di nikmati oleh banyak orang, termasuk yang tidak menggunakan ataupun juga yang tidak bias memahami bahasa jawa. Karena menurut saya, Bahasa jawa dapat memperkuat atmosfir cerita, selain menjaga keaslian peristiwanya. Bahasa jawa identik dengan budaya tertentu, yang salah satunya bisa disebut juga dengan " kejawen". Adat ke jawaan itu juga termasuk kepercayaan kuno masyarakat jawa, salah satu kepercayaannya yaitu memberi penghormatan kepada arwah leluhur melalui persembahan semacam sesajen. Karena itulah, Bahasa jawa bisa dapat memperkuat atmosfir cerita. Tetapi dalam cerita buku tersebut , Bahasa jawa banyak di hilangkan. Hanya pada bagian-bagian tertentu saja.

   b. Menuliskan dua sudut pandang

       Dalam buku ini menceritakan dua sudut pandang orang yang berbeda, yang mana seharusnya menjadi kelebihan buku ini tetapi justru dapat merugikan juga, karena sebenarnya keseluruhan tetaplah sama namun hanya ada perbedaan segelintir saja. Hal tersebut dapat membuat pembaca jenuh, karena yang di ceritakan itu sebenarnya hal yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun