Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Senior (Runpee): Film Horor Thailand Paket Komplit

11 Januari 2016   19:19 Diperbarui: 11 Januari 2016   19:23 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana rasanya kalau bukan penyuka film horor diajak nonton film horor?

Yah itulah yang saya alami. Salah saya juga sebenarnya karena tidak membaca informasi yang diberikan dengan teliti. Saya pikir, ah ini paling film horor komedi seperti yang saya pernah tonton jaman saya masih SMA-kuliah dulu di salah satu tivi swasta, yang di situ sering banget diputar film-film horor komedi romantik dari negeri Tiongkok. Bukannya seram, malah bikin ketawa-ketiwi guling-guling.

Bedanya, kalau yang ini film horor dari negeri Thailand. Dan saya baru ngeh, Thailand tuh kalau sudah bikin film, total abis!

"Din, ini horor Thailand, loh!"

Ya terus kenapa, pikir saya. "Horor komedi, kan?" saya bertanya balik ke teman saya yang mengajak ke acara ini via  whatsapp.

"Horor Thailand kan serem!!!"

 

Namanya Film Horor, Ya Tetap Horor

[caption caption="Konferensi Pers dengan aktris dan produser Senior (Runpee) di Blitz Jakarta, 9 Januari 2016 (foto: dok.pribadi)"][/caption]Tiba-tiba saja berkelebat di ingatan saya trailer film horor dari negeri ini yang tidak sengaja saya tonton, entah di televisi, entah sewaktu di bioskop hendak menonton film lainnya. Saya tidak tahu judulnya. Yang pasti, melihat trailer dua atau tiga menit saja, bulu kuduk saya sudah tegak berdiri.

Jantung saya pun langsung berdetak keras. 'Bagaimana iniiih... tapi 'kan nggak boleh dibataliin? Kalo nggak, seperti yang tertulis di e-mail, bakal dipertimbangkan untuk diikutkan acara nobar lainnya...,' pikir saya.  'Loe juga sih, Din, mentang-mentang bosen ngabisin wiken di kost, acara apa aja lo daftar yang penting wiken ada acara.' Dalam hati saya berulang kali menyalahkan diri sendiri. Untunglah saya tidak punya penyakit jantung :D.

Saya jadi teringat, seumur-umur, hanya dua kali saya nonton film horor di bioskop. Itu juga horor Barat, karena aktornya Daniel Radcliffe dan saya pernah baca novelnya yang berjudul "The Bleak House". Dan diajak teman lainnya lagi. Horor kedua waktu saya nonton Victor Frankenstein belum lama ini, dan film itu juga sebenarnya lebih mengarah ke genre triller karena tidak ada sosok setan atau hantu. Waktu masih kecil banget, saya pernah juga menonton film horor Barat juga yang judulnya "Bram Stoker's Dracula", dibela-belain karena yang main adalah aktor-aktris yang pamornya lagi memuncak waktu itu: Winona Ryder dan mas Nunu Reeves (alias Keanu Reeves). Gila udah tuir banget ya saya :D. Meskipun kata teman saya horor Barat masih kalah seram ketimbang horor Asia, buat saya mah, teteup yach, kagak ada bedanya. Seram buat saya tetap seram, bagaimana pun wujudnya.

 

Kekhasan Film Thailand

Namanya janji tetap janji. Karena sudah kadung daftar dan terpilih, saya pun datang ke CGV Blitz Grand Indonesia bahkan saat konferensi pers belum dimulai. Antrian cowo-cowo berusia belasan tahun yang berdiri di sepanjang tali pembatas berwarna merah, membuat saya berkesimpulan, inilah pasar yang dibidik industri film Thailand akhir-akhir ini. Jujur, saya bukan penggemar film Thailand, jadi tidak mengikuti seperti apa industri perfilman ini. Tapi, apa yang dikatakan teman saya memang benar bahwa Thailand kalau bikin film benar-benar totalitas. Saya pernah menonton sekali film komedi Thailand berjudul ATM di bioskop yang sama. Masya Allah, bukan hanya terpingkal-pingkal saya dibuatnya. Tapi, terkekeh-kekeh sampai sakit perut, itu pun baru di pertengahan film. Konyolnya juga bukan adegan-adegan slapstick yang memaksa penonton untuk tertawa seperti di beberapa film atau sinetron komedi Indonesia, melainkan dari dialog, mimik dan tingkah laku setiap pemain yang mempunyai ciri khas. Lah, kalau horor, sudah pasti ada cipratan dan muncratan darah, wajah yang begitu menyeramkan beraneka rupa, didukung dengan lightning yang seringnya gelap atau remang-remang. Oya, saya memang sempatkan dulu untuk lihat trailer film horor berjudul Runpee (Senior) ini sebelum datang ke bioskop.

Seperti yang diulas sepintas di Kompasiana, film SENIOR ini mendapat ulasan dan rating 4 dari 5 bintang, yang artinya cukup bagus oleh jurnalis di negerinya sendiri. Pemain utamanya pun adalah seorang aktris merangkap penyanyi remaja yang sedang naik daun, Jannine Wiegel. Melihat dari namanya sih, saya sempat berpendapat koq Jerman banget, yah. Ah ternyata setelah diperkenalkan pada saat konferensi pers memang benar, ia bak Cinta Laura atau Nadine Chandrawinata yang berdarah campuran Jerman, entah dari ayahnya atau ibunya. Dan ini melahirkan paras yang tentunya rupawan, terutama bagian hidungnya yang bangir. Dan, hidung yang bangir itulah sepertinya yang menjadi kekuatan cerita film ini. Menurut saya sih, he he he...

Karena di film diceritakan, Jannine yang berperan sebagai Mon, mempunyai kemampuan bisa merasakan kehadiran hantu. Yang unik, kalau biasanya kita tahu orang-orang dengan kemampuan semacam ini adalah bisa melihat langsung hantu dari indra keenam mereka (atau bahasa kerennya sixth sense), nah kalau Mon merasakan hantu lewat indera penciumannya. Alias mengendus-endus, begitu. Dan, kebetulan banget, hidungnya Mon memang sangat mancung :D. 

 

[caption caption="Jannine Wiegel, aktris Thailand pemeran utama yang juga berprofesi sebagai penyanyi (foto sumber: glamourhairstyles.com)"]

[/caption]Kisah Paket Komplit: Horor, Komedi, Suspens, Romantik

Lalu, bagaimana dengan filmnya? Apakah beneran seram seperti yang saya takutkan? Well... dari pembukanya saja, nyali saya sudah dipertaruhkan untuk melihat wujud hantu rekaan sang sutradara, Wisit Sasanatieng. Bagaimana rupanya? Ah, tidak perlu saya deskripsikan, deh, ha ha! Selain itu, tipikal film-film horor pasti diawali dengan pencahayaan yang redup, pengambilan gambar dengan sudut ketinggian kamera yang tidak biasa, dan yang paling parah.. tentunya penggambaran darah. Hiks!! Lucunya, di film ini setiap kali ada hantu yang muncul tetiba musik pengiringnya mengingatkan saya pada musik pengiring film serial Twilight Zone, atau film alien jaman dulu. Ciri unik lainnya, jika tidak dengan musik pengiring, adalah dengan adegan Mon yang mendadak mengendus-endus, atau darah yang keluar dari hidungnya (mungkin karena hantunya terlalu jahat), atau asap yang masuk ke lubang hidungnya.

Tapi, tapi, tapi... seperti yang saya sebutkan di atas, karena ini film tidak murni horor, ada bumbu-bumbu kisah cinta dan komedi. Dan teteup yah, kalau sudah menyangkut komedi, di antara serangkaian adegan horor, pasti membuat saya terpingkal-pingkal. Seperti ketika sahabat baik Mon, bernama Ant, melontarkan pertanyaan konyol nan polos. Atau ketika, dokter yang naksir Mon, memberikan hadiah boneka Doraemon bertelinga devil (setan) gara-gara Mon menyebut dirinya devil.

Selain ada unsur komedi, film ini juga penuh nuansa romantisnya. Apalagi kalau bukan hubungan percintaan yang terjalin antara Mon dengan Senior, julukan untuk hantu remaja pria yang mendiami biara sekolah. Kisah cinta yang diceritakan pun tidak picisan, melainkan khas remaja yang sesekali diiringi tingkah-polah salah satu dari keduanya yang mendadak salting, atau aksi sok jual mahal di depan tapi diam-diam mata berbinar dan hati senang. Karena ini kisah percintaan dengan hantu, maka ketika Senior mengekspresikan rasa cemburunya, yang ada malahan membuat sang dokter ketakutan, meskipun ia tidak percaya hantu, dan meskipun Senior melakukannya dengan tidak disengaja. 

Singkat cerita, Mon ini didatangi Senior yang meminta bantuannya untuk memecahkan kasus pembunuhan yang terjadi di sekolah mereka lima puluh tahun yang lalu. Kasus ini tatkala dirunut satu demi satu setiap tersangka yang mungkin terlibat menjadi sebuah kasus pembunuhan berantai, dan cerita pun berkembang bukan semata horor belaka, namun juga ada sisi penyidikan a la film detektif. Yang menarik, kasus pembunuhan yang diminta untuk dipecahkan bukanlah kasus kematian Senior, melainkan kasus pembunuhan yang pernah diselidiki Senior sewaktu masih hidup, yang menimpa seorang puteri kerajaan Thailand, namun belum terpecahkan karena Senior keburu mati. Dan pemecahan kasus ini, layaknya sebuah novel atau film detektif, tidak hanya menemukan siapa pembunuh sang puteri, tapi juga membawa pada penemuan siapa yang menjadi pembunuh Senior. 

Wow, bisa dibilang saya sangat kagum dengan paket komplit film horor dari Thailand ini. Bagaimana tidak, film ini bukan sekadar tontonan horor yang bikin sport jantung belaka. Penonton seolah diajak ikut berpikir dan berteori, menduga-duga siapa dalang di balik pembunuhan berantai, mengapa pembunuhan ini bisa terjadi. Penonton juga diajak menggunakan logika, apakah tokoh-tokoh yang ditemui Mon dalam film itu sebenarnya sudah mati atau masih hidup. Paket ini kemudian dibungkus dengan kemasan lagu pop yang dibawakan oleh Jannine di awal acara (entah lipsync entah beneran tapi yang pastinya bukan suara hantu :D), dan promosi tentang pariwisata Thailand di awal film.

*

Sepertinya, kalau mau memang sukses beneran, industri film kita perlu mencontoh Thailand. Totalitas adalah kuncinya: ya total dalam penceritaan, total dalam genre, total dalam akting (menurut saya meskipun masih berusia tujuh belas tahun, Jannine memerankan tokoh Mon yang asosial dengan kualitas prima), total promosi paket budayanya...

Seusai pemutaran film, saya sampai berencana sekalian makan malam dan sembahyang isya' di dalam mal. Agar pulangnya langsung masuk kamar, terus tiduurrr... ha ha ha! ***

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun