Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menonton Film Indonesia di Bioskop, Masih Diminati?

9 Maret 2017   23:03 Diperbarui: 11 Maret 2017   16:00 2665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas Penduduk Indonesia Menonton Film di Bioskop

Menurut Anda, mengapa orang Indonesia lebih senang menonton film DVD bajakan atau film-film bioskop yang diputar di televisi di rumah, terutama untuk film-film Indonesia, ketimbang menonton di bioskop?

Saya pun iseng-iseng melakukan survei secara acak terhadap 122 responden dari berbagai usia dan kalangan (pekerja muda, klub pencinta film, blogger, mahasiswa) di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya mengenai aktivitas mereka menonton film di bioskop.

Melihat maraknya DVD bajakan film negeri sendiri di Tanah Air, Presiden Jokowi dengan tegas memerintahkan aparat kepolisian untuk sekalian meringkus gembong atau mafia DVD bajakan sejak bulan Mei tahun 2015 yang lalu. Dalam pidatonya di hadapan para seniman ASIRI (singkatan dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia, Presiden Jokowi memerintahkan polisi tidak hanya mengejar pedagang kecil di jalanan, melainkan juga menghukum mafia besar yang mengeruk keuntungan dari bisnis tersebut.

Sumber: filmindonesia.or.id
Sumber: filmindonesia.or.id
Sebanyak 35,2 % responden menjawab lebih senang menonton film Indonesia di rumah, namun justru yang mengejutkan lebih banyak lagi responden, yaitu sebanyak 40,2% masih suka menonton film Indonesia di bioskop. Mereka yang tidak terlalu suka menonton film Indonesia beralasan ceritanya klise dan alurnya mudah ditebak. Akan tetapi, jika diberikan tiket gratis untuk menonton film di bioskop, mereka tidak akan serta-merta menonton film Barat seperti yang saya duga, sebanyak 75,4% bahkan menjawab tergantung filmnya. Jika filmnya bagus, baik itu film Barat maupun film Indonesia pasti akan mereka saksikan di bioskop.

Sumber: filmindonesia.or.id
Sumber: filmindonesia.or.id
AADC2, Habibie & Ainun, Laskar Pelangi, The Raid, merupakan film-film layar lebar Indonesia yang banyak disukai responden. Selain itu, ternyata AADC 2 juga masuk urutan kedua dalam 15 film Indonesia peringkat teratas tahun 2016 dalam perolehan jumlah penonton. Data yang saya sebutkan terakhir ini berdasarkan perolehan data penonton dari jaringan Cinema 21, Blitz Megaplex, produser film, dan sumber-sumber lainnya (lihat tabel dan sumber di sini). Sementara, Surga Yang Tak Dirindukan 2 bercokol pada urutan pertama untuk jumlah penonton bioskop terbanyak tahun 2017.

Sumber: filmindonesia.or.id
Sumber: filmindonesia.or.id
Kategorisasi Bioskop dengan Harga Tiket Yang Rasional

Yang lebih mengejutkan lagi, alasan harga tiket bioskop mahal ternyata bukan menjadi alasan utama penonton untuk jarang pergi ke bioskop (hanya 20% responden), melainkan karena tidak sempat saja (sebanyak 54,5% responden). Namun sampel ini memang saya ambil dari responden yang tinggal di kota-kota besar saja.  Kendati pun demikian, harus diakui bioskop di Indonesia memang tidak banyak jenisnya seperti di luar negeri. Contohnya Inggris.

Sumber: filmindonesia.or.id
Sumber: filmindonesia.or.id
Ekky Imanjaya, kandidat doktor jurusan Kajian Film di University of East Anglia, yang juga seorang kritikus film Indonesia, menuturkan bahwa bioskop di negerinya Pangeran William ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu bioskop yang memutar khusus film-film blockbusteralias box office, dan bioskop yang program-program putar filmnya dikurasi secara khusus disebut art-house cinema.

Selain memutar film-film yang hanya tampil di festival-festival film, di art-house cinema penonton dapat berinteraksi dengan sutradara bahkan menikmati sajian music score atau musik pengiring film secara live melalui sebuah pagelaran orkestra. Di kedua kategori ini penontonnya pun dibagi-bagi lagi ke dalam rentang usia tertentu, jadi penonton lansia bisa menyaksikan film khusus untuk kalangan mereka, begitu pula dengan anak-anak.

Kurasi film dan pembagian kategori usia merupakan beberapa hal yang bisa dicontoh bioskop-bioskop Indonesia. Kata Mas Ekkylagi, bisa dibuat hari dan jam khusus anak-anak yang menonton film anak-anak. Ada program film jadul dan retrospeksi. Ada slot untuk pasangan muda atau lansia yang ingin menonton tapi bisa membawa bayi atau cucunya. Ada program untuk seluruh keluarga, untuk ibu-ibu rumah tangga yang biasa pengajian, dan sebagainya. Ada juga all-nighters yang memutar secara marathon beberapa film dari tengah malam hingga subuh, buat penggemar film horor. Menurutnya, Kineforum merupakan salah satu contoh bioskop yang bisa dijadikan rujukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun