Mencicipi hidangan fine dining a la Prancis? Siapa yang nggak kepingin... Tiba-tiba saya mendapatkan undangan untuk bersantap bersama Bapak Duta Besar Prancis beserta istri, di Amuz Restaurant, sebuah restoran Prancis yang mewah di Jakarta, dan menyajikan berbagai makanan kelas premium, dimasak khusus oleh seorang chef asli Prancis. Ada escargot (nama lain untuk bekicot), foie gras (lemak hati bebek), creme brule dengan sorbet, nyaammm.... serasa berada di surga duniawi!
Untuk keempat kalinya di Indonesia, Kedutaan Besar Prancis kembali menggelar acara Good France, yaitu sebuah perhelatan gastronomi Prancis yang dikenal dengan hidangan kuliner bercita rasa otentik khas Prancis. Acara ini berlangsung selama empat hari dari tanggal 21 hingga 25 Maret 2018 di 39 restoran yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali, bahkan hingga Makassar, Minahasa dan Manado.
Sebenarnya, acara ini tidak hanya khusus diselenggarakan di Indonesia, loh, melainkan juga di sekitar 300-an restoran di seluruh dunia, dan telah berlangsung sejak tahun 2010 ketika UNESCO menobatkan gastronomi Prancis sebagai Warisan Budaya Dunia.
Maka dari itu, mempromosikan kuliner Prancis ke seluruh dunia merupakan salah satu cara negeri yang dikenal dengan Menara Eiffel-nya ini, untuk mengenalkan budayanya. Digagas oleh Alain Ducasse, seorang chef bertaraf Michelin bintang tiga (Michelin ini semacam buku panduan hotel dan kuliner berkelas di seluruh Eropa yang rutin menggelar penghargaan koki atau chef terbaik tiap tahun, dan tingkat prestise-nya bisa dianggap setara dengan Academy Awards !), Good France menjadi semacam ajang bagi para chef untuk menyajikan hidangan otentik dari Prancis terbaik kepada masyarakat umum di seluruh dunia.
Pada tahun ini, Good France mengangkat kekhasan kuliner dari daerah bagian barat daya Prancis, yang juga dikenal dengan nama kawasan Nouvelle-Aquitaine, seperti foie gras (lemak hati bebek), kerang tiram, dan magret de canard (bebek filet). Sama halnya dengan hidangan yang disajikan di Amuz Restaurant selama acara makan malam berlangsung dengan Bapak Dubes. Meskipun saya memesan menu ikan Barramundi yang merupakan ikan khas Hindia-Pasifik sebagai main course (gara-garanya saya baru habis makan bebek goreng beberapa hari yang lalu, maksudnya biar kolesterolnya nggak numpuk :D), namun Mbak Fauzia Damayanti, selaku GM Marketing Amuz yang juga ikut hadir dalam perjamuan, bersikeras agar saya tetap mencicipi menu Honey Roasted Duck Magret, berupa bebek panggang yang dilumuri madu. Dan ternyata benar, rasanya soo yummy, nggak ada amis-amis khas bebeknya sama sekali!
Hidangan Pembuka (starter): Escargot a la Bourguignonne, berupa bekicot panggang dengan taburan bumbu bawang putih dan butter nabati serta roti toast kacang walnut.
Hidangan Utama (main course): Crispy Pan-Roasted Barramundi Fish, yaitu ikan barramundi panggang yang kriuk, ditambah bumbu tomat ceri, daun zaitun dan saus.
(pilihan lainnya ada AMUZ Chocolate Gateau, yaitu kue coklat mousse yang merupakan menu khas racikan Amuz Restaurant).
Semua menu yang dihidangkan ini merupakan menu a la carte favorit tamu-tamu Amuz Restaurant, yang diracik langsung oleh tangan sang chef asli Prancis, Gilles Marx. Gilles baru saja memenangkan penghargan sebagai Master Chef of France di Macau pada 13 Maret 2018 oleh Asosiasi Chef Sedunia. Penghargaan ini merupakan salah satu dari sederet penghargaan yang pernah diraih koki asal provinsi Alsasia (atau Alsace) di Prancis, termasuk pengalamannya sebagai koki resto-resto bertaraf Michelin tidak hanya di Prancis, melainkan juga di Australia dan Asia Tenggara.
Ngomong-ngomong tentang pemilihan resto dengan suasana romantis terbaik, resto yang didirikan pada tahun 2010 ini mempunyai kisah unik yang tidak jauh dari bumbu romantisme. Jadi, Mbak Fauzia bercerita bahwa restoran Prancis yang didirikan oleh Gilles ini pernah menjadi saksi bisu dua peristiwa lamaran seorang pria kepada gadis yang dicintainya.
Namun, dari dua peristiwa itu, salah satunya harus berakhir sedih karena pinangan sang pria ditolak oleh sang gadis, pun dengan reaksi yang tidak menyenangkan. Wah... andaikan gadis itu adalah saya, saya sih bakal terima dulu saja pinangannya terlepas dari suka atau enggak, ha ha ha.
Kapan lagi gitu loh, dilamar di resto mewah dengan hidangan fine dining berkelas pula? Kalau enggak suka, ya menolaknya nanti saja kalau sudah di luar restoran . Pak Dubes yang ikut mendengarkan cerita tersebut, turut berdecak, "Ah, sayang sekali...." ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H