Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Boulevard Saint Michel

12 Februari 2017   14:09 Diperbarui: 12 Februari 2017   14:39 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paris menyimpan banyak cerita. Paris menyimpan banyak kenangan. (foto sumber:http://www.rentparis.com)

Perhatianku teralihkan ketika aku berhenti di depan Shakespeare and Company. Toko buku kecil bercat hijau ini menjadi semacam magnet bagi para turis, termasuk aku.

“Diana, sedang apa kau di sini?” tegur seseorang dalam bahasa Prancis, yang membuatku terkejut. Bagaimana dia bisa ingat namaku di antara ratusan peserta training ?

“A.. Alain?!” aku tergugup. Dia adalah bos kantor pusat yang bermarkas di Paris. “A..aku berjalan-jalan saja..”

“Sendirian saja? Mau ikut aku sebentar ke bar terdekat?” tanyanya ramah. Badannya yang tinggi besar seperti hendak memelukku.

“A..aku..,” aku sebenarnya tidak nyaman pergi ke bar. Tapi pengalamanku beberapa tahun yang lalu yang selalu menolak undangan perjamuan orang asing, membuatku merasa dikucilkan. “Apakah akan lama? Karena besok masih ada training…”

Memang, aku tidak seperti pendahuluku yang lebih supel bergaul dengan bangsa keturunan raja-raja dan kaum borjuis ini. Yang kumaksud dengan pendahulu, adalah orang yang mengisi posisiku sebelum aku. Jika tidak terlalu kenal, apalagi dengan orang asing, aku tidak bisa langsung bersikap terbuka seperti dirinya. Seolah-olah seperti ada sesuatu yang menarikku. Meskipun, lagi-lagi, dalam hal bahasa, aku tidak mengalami masalah berkomunikasi.

“Kalau kau lelah, bagaimana kalau kita bertemu di bar pada akhir pekan saja? Aku ingin mengobrol lebih banyak denganmu…”

Deg! ‘Akhir pekan? Apakah itu artinya ia akan mengajakku kencan?’ Pikirku.

Dengan jantung yang tiba-tiba berdetak lebih cepat, aku harus segera membuat sebuah keputusan. Antara perasaan ingin dan rikuh, tiba-tiba saja mulutku berucap, “Bagaimana kalau di kafe saja? Aku lebih nyaman berada di kafe.”

Alain tersenyum. “Baiklah. Sampai sabtu besok di kafe ya.” Lalu ia melambaikan tangan, dan berjalan menjauhiku.

Oh, tidak! Seumur-umur, baru kali ini aku akan berkencan berdua saja dengan orang asing. Dan orang asing itu, orang Prancis, yang katanya, konon, terkenal romantis!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun