Acara Dialog Kompasiana bersama Kepala Bappenas yang baru, Bapak Bambang Brodjonegoro, alumnus FEUI dan University of Illinois, Urbana Champaign, Amerika Serikat, tanggal 29 Agustus 2016 yang lalu di Gedung Utama Bappenas. Acara ini dipandu oleh MC Liviana Cherlisa. (foto sumber: dokumen pribadi)
Hingga kini Pak Bambang masih aktif mengajar di Fakultas Ekonomi UI, bahkan sempat memegang jabatan Dekan fakultas kampus jaket kuning tersebut pada periode tahun 2005-2009. Wah, pastinya sebuah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan oleh para mahasiswa FE nih. Saya merasakan sendiri saat Pak Bambang menerangkan program-program kerjanya di hadapan
Kompasianer dalam acara
Dialog Kompasianer bersama Bappenas 29 Agustus yang lalu, saya tidak mengalami kesulitan untuk mencerna penjelasannya bak seorang mahasiswa sedang mendengarkan penjelasan dosennya. Jika ada istilah atau
economic term yang dirasa tidak dipahami orang awam, Pak Bambang selalu memberikan definisi atau pemahaman sederhana.Â
Misalkan saja saat ia menceritakan tentang istilah maximizing utility function subject to constraint dalam ilmu ekonomi, artinya setiap kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi atau perniagaan pasti selalu akan memaksimalkan manfaat utilitasnya, yang tentu saja harus disesuaikan dengan keadaan atau kondisi yang ada, dalam rangka mencapai solusi yang optimal. Begitu juga dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Bappenas saat ini memperhatikan keadaan pasar serta sektor industri yang perlu ditingkatkan, juga peran serta pembangunan setiap daerah dalam mengejar ketertinggalan dengan pembangunan di kota-kota besar.
Pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang membaik pada tahun 2011 mencapai angka di atas 3000 USD, sehingga masyarakat Indonesia berada dalam level low-middle income class. (foto sumber: heritage.org)
Pak Bambang sendiri mengatakan bahwa
Bappenas di bawah kepemimpinannya harus menjadi lembaga birokrat yang kritis dan pemikir. Kebijakan-kebijakan yang dibuat harus bersifat dan dipikirkan untuk jangka panjang meskipun pemerintahan dan presidennya silih berganti, tidak mementingkan ego pribadi, serta membawa hasil ke arah yang lebih baik.
Jadi, kelihatannya sih keputusan Jokowi mengangkat Pak Bambang sebagai Kepala Bappenas yang baru sangat tepat, seperti yang dikatakan banyak orang. Pak Bambang juga pernah berkelakar posisinya yang sekarang persis seperti garis tangannya, yang menggambarkan tokoh-tokoh ekonom Indonesia yang menjadi tetangganya sewaktu kecil, seperti Bapak Ali Wardhana dan Bapak Widjojo Nitisastro. Asyik banget ya kalau bisa punya tetangga orang-orang pentingnya Indonesia :).
Sektor Industri Kreatif Indonesia Penyelamat Bangsa
Berbicara tentang Bappenas masa kini dan kebijakan jangka panjang yang telah disusunnya, ada pula kebijakan jangka menengah yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) selama empat tahun, mulai tahun 2015 hingga 2019. RPJM ini menekankan pada transformasi struktur ekonomi yang menunjang keterkaitan ekonomi antardaerah, serta peningkatan produktivitas nasional melalui sektor industri.
Industri migas yang tengah anjlok saat ini memberi pelajaran bagi Indonesia untuk tidak melulu bergantung pada satu sumber saja. Memang betul bahwa boomingsektor industri sebelum krisis 1998 telah menyerap banyak tenaga kerja, perusahaan minyak dan gas bumi merupakan perusahaan yang paling banyak diburu karena tidak hanya penghasilannya yang jauh di atas mencukupi, menjanjikan jenjang karir gemilang, tetapi juga Indonesia menjadi banyak incaran investor asing. Akan tetapi, pasca krisis dan kerusuhan 1998, industri ini sempat kolaps dan tingkat pertumbuhannya menurun drastis hingga ke angka -14%!
Populasi Indonesia setiap tahun terus meningkat, meskipun tingkat angka kelahiran menurun. (foto sumber: worldometers.info)
Fakta mengenai populasi di Indonesia. (foto dan data sumber: worldometers.info)
Tapi, seperti kata Pak Bambang, untungnya Indonesia ini diberkahi dengan
demography bonus, dengan kata lain jumlah penduduk yang sangat banyak, bahkan menduduki ranking ke-4 di dunia setelah Cina dan India. Angka
median age-nya saja di kisaran usia 28 tahun, yang artinya populasi terbesar di Indonesia didominasi oleh angkatan kerja generasi muda. Oleh karenanya, Pak Bambang mengatakan bahwa populasi generasi muda Indonesia ini (
young population) harus diaktifkan kembali melalui sektor industri manufaktur dan jasa. Misi ini juga sesuai dengan
Rencana Kerja Jangka Pendek (disebut RKP) Bappenas untuk tahun 2017 yaitu meningkatkan kesempatan kerja demi mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Industri padat karya tetap harus diutamakan namun sebaiknya memproduksi barang yang berbeda. Pak Bambang mencontohkan brand asal Jepang berinisial U yang merupakan barang fesyen hasil industri sektor padat karya dari luar negeri tetapi mempunyai ciri khas style dan fungsionalitas. Saya yang merupakan salah satu penggemarnya  juga merasakan manfaat baju-baju yang diproduksi brand ini. Selain bahannya yang berkualitas dan tahan lama, baju-baju produksi brand ini ada fungsi lain seperti kainnya yang tidak mudah berkerut jadi nggak usah sering-sering diseterika, sementara untuk baju koleksi musim dinginnya mudah dan cepat menyerap panas namun tetap ringan dibawa ke mana-mana (ehem.. ini bukan promosi, loh). Â
Gerai brand fesyen asal Jepang ketika pertama kali dibuka di salah satu mal di Jakarta. Brand yang merupakan sektor industri fesyen ini terus berinovasi. (foto sumber: yorissebastian.com)
Atau misalkan produk lain, yaitu perangkat elektronik seperti laptop, ponsel, televisi asal Korea Selatan berinisial
 S yang kini merajai pasar barang elektronik di seluruh dunia, bersaing ketat dengan produk serupa dari Amerika Serikat. Meskipun begitu, S tetap laris-manis dan mempunyai penggemar tersendiri karena
hardware-nya yang lebih murah dan lebih mudah didapat, aplikasinya juga lebih mudah digunakan. Padahal, kita bayangkan Korea Selatan zaman 50 tahun yang lalu masih menjadi negara termiskin di dunia dengan pendapatan perkapita penduduknya hanya 80 Dolar Amerika Serikat akibat Perang Korea selama tahun 1950-an.Â
Tetapi berkat perencanaan pembangunan nasional lima tahun yang mengarah pada industrialisasi besar-besaran, serta yang penting adalah inovasi yang terus-menerus, dengan sokongan dari pemerintah sejak tahun 1960, kini pendapatan perkapita masyarakat di Korea mencapai di atas 10.000 Dolar Amerika Serikat! Korea Selatan dikatakan telah berhasil keluar dari perangkap low-middle class.
Lihat Money Selengkapnya