Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sadar Bencana Melalui Sandiwara Radio 'Kekinian'

12 September 2016   23:23 Diperbarui: 13 September 2016   22:13 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
survey kecil-kecilan via whatsapp dengan mantan kolega saya di Surabaya. (sumber: dokpri)

Di sela-sela mendengarkan live report mengenai titik kemacetan di Jakarta, sesekali channel radio dipindah ke siaran lagu-lagu yang dipandu oleh penyiar yang awalnya memang besar di radio seperti Farhan, Indy Barends atau Sarah Sechan. Para pendengar pun bisa berinteraksi dengan mereka seperti request lagu sambil kirim-kirim ucapan atau titip salam. Jadi, kalau dibilang ada kedekatan antara penyiar dan pendengar memang benar adanya.

Sosialisasi Waspada Bencana Melalui Sandiwara Radio

Berangkat dari manfaat ini, maka BNPB membuat program sandiwara radio yang mengusung materi edukasi bencana ke 20 stasiun radio yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat dan Banten. Mengangkat kisah cinta antara Raditya anak Tumenggung dengan gadis dari kalangan rakyat jelata Sekar Kinanti, dalam setting tanah Mataram tahun 1625 Masehi, sandiwara radio berdurasi 30 menit ini dibagi ke dalam 50 episode yang ditayangkan setiap jam 7 malam. Di acara Nangkring tersebut hadir juga para pengisi suara sandiwara radio yang sudah kawakan seperti Ivonne Rose, Nanang Kasila, Ajeng. Judul sandiwara radionya Asmara di Tengah Bencana, yang disutradarai oleh ADB Haryoko dan naskahnya ditulis S. Tidjab.

para pemain, sutradara dan penulis naskah sandiwara radio turut hadir dalam acara Nangkring 18 Agustus di Hotel Dafam Teraskota. Di antaranya ada Ivonne Rose yang merupakan pengisi suara kawakan sejak zaman Tutur Tinular. (foto: dokpri)
para pemain, sutradara dan penulis naskah sandiwara radio turut hadir dalam acara Nangkring 18 Agustus di Hotel Dafam Teraskota. Di antaranya ada Ivonne Rose yang merupakan pengisi suara kawakan sejak zaman Tutur Tinular. (foto: dokpri)
Tetapi sebenarnya apakah sandiwara radio efektif sebagai sarana untuk mengkampanyekan sesuatu, dalam hal ini pengedukasian masyarakat agar waspada bencana? Untuk itu, saya iseng-iseng berkomunikasi via whatsapp dengan seorang teman yang berdomisili di Surabaya. Kebetulan saya pernah tinggal di kota itu selama dua tahun dan merasakan bagaimana kehidupan masyarakat sehari-hari, termasuk kebiasaan mendengarkan radio. Sebut saja namanya Wati.

survey kecil-kecilan via whatsapp dengan mantan kolega saya di Surabaya. (sumber: dokpri)
survey kecil-kecilan via whatsapp dengan mantan kolega saya di Surabaya. (sumber: dokpri)
            “Wati, kamu masih suka dengerin radio nggak sih?” Saya ingat betul si Wati ini hobi sekali menyanyi sambil mengikuti irama lagu-lagu di radio yang ia dengarkan via ponsel.

            “Iya lah, Mbak. Kenapa?”

            “Kalau sandiwara radio, dengerin juga nggak?”

           Jeda sebentar.“Nggak pernah, Mbak. Kenapa?”

            “Kalau yang masih suka dengerin sandiwara radio di daerah usia berapa ya?”

            “Kalangan tua, Mbak. 50-an. Kakek sama nenekku.”

Dari contoh kecil ini tercermin bahwa pendengar sandiwara radio, bahkan di daerah, adalah generasi di atas saya (dengan kata lain, seangkatan dengan orangtua rata-rata generasi usia produktif masa sekarang). Meskipun hasil komunikasi ini tidak bisa menjadi patokan secara umum mengenai efektivitas sandiwara radio sebagai sarana edukasi, ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun