Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Representasi Kehidupan Urban oleh Grup Hip-Hop Perancis

22 Mei 2016   12:18 Diperbarui: 25 Mei 2016   16:43 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grup tari hip-hop asal Prancis

Jika selama ini tari hip-hop diartikan tarian pemberontakan, tarian masyarakat kelas bawah, tarian orang-orang yang terpinggirkan, dan konotasi-konotasi negatif lainnya, maka sebaliknya di Prancis. Di sana, tarian hip-hop menjadi salah satu tontonan seni pertunjukan yang didukung penuh oleh pemerintah. Setidaknya, itulah yang saya saksikan pada Hari Minggu 15 Mei yang lalu di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, dalam rangkaian acara Printemps Francais 2016 yang digelar oleh Pusat Kebudayaan Prancis (Institut Francais d'Indonesie atau disingkat IFI). Grup tari hip-hop beranggotakan empat orang wanita yang dinamai Compagnie Par Terre ini, memeragakan spesialisasi atau keahlian tari kontemporer yang dimiliki masing-masing anggotanya: Valentine Nagata-Ramos yang jago nge-breakdance, Magali Duclos dan Linda Hayford spesialis popping, dan Sonia Bel Hadj yang mahir ber-popping sekaligus waacking, mementaskan sebuah karya yang menyatukan berbagai spesialisasi ini dalam sebuah aransemen tarian bercerita gubahan Anne Nguyen.

Buat Kompasianer yang bingung apa sih perbedaan masing-masing spesialisasi tarian hip-hop tersebut, di bawah ini saya berikan gambarnya: 

BREAKDANCE
Gaya menari yang berasal dari masyarakat Afro-Amerika dan Puerto Rico ini memusatkan gerakan pada kaki dan keseimbangan yang bertumpu pada tangan. 

breakdance: banyak permainan dan gerakan memutar pada kaki (foto sumber: dance academy USA)
breakdance: banyak permainan dan gerakan memutar pada kaki (foto sumber: dance academy USA)
POPPING
Gaya menari yang lebih kita kenal dengan gerakan ala robot, dipelopori oleh masyarakat jalanan di negara bagian California Amerika Serikat sejak tahun 1960-1970-an. 

Popping: gerakan seperti robot (foto sumber: dancefloorjustdance.wordpress.com)
Popping: gerakan seperti robot (foto sumber: dancefloorjustdance.wordpress.com)
WAACKING
Gaya tarian yang memfokuskan pada kecepatan gerakan tangan dan lengan, dipelopori oleh sebuah klub disko di Los Angeles tahun 1970-an.

waacking: tarian berpusat pada tangan dan lengan dengan gerakan sangat cepat. (foto sumber: urbangrooveugdn.wordpress.com)
waacking: tarian berpusat pada tangan dan lengan dengan gerakan sangat cepat. (foto sumber: urbangrooveugdn.wordpress.com)
Di Perancis sendiri, tarian hip-hop yang diperagakan di jalan-jalan besar di Kota Paris, seperti di Place de la Republique, atau di kawasan komersil Champs-Elysees, selalu mendapatkan antusias dan tepuk tangan para pejalan kaki yang lewat. Namun, apresiasi ini tidak berhenti sampai di situ. Didukung penuh oleh Wali Kota Paris bahkan pemerintah nasional, para penari hip-hop termasuk Valentine, Linda, Magali dan Sonya dapat menyalurkan hobinya menjadi suatu kegiatan profesional dan berkeliling dunia mementaskan karya mereka. 

Anne Nguyen sendiri adalah seorang penari hip-hop dan koreografer yang namanya sudah diakui di Prancis melalui berbagai penghargaan, salah satunya Prix Nouveau Talent Choreographie SACD 2013. Ia juga memenangkan ajang International Battle Of The Year pada tahun 2005. Berkat talentanya ia kini menjadi seniman utama di Teater Nasional Chaillot, sebuah gedung teater megah di kawasan Trocadero di Kota Paris, yang terletak dalam satu kawasan dengan menara Eiffel. 

Dalam pementasan berdurasi 50 menit ini, Valentine, Linda, Magali dan Sonya harus bersinergi dalam menggabungkan keahlian gaya tari mereka masing-masing, bahkan saling bertukar gaya tari yang mereka miliki, dengan iringan musik perkusi yang beritme energik serta mendebarkan. Mereka tidak sekadar menari, melainkan juga mengolahnya dalam sebuah cerita yang menggambarkan representasi kehidupan masyarakat perkotaan melalui gerakan-gerakan geometris. Autarcie sendiri bermakna cara hidup di perkotaan dalam lingkungan yang ruangnya serba terbatas, sehingga masing-masing penduduk dituntut untuk selalu bergerak, berkeasi tanpa meninggalkan identitas jati-dirinya. 

Sebelum pementasan dimulai, saya dan rekan-rekan media diberikan kesempatan untuk menyaksikan sesi gladi resik mereka selama 15 menit. Kompasianer juga bisa menyaksikannya di sini, yuk: (Mohon maaf, atas permintaan pihak public relations Compagnie Par Terre, video latihan saya hapus dan saya ganti dengan yang di bawah ini)


Dari segi kostum, keempat penari wanita ini juga mendapat keistimewaan karena disainnya dirancang oleh rumah adibusana Courreges, yang dikenal dengan gaya rancangan serba modern dan futuristik. Penyanyi pop Amerika Serikat, Miley Cyrus juga pernah mengenakan kostum rancangan rumah mode tersebut untuk pementasannya. Jadi, para Kompasianer jangan berharap akan melihat kostum yang kesannya serba wah, anggun menawan layaknya pakaian yang dikenakan oleh para penari balet. Tapi bukan juga berarti gaya rancangannya serba minimalis alias sobek-sobek atau potong sana-potong sini. Yang pasti, dengan mengenakan kostum tersebut, para penari Compagnie Par Terre dapat dengan leluasa bergerak tanpa dibatasi oleh jahitan atau potongan yang membuat tarian mereka menjadi lepas. Jika teman-teman Kompasianer selama ini mungkin mengindentikkan gaya berbusana para penari hip-hop selalu mengenakan tudung kepala (disebut juga capuchon), justru sebaliknya, keempat penari cantik ini malah meminta disainer rumah mode tersebut untuk menghilangkan capuchon style.

Sayangnya, setelah pementasan selesai, tidak ada satu pun penonton yang berani unjuk diri untuk ikut menari bersama dalam sesi jamming. Padahal, setahu saya penari hip-hop itu bukan tipe penari yang pemalu. Tidak seperti pementasan mereka di Surabaya dua hari berikutnya, yaitu tanggal 18 Mei 2016 di Sheraton, jamming session mereka dipenuhi para penari hip-hop lokal arek-arek Suroboyo yang ikut memperagakan kebolehan di atas panggung.

Jadi, siapa bilang tari hip-hop itu tarian jalanan yang tidak bermakna? Ia bisa menjadi berkelas dan dipentaskan di atas panggung ketika dibalut dalam sebuah cerita, bahkan mendobrak aturan-aturan tari konvensional pada umumnya menjadi sesuatu yang positif jika didukung oleh berbagai pihak pemangku kepentingan dan kekuasaan. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun