Bappenas Masa Orde Baru
Dulu, selama masa Orde Baru, saya mengenal Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, atau disebut juga Bappenas, sebagai salah satu lembaga negara yang dipandang 'wah' oleh orang-orang.  Ini disebabkan semua proyek pembangunan yang berkaitan dengan proyek pemerintah, seperti pembangunan jalan raya, jembatan layang, pendirian gedung-gedung pelayanan masyarakat: kantor pos, rumah sakit pemerintah, dirapatkannya di sana. Apalagi sekitar tahun 1980 hingga 1990 awal ketika Indonesia sedang pesat-pesatnya membangun berbagai infrastuktur demi mengejar target Rencana Pembangunan Lima Tahun (disingkat Repelita, kini diganti istilahnya menjadi Nawacita). Para insinyur berkumpul dengan berbagai pemangku kepentingan di Bappenas yang terkait untuk merumuskan berbagai proyek besar.
Terlebih lagi, Kepala Bappenas yang menjabat dua periode berturut-turut saat Indonesia sedang giat-giatnya membangun (1973-1978, 1978-1983), ProfesorWidjojo Nitisastro adalah juga seorang ahli ekonomi handal lulusan University of Berkeley, California, Amerika Serikat. Profesor yang juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini  disebut-sebut sebagai 'arsitek'-nya perekonomian Orde Baru yang mampu membawa perubahan ekonomi Indonesia setelah sempat terhempas akibat inflasi parah hingga 650% menjelang peristiwa Gestapu. Pada masa itu, para ekonom lulusan Berkeley yang berkiblat pada aliran liberalisme-kapitalisme Amerika Serikat, disebut 'mafia Berkeley', dipercaya akan mampu menyembuhkan perekonomian Indonesia yang cenderung sosialis-komunis pada saat itu, dan menyebabkan keadaannya morat-marit karena nilai mata uang Rupiah tidak ada harganya di pasar dunia. Pendapatan perkapita penduduk Indonesia pun mencapai tidak lebih dari 800 Dolar Amerika Serikat. Di sini, peran Bappenas adalah memulihkan perekonomian negara secara total sehingga memegang kekuasaan penuh secara terpusat.
Kini, zaman berganti. Meskipun Indonesia sempat kembali mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998, sistem perekonomian di era reformasi justru memusatkan perhatian pada perkembangan ekonomi di daerah-daerah agar selaras dengan kemajuan perekonomian di ibukota. Selain itu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (disingkat Bappeda) mempunyai kewenangan langsung di bawah gubernur masing-masing provinsi, sehingga Bappenas tidak dapat memaksakan perencanaan pembangunan sendiri.
Sepak Terjang Pak Bambang dalam Perekonomian Pembangunan
Untuk itu, dalam menjalankan program dan kebijakannya, Bappenas di bawah kepemimpinan yang baru, yaitu Bapak Bambang Permadi Soemitro Brodjonegoro, juga merangkul Kementerian Perekonomian yang sebelumnya dijabat oleh beliau sendiri. Â Berbicara tentang Bapak Bambang yang menjabat sebagai Menteri dan Kepala Bappenas sejak dilantik tanggal 27 Juli 2016 oleh Presiden Jokowi, menggantikan Bapak Sofyan Djalil, maka akan berbicara juga tentang sepak terjangnya di dunia ekonomi pembangunan.
Pak Bambang adalah alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1990, lalu meneruskan studi Master dan Doktoral bidang Urban Planning serta Regional Science hingga tahun 1997 di University of Illinois, Urbana Champaign, Amerika Serikat. Pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal untuk bidang Islamic Research and Training Institute di Islamic Development Bank (IDB), Pak Bambang sempat ditunjuk oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo untuk menduduki posisi Kepala Badan Kebijakan Fiskal tahun 2011, lalu menjadi Wakil Menteri Keuangan pada masa pemerintahan Presiden SBY. Bahkan, beliau juga pernah dianugerahi Bintang Mahaputra Utama oleh Presiden SBY pada tahun 2014 atas prestasinya dalam memajukan kesejahteraan rakyat.
Selama memegang jabatan Menteri Keuangan di era pemerintahan Jokowi yang baru dijalaninya kurang dari satu tahun, Pak Bambang pernah meraih penghargaan oleh Finance Asia sebagai Finance Minister of The Year pada tahun 2015. Penghargaan ini diraih Pak Bambang karena dianggap berhasil menurunkan rasio hutang dalam negeri berkat kebijakannya memangkas subsidi bahan bakar minyak. Finance Asia merupakan institusi penerbitan di Asia Tenggara yang membahas keuangan dan pasar modal Asia.
Misalkan saja saat ia menceritakan tentang istilah maximizing utility function subject to constraint dalam ilmu ekonomi, artinya setiap kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi atau perniagaan pasti selalu akan memaksimalkan manfaat utilitasnya, yang tentu saja harus disesuaikan dengan keadaan atau kondisi yang ada, dalam rangka mencapai solusi yang optimal. Begitu juga dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Bappenas saat ini memperhatikan keadaan pasar serta sektor industri yang perlu ditingkatkan, juga peran serta pembangunan setiap daerah dalam mengejar ketertinggalan dengan pembangunan di kota-kota besar.
Jadi, kelihatannya sih keputusan Jokowi mengangkat Pak Bambang sebagai Kepala Bappenas yang baru sangat tepat, seperti yang dikatakan banyak orang. Pak Bambang juga pernah berkelakar posisinya yang sekarang persis seperti garis tangannya, yang menggambarkan tokoh-tokoh ekonom Indonesia yang menjadi tetangganya sewaktu kecil, seperti Bapak Ali Wardhana dan Bapak Widjojo Nitisastro. Asyik banget ya kalau bisa punya tetangga orang-orang pentingnya Indonesia :).
Sektor Industri Kreatif Indonesia Penyelamat Bangsa
Berbicara tentang Bappenas masa kini dan kebijakan jangka panjang yang telah disusunnya, ada pula kebijakan jangka menengah yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) selama empat tahun, mulai tahun 2015 hingga 2019. RPJM ini menekankan pada transformasi struktur ekonomi yang menunjang keterkaitan ekonomi antardaerah, serta peningkatan produktivitas nasional melalui sektor industri.
Industri migas yang tengah anjlok saat ini memberi pelajaran bagi Indonesia untuk tidak melulu bergantung pada satu sumber saja. Memang betul bahwa boomingsektor industri sebelum krisis 1998 telah menyerap banyak tenaga kerja, perusahaan minyak dan gas bumi merupakan perusahaan yang paling banyak diburu karena tidak hanya penghasilannya yang jauh di atas mencukupi, menjanjikan jenjang karir gemilang, tetapi juga Indonesia menjadi banyak incaran investor asing. Akan tetapi, pasca krisis dan kerusuhan 1998, industri ini sempat kolaps dan tingkat pertumbuhannya menurun drastis hingga ke angka -14%!
Industri padat karya tetap harus diutamakan namun sebaiknya memproduksi barang yang berbeda. Pak Bambang mencontohkan brand asal Jepang berinisial U yang merupakan barang fesyen hasil industri sektor padat karya dari luar negeri tetapi mempunyai ciri khas style dan fungsionalitas. Saya yang merupakan salah satu penggemarnya  juga merasakan manfaat baju-baju yang diproduksi brand ini. Selain bahannya yang berkualitas dan tahan lama, baju-baju produksi brand ini ada fungsi lain seperti kainnya yang tidak mudah berkerut jadi nggak usah sering-sering diseterika, sementara untuk baju koleksi musim dinginnya mudah dan cepat menyerap panas namun tetap ringan dibawa ke mana-mana (ehem.. ini bukan promosi, loh). Â
Tetapi berkat perencanaan pembangunan nasional lima tahun yang mengarah pada industrialisasi besar-besaran, serta yang penting adalah inovasi yang terus-menerus, dengan sokongan dari pemerintah sejak tahun 1960, kini pendapatan perkapita masyarakat di Korea mencapai di atas 10.000 Dolar Amerika Serikat! Korea Selatan dikatakan telah berhasil keluar dari perangkap low-middle class.
Pak Bambang juga menyebutkan bahwa industri sektor makanan merupakan industri unggulan yang akan terus maju, seperti industri pengolahan biji kopi gayo di Aceh yang sudah diekspor hingga ke Eropa dan Amerika Serikat, begitu pula dengan produk mie instan asli Indonesia yang kini dapat ditemukan di mancanegara bahkan sudah membuka pabriknya di Serbia, juga kopi instan.
Referensi:
Di Era Digital, Seberapa Besar Industri Kreatif Doroong Ekonomi Indonesia?
Menteri Bambang Ingin Bappenas Buat Rencana Sesuai Anggaran
Bambang P.S. Brodjonegoro Terima Penghargaan Finance Minister of The Year 2015
Population Change and Development in Korea
www.bappenas.go.id
Profil Bambang Brodjonegoro yang Menjabat Kepala Bappenas
Bambang Brodjonegoro: Kita Buat Bappenas Jadi Birokrat Pemikir dan Kritis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H