Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Long Weekend di Cirebon: Geliat Wisata Kota Pesisir (bagian 3 - Habis)

30 September 2016   11:28 Diperbarui: 30 September 2016   11:39 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cokelat lucu khas Garut yang dijual di Batik Trusmi. (foto: dok.pri)

Benar-benar menyebalkan juga si abang becak ini. Menurunkan kita di tengah perjalanan, mau kembali ke hotel saja juga tidak mungkin dengan berjalan kaki. Panas-panas pula!

“Kasih aja Din yang pantas berapa,” bisik teman saya lagi setelah kami berdua turun. Lalu saya menyodorkan selembar seratus ribu, yang diprotes oleh si supir becak.

“Lho, Mbak, saya kan sudah mengantar dari pagi, jauuuh, Mbak. Sampai keraton lagi,” keluhnya dengan wajah setengah memelas, setengah kesal.

Saya melirik ke teman saya. Tapi teman saya pun sepertinya enggan mengeluarkan uang, karena kami juga belum berbelanja di Trusmi. Akhirnya saya tambah lagi selembar lima puluh ribu, barulah si abang becak tersenyum sumringah. Sambil menunduk memberikan isyarat terima kasih, ia kembali naik ke atas sadel becaknya.

Saya dan teman saya? Bersungut-sungut masuk ke pelataran masjid, kepanasan!

Shopping atau Nggak Shopping di Batik Trusmi

Melepas penat, kami berteduh sejenak di tangga pelataran masjid yang belakangan baru saya ketahui bernama Mesjid Raya At Taqwa. Bangunan megah dengan halaman seluas 2600 meter persegi ini terletak di Jalan R.A. Kartini, dan merupakan masjid terbesar berarsitektur modern di Cirebon. Sayang, karena pada saat itu kami terlalu lelah, jadi saya tidak terpikir untuk memotretnya, ha ha…Konstruksinya mirip-mirip Mesjid Al-Akbar di Surabaya, namun bedanya masjid yang ini tidak memiliki kubah, melainkan atapnya dibuat dengan arsitektur menyerupai atap rumah pendopo.

Lalu belum sempat juga saya membuka mulut, teman saya langsung menyeru ke sekumpulan remaja, cowok-cowok dan cewek-cewek di dalam stand, yang saya perkirakan masih usia baru selesai kuliah dan usia awal bekerja.  “Mbak, Mas, mau tanya dong di sini ada taksi nggak ya, soalnya saya belum pernah ketemu taksi di sini (maksudnya di Cirebon).”

            “Iya, kayaknya Blue Bird nggak ada ya di Cirebon?” timpal saya.

            “Taksi? Taksi Blue Bird… hhmmm, setahu saya nggak ada sih, Mba,” jawab seorang cowok dengan nada malas-malasan.

Teman saya tambah sebal mendengar jawabannya. “Nanya beneran kok nggak serius gitu sih jawabnya,” rutuknya setengah berbisik.        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun