Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sadar Bencana Melalui Sandiwara Radio 'Kekinian'

12 September 2016   23:23 Diperbarui: 13 September 2016   22:13 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendengar radio di beberapa kota di Jawa dan luar pulau Jawa & range usianya. (sumber: https://marsnewsletter.wordpress.com/2010/01/13/pendengar-setia-radio-capai-37/)

Pendengar radio di beberapa kota di Jawa dan luar pulau Jawa & range usianya. (sumber: https://marsnewsletter.wordpress.com/2010/01/13/pendengar-setia-radio-capai-37/)
Pendengar radio di beberapa kota di Jawa dan luar pulau Jawa & range usianya. (sumber: https://marsnewsletter.wordpress.com/2010/01/13/pendengar-setia-radio-capai-37/)
Contoh lain adalah pengurus rumah kost di Surabaya yang pernah saya hadiahkan pesawat radio beberapa bulan sebelum saya kembali ke Jakarta. Dia ternyata senang bukan main sewaktu saya memberikan radio portabel tersebut, padahal dia sendiri saya perhatikan selalu mendengarkan radio melalui smartphone. Dan yang didengar ya lagu-lagu macam Alamat Palsu serta disco-remix lainnya. Lah bagaimana saya bisa tahu, wong dia sering memutar siaran radio dari ponselnya keras-keras, ha ha ha..

“Makasih Mbak radionya, soalnya buat aku kasih ke bapakku di kampung, Mbak. Dia suka ngerungokke (mendengarkan) sandiwara pewayangan lho, Mbak,” begitu katanya.

Kalau berdasarkan hasil browsing di internet, data yang peroleh dari MARS Indonesia menyebutkan bahwa pendengar radio di luar pulau Jawa persentasenya masih lebih besar ketimbang di Jawa sendiri, yaitu sebesar 37% berbanding dengan 18%, dan rata-rata pendengar lebih senang menyimak lagu-lagu (sebanyak 82%) daripada berita atau ceramah.

Sandiwara Radio Berformat ‘Kekinian’

Jadi, bagaimana ya supaya siaran sandiwara radio ini bisa didengar semua orang, terutama yang ceritanya mengusung edukasi tenntang persiapan menghadapi bencana? Pengalaman saya dulu bekerja di Surabaya dalam hal yang berkaitan dengan promosi pendidikan, kami mempunyai jaringan media sosial (atau medsos) yang mengkomunikasikan setiap kegiatan kami baik itu pameran, presentasi, kunjungan ke kampus atau sekolah, dan lain-lain. Jelang seminggu, bahkan sebulan sebelum acara jika itu berskala besar, kami biasanya mengumumkan kegiatan tersebut melalui berbagai media, termasuk menceritakan detail acaranya di radio-radio dan stasiun televisi yang bekerjasama dengan kantor saya. 

Nah, supaya orang-orang bisa ikut mendengarkan atau menyimak siaran kami, ‘woro-woro’ di medsos seperti laman facebook dan twitter kami lakukan secara berulang-ulang. Khususnya di twitter, kami membuat ‘woro-woro’ tersebut dalam dua atau tiga timeline. Dan tidak lupa kami menyisipkan kuis yang jawabannya hanya bisa ditemukan pada saat siaran berlangsung ;). Oya, tambahan, jika kami menyertakan satu atau dua orang bule dalam siaran kami maka itu akan lebih menarik minat orang-orang untuk ikut mendengarkan atau menyimak, ha ha ha…

Ini contoh woro-woro yang kami buat sebelum dan menjelang on air di radio. Promosi sandiwara radio dirasa akan lebih efektif dengan memanfaatkan jalur komunikasi melalui media sosial.
Ini contoh woro-woro yang kami buat sebelum dan menjelang on air di radio. Promosi sandiwara radio dirasa akan lebih efektif dengan memanfaatkan jalur komunikasi melalui media sosial.
Mungkin hal serupa yang bisa dilakukan dalam mempromosikan sandiwara radio sadar bencana jika ingin menyasari kalangan remaja atau angkatan muda. Selain melalui laman medsos, bisa juga pengumuman mengenai adanya sandiwara radio dilakukan melalui adlips atau iklan di radio yang diputar secara berkala. Selain itu, jika salah satu atau beberapa peran diisi oleh penyiar-penyiar yang dikenal generasi muda masa kini bisa jadi akan menambah jumlah pedengarnya. Misalkan saja Ronald Surapradja yang suaranya bisa berubah-ubah bak bunglon atau Nycta Gina yang khas dengan suara cempreng-nya. Tentunya format cerita disesuaikan dengan gaya pembawaan mereka yang kocak, ber-setting masa kini, dengan lakon-lakon yang lebih dikenali remaja dan generasi muda, maka kisah sandiwara radio pun lebih baik bernuansa komedi tanpa menghilangkan unsur konflik dan tragedi khususnya saat bencana alam terjadi.


Mengapa edukasi bencana perlu menargetkan angkatan generasi muda juga? Ya secara logika karena mereka tenaganya masih kuat, sikapnya masih gesit dan cekatan, pasti akan sangat membantu ketika dibutuhkan untuk menolong para lansia atau anak-anak saat bencana terjadi. Semoga masukan-masukan di atas dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan naskah dan penyiaran sandiwara radio edukasi bencana berikutnya. ***

Referensi: 

Pendengar Setia Radio Sampai 37%

NIELSEN: KONSUMSI MEDIA LEBIH TINGGI DI LUAR JAWA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun