Menjelang weekend dan liburan akhir tahun kali ini saya ingin berbagi tips jalan-jalan hemat ke Eropa yang pernah saya lakukan selama masih menjadi mahasiswi di benua Londo sana, pun selama mengikuti training dari kantor sewaktu masih belum resign. Pastinya tips jalan-jalan hemat ke Eropa sudah ratusan kali ditulis oleh berbagai traveller, travel blogger, atau siapa pun yang pernah melancong ke negeri-negeri di belahan bumi Barat. Jadinya ya sudah saya tulis saja tips jalan-jalannya ala saya sebagai kompasianer, ha ha..
Kebetulan saya orang yang senang jalan-jalan sambil mengenali dunia baru, budaya baru, orang-orang baru, dan inginnya terus jalan-jalan sampai maut merenggut. Mau itu jalan-jalan bergaya backpacker, flashpacker, atau percampuran keduanya. Jika waktu usia di bawah tiga puluh saya masih sanggup backpacker (maksudnya sanggup secara fisik karena punggung masih kuat menahan beban ransel yang berat), kalau sekarang sih lebih cenderung flashpacker meskipun tidak melulu harus yang bersifat wah dan eksklusif.
Wong dananya saja minim, koq. Yang penting, melalui jalan-jalan, pikiran saya jadi terbuka, wawasan saya mengenai suatu bangsa dan budaya menjadi lebih luas, memandang suatu hal dari berbagai sudut pandang berbeda, dan entah mengapa saya menjadi merasa sangat kecil di alam semesta-Nya yang luas. Bahwa di luar sana masih ada orang yang jauh lebih hebat, jauh lebih cerdas, jauh lebih cantik, dan berbagai lebih-lebih lainnya. Istilahnya kalau pakai peribahasa, menjadi padi yang semakin menguning dan semakin merunduk.Â
1. Naik alat transportasi yang murah meriah tapi nyaman
Pilihan alat transportasi umum untuk berpindah dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain di Eropa sekarang makin banyak saja. Untuk transportasi darat, selain ada kereta, kini juga ada bus antarkota dan antarnegara yang lebih bervariasi macamnya. Kalau zaman saya kuliah dulu (sekitar tahun 2008-2010) bus antarkota dan antarnegara yang murah meriah ada yang namanya Eurolines, sekarang ada lagi yang disebut Ouibus, Isilines, Megabus, Flixbus, dan banyak lagi. Dan, jangan dikira mentang-mentang naik bus lalu minim fasilitas.
Beberapa bandara yang menerima dan memberangkatkan pesawat-pesawat low cost ini biasanya terletak jauh sekali di luar kota, dan calon penumpang harus naik bus carteran yang hanya ada untuk bandara tersebut. Bus carteran ini juga kebanyakan tidak gratis. Jadi perhitungkan waktu yang mesti ditempuh untuk mencapai bandara yang menerbangkan pesawat low cost tersebut, apakah cukup? Dan jika terlambat, apakah pesawat low cost yang akan saya naiki mengenakan denda besar apabila saya ingin mengganti jam penerbangan?Â
2. Menginap di kediaman penduduk lokal
Kalau yang Kompasianer maksud menggunakan layanan sharing tempat tinggal seperti Couchsurfing dan yang sejenisnya, justru saya lebih memilih untuk tinggal di kediaman orang yang memang benar-benar sudah saya kenal dengan baik. Penduduk lokal ini bisa warga asli setempat, tapi bisa juga kenalan orang Indonesia yang sedang bermukim di sana dalam rangka kerjaan atau kuliah. Tapi, bukan berarti numpang menginap di tempat orang yang sudah kita kenal dengan baik lalu kita bisa berbuat seenaknya di kediaman mereka, ya :).
Selain itu buat janji jauh-jauh hari terlebih dahulu dan beritahukan tanggal berapa kita datang, berapa lama kita akan menginap, supaya mereka juga punya waktu untuk mempersiapkan diri. Biasanya saya menawarkan memasak kuliner Indonesia, yang mudah-mudah saja seperti nasi goreng (so, jangan lupa bawa bumbu nasi goreng instan), mie goreng; saya juga membantu membersihkan dan mencuci piring setiap habis makan (ini kalau dibolehkan sama tuan rumah ya. Ada tuan rumah yang justru tidak senang jika kita ikut repot-repot, karena kita dianggap tamu oleh mereka), atau merapikan kamar yang kita tempati. Kalau tuan rumahnya wong londo beneran, siapkan juga suvenir atau pernak-pernik khas Indonesia seperti gantungan kunci dengan gambar-gambar batik, pembatas buku bergambar batik, wayang kulit, syal batik, kartu pos-kartu pos bergambar obyek wisata di Indonesia. Pokoknya apa saja yang bercirikan Indonesia.Â
Kalau Anda masih muda sih mungkin tidak masalah ya, saya sendiri waktu masih berusia 20-an juga pernah beberapa kali tidur di hostel yang isinya satu kamar berdua belas, tetapi kalau sudah menginjak kepala tiga ke atas yang menginginkan kenyamanan? Lebih baik pilih tempat penginapan semacam Bed & Breakfast atau budget hotel (versi murah dari hotel bintang lima) yang sudah semakin banyak pilihannya.
3. Tolak titipan
Ini nih yang paling bikin saya geram. Mentang-mentang saya dikirim ke luar negeri, lantas saya banyak duit, begitu? Lalu, yang tadinya tidak kenal, tiba-tiba jadi sok kenal sok dekat, dan tahu-tahu saja nitipnya yang aneh-aneh. Dan anehnya lagi, sebenarnya yang menitip ke saya itu orang-orang yang mampu membeli dengan duit mereka sendiri, loh. Ada yang menitip parfum lah (mending beli parfum untuk saya sendiri, ya nggak?), nitip dibelikan coffee maker lah (haduh, itu beratnya bisa bikin koper saya overload), ada yang nitip dibawakan printer untuk anaknya yang lagi kuliah (walah, harga bawain printer-nya lebih mahal ketimbang beli langsung di negara tempat dia kuliah), dan macem-macem lagi.Â
4. Memasak sendiri atau bawa bekal
Kalau kediaman yang Anda tempati ada dapurnya, manfaatkanlah sebaik-baiknya untuk memasak dan membuat bekal selama di perjalanan. Ini sebenarnya sambungan dari tips yang nomor tiga. Kalau dimasakkan makanan oleh tuan rumah biasanya suka berlebih, jadi saya bilang sejujurnya ke sang tuan rumah makanan itu akan saya simpan di kulkas untuk besoknya saya bawa sebagai bekal selama jalan-jalan mengelilingi kota tujuan. Apalagi kebiasaan wong londo tidak pernah menyimpan makanan bekas. Kalau misalnya masak sendiri ya lebih baik kan, jadi tidak terlalu kangen makanan Indonesia selama berada di luar negeri.
5. Datang ke Travel Fair
Akhir-akhir ini di beberapa kota besar di Indonesia semakin banyak digelar acara travel fair secara rutin, bahkan ada maskapai yang menyelenggarakan travel fair-nya dua kali dalam setahun dengan promo diskon lumayan banget! Bisa setengah harga normal! Beberapa teman saya sudah memanfaatkan promo diskon ini dan dapat mewujudkan impian mereka mengunjungi London, pergi ke Turki, atau bertamasya ke Jepang (eh yang dua terakhir ini bukan Eropa ya? :D).
Ya pokoknya kalau ada travel fair pantau saja tiket-tiket murah dengan kota-kota destinasi di Eropa. Kalau tiket yang Anda beli tujuannya ke London, tapi Anda juga ingin pergi ke Paris, Milan, dan kota-kota lainnya di Eropa bagian barat, jangan lupa untuk mengajukan aplikasi visa Schengen terlebih dahulu selain visa ke UK. Karena visa ke UK berbeda dengan visa untuk ke Perancis, ke Italia, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya yang tergabung ke dalam Uni Eropa.
Dan, perlu diketahui bahwa proses pembuatan visa ke Eropa sekarang jauh lebih mudah dan lebih cepat, asalkan semua dokumen persyaratan yang diminta dilengkapi. Setelah mengumpulkan aplikasinya ke agen resmi yang ditunjuk Kedutaan, jika dokumen Anda lengkap, maka dalam waktu 48 jam visa Anda akan disetujui. Anda pun akan mendapatkan visa Schengen multiple entry yang berlaku selama 5 tahun (asalkan jangan lupa dicentang multiple entry-nya ya :) ).
Tulisan ini juga saya buat di blog pribadi dengan beberapa penyesuaian: Traveling Hemat ke Eropa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H