“Makasih Mbak radionya, soalnya buat aku kasih ke bapakku di kampung, Mbak. Dia suka ngerungokke (mendengarkan) sandiwara pewayangan lho, Mbak,” begitu katanya.
Kalau berdasarkan hasil browsing di internet, data yang peroleh dari MARS Indonesia menyebutkan bahwa pendengar radio di luar pulau Jawa persentasenya masih lebih besar ketimbang di Jawa sendiri, yaitu sebesar 37% berbanding dengan 18%, dan rata-rata pendengar lebih senang menyimak lagu-lagu (sebanyak 82%) daripada berita atau ceramah.
Sandiwara Radio Berformat ‘Kekinian’
Jadi, bagaimana ya supaya siaran sandiwara radio ini bisa didengar semua orang, terutama yang ceritanya mengusung edukasi tenntang persiapan menghadapi bencana? Pengalaman saya dulu bekerja di Surabaya dalam hal yang berkaitan dengan promosi pendidikan, kami mempunyai jaringan media sosial (atau medsos) yang mengkomunikasikan setiap kegiatan kami baik itu pameran, presentasi, kunjungan ke kampus atau sekolah, dan lain-lain. Jelang seminggu, bahkan sebulan sebelum acara jika itu berskala besar, kami biasanya mengumumkan kegiatan tersebut melalui berbagai media, termasuk menceritakan detail acaranya di radio-radio dan stasiun televisi yang bekerjasama dengan kantor saya.
Nah, supaya orang-orang bisa ikut mendengarkan atau menyimak siaran kami, ‘woro-woro’ di medsos seperti laman facebook dan twitter kami lakukan secara berulang-ulang. Khususnya di twitter, kami membuat ‘woro-woro’ tersebut dalam dua atau tiga timeline. Dan tidak lupa kami menyisipkan kuis yang jawabannya hanya bisa ditemukan pada saat siaran berlangsung ;). Oya, tambahan, jika kami menyertakan satu atau dua orang bule dalam siaran kami maka itu akan lebih menarik minat orang-orang untuk ikut mendengarkan atau menyimak, ha ha ha…
Mengapa edukasi bencana perlu menargetkan angkatan generasi muda juga? Ya secara logika karena mereka tenaganya masih kuat, sikapnya masih gesit dan cekatan, pasti akan sangat membantu ketika dibutuhkan untuk menolong para lansia atau anak-anak saat bencana terjadi. Semoga masukan-masukan di atas dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan naskah dan penyiaran sandiwara radio edukasi bencana berikutnya. ***
Referensi:
Pendengar Setia Radio Sampai 37%
NIELSEN: KONSUMSI MEDIA LEBIH TINGGI DI LUAR JAWA