Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tips Jalan-jalan Hemat ke Eropa ala Kompasianer

7 Oktober 2016   07:47 Diperbarui: 7 Oktober 2016   11:52 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Appart-E, fasilitas penginapan yang dikelola oleh para mahasiswa Indonesia di Paris. (foto sumber: ppiparis.fr)

Menjelang weekend dan liburan akhir tahun kali ini saya ingin berbagi tips jalan-jalan hemat ke Eropa yang pernah saya lakukan selama masih menjadi mahasiswi di benua Londo sana, pun selama mengikuti training dari kantor sewaktu masih belum resign. Pastinya tips jalan-jalan hemat ke Eropa sudah ratusan kali ditulis oleh berbagai traveller, travel blogger, atau siapa pun yang pernah melancong ke negeri-negeri di belahan bumi Barat. Jadinya ya sudah saya tulis saja tips jalan-jalannya ala saya sebagai kompasianer, ha ha..

Kebetulan saya orang yang senang jalan-jalan sambil mengenali dunia baru, budaya baru, orang-orang baru, dan inginnya terus jalan-jalan sampai maut merenggut. Mau itu jalan-jalan bergaya backpacker, flashpacker, atau percampuran keduanya. Jika waktu usia di bawah tiga puluh saya masih sanggup backpacker (maksudnya sanggup secara fisik karena punggung masih kuat menahan beban ransel yang berat), kalau sekarang sih lebih cenderung flashpacker meskipun tidak melulu harus yang bersifat wah dan eksklusif.

Wong dananya saja minim, koq. Yang penting, melalui jalan-jalan, pikiran saya jadi terbuka, wawasan saya mengenai suatu bangsa dan budaya menjadi lebih luas, memandang suatu hal dari berbagai sudut pandang berbeda, dan entah mengapa saya menjadi merasa sangat kecil di alam semesta-Nya yang luas. Bahwa di luar sana masih ada orang yang jauh lebih hebat, jauh lebih cerdas, jauh lebih cantik, dan berbagai lebih-lebih lainnya. Istilahnya kalau pakai peribahasa, menjadi padi yang semakin menguning dan semakin merunduk. 

mau jalan-jalan a la backpacker atau flashpacker, yang penting nyaman :). (foto: dok.pri)
mau jalan-jalan a la backpacker atau flashpacker, yang penting nyaman :). (foto: dok.pri)
Yuk, kita mulai saja deh berbagi tipsnya.

1. Naik alat transportasi yang murah meriah tapi nyaman

Pilihan alat transportasi umum untuk berpindah dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain di Eropa sekarang makin banyak saja. Untuk transportasi darat, selain ada kereta, kini juga ada bus antarkota dan antarnegara yang lebih bervariasi macamnya. Kalau zaman saya kuliah dulu (sekitar tahun 2008-2010) bus antarkota dan antarnegara yang murah meriah ada yang namanya Eurolines, sekarang ada lagi yang disebut Ouibus, Isilines, Megabus, Flixbus, dan banyak lagi. Dan, jangan dikira mentang-mentang naik bus lalu minim fasilitas.

Bus antarkota atau antarnegara di Eropa tak kalah hebat fasilitasnya dengan kereta atau pesawat: wifi, colokan listrik, reclining seat, dll. (foto: dok.pri)
Bus antarkota atau antarnegara di Eropa tak kalah hebat fasilitasnya dengan kereta atau pesawat: wifi, colokan listrik, reclining seat, dll. (foto: dok.pri)
Waktu jaman (lagi-lagi) masih kuliah, memang sih naik bus antarkota dan antarnegara ya berarti siap dengan kondisi badan yang harus ditekuk-tekuk, jok yang sempit dan keras, serta toilet yang mungkin bau pesing apalagi kalau kursi kita dekat toilet. Tapi, terakhir saya ke Perancis awal tahun 2016 dalam rangka tugas dinas, saya pangling melihat bus antarkota sekarang tidak kalah nyamannya dengan kereta atau pesawat. Kursinya bisa dilipat ke belakang, empuk, plus ada colokan listrik untuk HP, komputer, bahkan wifi! Bagaimana dengan harganya? Jika Anda membeli dari jauh-jauh hari, Anda bisa mendapatkan tiket Paris-Marseille dengan 8 Euro saja, tanpa embel-embel pajak dan biaya lainnya!

Bahkan kereta pun sekarang ada yang jenis low-cost :). Kereta yang saya naiki ini membawa saya dari Marseille ke Paris dengan tiket 10 Euros saja. (foto: dok.pri)
Bahkan kereta pun sekarang ada yang jenis low-cost :). Kereta yang saya naiki ini membawa saya dari Marseille ke Paris dengan tiket 10 Euros saja. (foto: dok.pri)
Kalau mau naik pesawat low cost macam Ryan Air, Easy Jet, Germanwings, dan sejenisnya, perhatikan dulu promo-promonya. Terkadang, promo yang diadakan Ryan Air ternyata masih ada biaya plus-plus meskipun yang digembor-gemborkan nol Euro. Biaya plus yang dimaksud bisa saja biaya bensin, surcharge, dan pajak. Lalu, cek juga jam keberangkatan, apakah di pagi buta atau pada larut malam sekali.

Beberapa bandara yang menerima dan memberangkatkan pesawat-pesawat low cost ini biasanya terletak jauh sekali di luar kota, dan calon penumpang harus naik bus carteran yang hanya ada untuk bandara tersebut. Bus carteran ini juga kebanyakan tidak gratis. Jadi perhitungkan waktu yang mesti ditempuh untuk mencapai bandara yang menerbangkan pesawat low cost tersebut, apakah cukup? Dan jika terlambat, apakah pesawat low cost yang akan saya naiki mengenakan denda besar apabila saya ingin mengganti jam penerbangan? 

2. Menginap di kediaman penduduk lokal

Kalau yang Kompasianer maksud menggunakan layanan sharing tempat tinggal seperti Couchsurfing dan yang sejenisnya, justru saya lebih memilih untuk tinggal di kediaman orang yang memang benar-benar sudah saya kenal dengan baik. Penduduk lokal ini bisa warga asli setempat, tapi bisa juga kenalan orang Indonesia yang sedang bermukim di sana dalam rangka kerjaan atau kuliah. Tapi, bukan berarti numpang menginap di tempat orang yang sudah kita kenal dengan baik lalu kita bisa berbuat seenaknya di kediaman mereka, ya :).

Selain itu buat janji jauh-jauh hari terlebih dahulu dan beritahukan tanggal berapa kita datang, berapa lama kita akan menginap, supaya mereka juga punya waktu untuk mempersiapkan diri. Biasanya saya menawarkan memasak kuliner Indonesia, yang mudah-mudah saja seperti nasi goreng (so, jangan lupa bawa bumbu nasi goreng instan), mie goreng; saya juga membantu membersihkan dan mencuci piring setiap habis makan (ini kalau dibolehkan sama tuan rumah ya. Ada tuan rumah yang justru tidak senang jika kita ikut repot-repot, karena kita dianggap tamu oleh mereka), atau merapikan kamar yang kita tempati. Kalau tuan rumahnya wong londo beneran, siapkan juga suvenir atau pernak-pernik khas Indonesia seperti gantungan kunci dengan gambar-gambar batik, pembatas buku bergambar batik, wayang kulit, syal batik, kartu pos-kartu pos bergambar obyek wisata di Indonesia. Pokoknya apa saja yang bercirikan Indonesia. 

menginap di kediaman penduduk lokal akan jauh lebih menghemat ketimbang di hotel. Tapi tetap saja ada tata kramanya. Foto ini saya ambil dari balkon apartemen seorang kawan baik di Marseille, Prancis. (foto: dok.pri)
menginap di kediaman penduduk lokal akan jauh lebih menghemat ketimbang di hotel. Tapi tetap saja ada tata kramanya. Foto ini saya ambil dari balkon apartemen seorang kawan baik di Marseille, Prancis. (foto: dok.pri)
Kalaupun terpaksa menginap di hotel, hostel atau losmen, sebaiknya pilih yang benar-benar nyaman untuk Anda. Bukan berarti karena ingin murah-meriah, lalu Anda memilih yang satu kamar isinya sebelas tempat tidur bersusun, bercampur-baur dengan turis asing lainnya, jika Anda memang tidak nyaman dengan cara seperti itu. Apalagi kalau turis asingnya masih ABG yang doyan pacaran dan clubbing, bukannya bisa tidur nyenyak tapi malah terganggu deh dengan berisiknya suara mereka di tengah malam. 

Kalau Anda masih muda sih mungkin tidak masalah ya, saya sendiri waktu masih berusia 20-an juga pernah beberapa kali tidur di hostel yang isinya satu kamar berdua belas, tetapi kalau sudah menginjak kepala tiga ke atas yang menginginkan kenyamanan? Lebih baik pilih tempat penginapan semacam Bed & Breakfast atau budget hotel (versi murah dari hotel bintang lima) yang sudah semakin banyak pilihannya.

Appart-E, fasilitas penginapan yang dikelola oleh para mahasiswa Indonesia di Paris. (foto sumber: ppiparis.fr)
Appart-E, fasilitas penginapan yang dikelola oleh para mahasiswa Indonesia di Paris. (foto sumber: ppiparis.fr)
Kalau di Paris, ada yang namanya Appart-E, yaitu semacam fasilitas penginapan yang disediakan oleh para pelajar Indonesia di Paris (disebut PPI Paris) bagi para pelancong asal Indonesia. Tarif yang ditawarkan untuk wisatawan pelajar adalah 10 Euros/malam, dan untuk wisatawan non pelajar 15 Euros/malam dengan durasi menginap maksimal 3 hari. Info lengkapnya bisa Anda kunjungi di sini: Appart-E. Menurut saya tarif ini masih jauh lebih murah daripada harus menginap di hostel di Paris yang biayanya mulai dari 20 atau 40 Euros per malam, bahkan lebih. Itu pun ya harus mau satu kamar bersepuluh, bersebelas atau lebih dengan turis lainnya. 

3. Tolak titipan

Ini nih yang paling bikin saya geram. Mentang-mentang saya dikirim ke luar negeri, lantas saya banyak duit, begitu? Lalu, yang tadinya tidak kenal, tiba-tiba jadi sok kenal sok dekat, dan tahu-tahu saja nitipnya yang aneh-aneh. Dan anehnya lagi, sebenarnya yang menitip ke saya itu orang-orang yang mampu membeli dengan duit mereka sendiri, loh. Ada yang menitip parfum lah (mending beli parfum untuk saya sendiri, ya nggak?), nitip dibelikan coffee maker lah (haduh, itu beratnya bisa bikin koper saya overload), ada yang nitip dibawakan printer untuk anaknya yang lagi kuliah (walah, harga bawain printer-nya lebih mahal ketimbang beli langsung di negara tempat dia kuliah), dan macem-macem lagi. 

kalau belanja-belanja mah mendingan beli untuk diri sendiri daripada beli titipan orang. Foto ini menampilkan distrik Champs-Elysees di kota Paris yang banyak dikunjungi wisatawan asal Indonesia untuk shopping, tapi harganya? Huehe... (foto: dok.pri)
kalau belanja-belanja mah mendingan beli untuk diri sendiri daripada beli titipan orang. Foto ini menampilkan distrik Champs-Elysees di kota Paris yang banyak dikunjungi wisatawan asal Indonesia untuk shopping, tapi harganya? Huehe... (foto: dok.pri)
Awalnya saya merasa nggak enakan jadi saya iyain beberapa permintaan yang saya rasa sanggup, daripada dimusuhin. Tapi setelah perjalanan yang kesekian kalinya, saya tolak dengan tegas! Rugi atuh kalau dititipin... iya kalau koper kita nggak overload, kalau beneran bagaimana? Memangnya yang nitipin mau bayarin? Belum lagi ongkos transportasi dari tempat menginap ke bandara dengan membawa barang-barang titipan, padahal di luar negeri saya bisa dikatakan hanya satu-dua kali naik taksi karena tahu ongkos naik taksi itu mahal banget. Barang-barang yang kita bawa pun dihitung loh kalau naik taksi! Memangnya saya Paris Hilton apa ya duit keluar dengan sendirinya... Yah, kita doakan saja orang yang suka nitip-menitip dimampukan agar bisa berbelanja sendiri ke negeri yang diimpikan.

4. Memasak sendiri atau bawa bekal

Kalau kediaman yang Anda tempati ada dapurnya, manfaatkanlah sebaik-baiknya untuk memasak dan membuat bekal selama di perjalanan. Ini sebenarnya sambungan dari tips yang nomor tiga. Kalau dimasakkan makanan oleh tuan rumah biasanya suka berlebih, jadi saya bilang sejujurnya ke sang tuan rumah makanan itu akan saya simpan di kulkas untuk besoknya saya bawa sebagai bekal selama jalan-jalan mengelilingi kota tujuan. Apalagi kebiasaan wong londo tidak pernah menyimpan makanan bekas. Kalau misalnya masak sendiri ya lebih baik kan, jadi tidak terlalu kangen makanan Indonesia selama berada di luar negeri.

kalau mau mencicipi kuliner lokal ya jangan tanggung-tanggung ke McD atau KFC, tapi langsung ke kafe atau resto fine dining-nya. Sesekali saja ya... :). Gambar foto adalah escargot atau bekicot, yang termasuk hidangan mewah di Prancis. (foto: dok.pri)
kalau mau mencicipi kuliner lokal ya jangan tanggung-tanggung ke McD atau KFC, tapi langsung ke kafe atau resto fine dining-nya. Sesekali saja ya... :). Gambar foto adalah escargot atau bekicot, yang termasuk hidangan mewah di Prancis. (foto: dok.pri)
Makan di luar sesekali boleh saja untuk mengetahui kuliner setempat, tapi di Eropa kuliner khas sana biasanya kalau tidak di dalam resto mewah fine dining, ya makanan cepat saji yang dijual oleh para imigran macam kebab, sandwich, dan sebangsanya (yang saya maksud ini bukan McDonald atau KFC yang tersebar di mana-mana, loh! Lagi pula, McDonald dan KFC di Eropa bisa dibilang makanan yang agak mahal dengan porsi sangat kecil ketimbang makan di resto semi fine-dining atau kafe, apalagi kalau dibandingkan dengan masak sendiri :) ).

5. Datang ke Travel Fair

Akhir-akhir ini di beberapa kota besar di Indonesia semakin banyak digelar acara travel fair secara rutin, bahkan ada maskapai yang menyelenggarakan travel fair-nya dua kali dalam setahun dengan promo diskon lumayan banget! Bisa setengah harga normal! Beberapa teman saya sudah memanfaatkan promo diskon ini dan dapat mewujudkan impian mereka mengunjungi London, pergi ke Turki, atau bertamasya ke Jepang (eh yang dua terakhir ini bukan Eropa ya? :D).

Ya pokoknya kalau ada travel fair pantau saja tiket-tiket murah dengan kota-kota destinasi di Eropa. Kalau tiket yang Anda beli tujuannya ke London, tapi Anda juga ingin pergi ke Paris, Milan, dan kota-kota lainnya di Eropa bagian barat, jangan lupa untuk mengajukan aplikasi visa Schengen terlebih dahulu selain visa ke UK. Karena visa ke UK berbeda dengan visa untuk ke Perancis, ke Italia, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya yang tergabung ke dalam Uni Eropa.

Dan, perlu diketahui bahwa proses pembuatan visa ke Eropa sekarang jauh lebih mudah dan lebih cepat, asalkan semua dokumen persyaratan yang diminta dilengkapi. Setelah mengumpulkan aplikasinya ke agen resmi yang ditunjuk Kedutaan, jika dokumen Anda lengkap, maka dalam waktu 48 jam visa Anda akan disetujui. Anda pun akan mendapatkan visa Schengen multiple entry yang berlaku selama 5 tahun (asalkan jangan lupa dicentang multiple entry-nya ya :) ).

Beberapa negara di Eropa sudah memberlakukan aturan visa 48 jam. Artinya, aplikasi visa Anda akan diproses dalam waktu 2 hari kerja saja asalkan semua persyaratan dilengkapi. (foto: ambafrance-id.org)
Beberapa negara di Eropa sudah memberlakukan aturan visa 48 jam. Artinya, aplikasi visa Anda akan diproses dalam waktu 2 hari kerja saja asalkan semua persyaratan dilengkapi. (foto: ambafrance-id.org)
Jadi, selamat jalan ke Eropa! Bon voyage!

Tulisan ini juga saya buat di blog pribadi dengan beberapa penyesuaian: Traveling Hemat ke Eropa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun