Pada kasus masyarakat Cigugur tampak bahwa ikatan darah atau kekeluargaan mempunyai jangkauan solidaritas yang tinggi dibanding keyakinan keagamaan. Hal ini tampak dari diabaikannya perbedaan keyakinan keagamaan dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Hukum pertemanan, prinsip solidaritas, saling bantu, saling merasakan, dan sebagainya, hal inilah yang menjadi inti dari hubungan kekeluargaan.Â
Sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang didukung oleh masyarakat lain, di mana masing-masing mengakui kelemahannya, kelebihannya, akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan tersebut.
Ajaran Sunda Wiwitan ini melihat bahwa nasionalisme hendaknya tidak dipandang dari kacamata politik saja, melainkan harus dari berbagai dimensi yang terdalam.Â
Mencakup rupa, adat, aksara, kebiasaan, kebudayaan, tata cara hidup, dan kepribadian yang menjadi karakteristik bangsa. Gagasan-gagasan Sunda Wiwitan tertuju pada rasa hormat kepada bangsa dan tanah air dan diimplementasikan dalam bentuk perilaku atau dalam bentuk adat istiadat dan pengembangan seni budaya.Â
Kerukunan pada masyarakat Blok Pasir terbentuk karena masyarakat adat Blok Pasir menyadari bahwa semua agama yang ada sama-sama mengajarkan kebaikan, yang membedakan hanyalah tempat dan waktu untuk beribadah.Â
Kebenaran yang mutlak hanyalah milik tuhan. Faktor utama kerukunan masyarakat Blok Pasir adalah adanya kesadaran pada diri masing-masing masyarakat bahwa setiap manusia memiliki derajat dan hak yang sama dan hal inilah yang mereka tanam pada diri mereka masing-masing maupun pada anak.
Pada saat peringatan hari besar keagamaan apapun semua masyarakat akan saling membantu walau berbeda keyakinan. Seperti pada saat Idul Fitri atau Idul Adha, masyarakat berkumpul dan ikut serta dalam membantu persiapan serta ikut merayakannya. Hal yang sama juga terjadi pada saat Natal, semua masyarakat berkumpul dan membantu persiapan perayaan Natal serta ikut merayakannya.
Demikian pula ketika Seren Taun yang merupakan perayaan bagi warga penganut Sunda Wiwitan, semua warga Blok Pasir terlibat dalam semua tahapan perayaan Seren Taun. Kerjasama dan gotong-royong terjalin di tempat ini walau mereka berbeda keyakinan.Â
Bagi masyarakat Blok Pasir agama atau kepercayaan tidak menjadi penghalang untuk bekerja sama, karena bagi mereka semua agama adalah sama, yaitu mengajarkan pada kebaikan.Â
Keterlibatan pemeluk agama Islam, Kristen, maupun Katholik dalam perayaan acara Seren Taun adalah sebagai bentuk dari sikap toleransi yang ada pada masyarakat Blok Pasir. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Marina Emoh menyatakan bahwa kerja sama antar sesama warga dalam merayakan peringatan hari besar keagamaan terjadi karena mereka memiliki ikatan darah yang sama.Â
Marina Emoh juga menjelaskan bahwa saat keluarganya yang berbeda keyakinan sedang berkumpul, mereka suka saling mengingatkan untuk beribadah. Seperti Marina Emoh yang berkeyakinan Sunda Wiwitan seringkali mengingatkan anaknya yang muslim untuk beribadah ke Masjid atau pergi ke Gereja untuk anaknya yang memeluk Katholik.