Mohon tunggu...
Dina Helvy
Dina Helvy Mohon Tunggu... -

Seorang yang jenuh dengan prasangka-prasangka belaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengkramatkan Kuburan adalah Haram, Membongkar Cagar Budaya adalah Kedustaan

16 April 2010   06:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:46 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bisa melihat bagaimana peristiwa yang terjadi di Priuk baru-baru ini. Peristiwa yang sangat disayangkan bagi kita semua. Dua kali peristiwa Priuk terjadi di Indonesia dan kasusnya kurang lebih “sama”.

Untuk kali ini kita membahas masalah ini dari sudut Islam. Orang diluar Islam dan yang tidak mengerti tentang hukum Islam akan menganggap bahwa Islam adalah agama mistik! Karena selalu disuguhi oleh tayangan-tayangan mistik dan kuburan-kuburan keramat yang semua itu adalah dilakukan oleh orang Islam. Dan hal itu adalah sebuah kesyirikan.

Dari segi hukum Islam, syirik merupakan perbuatan yang sangat tercela, bahkan Allah sangat tegas dalam hal ini. Yaitu tidak akan mengampuni dosa-dosa Syirik.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisa’ : 48).


Lalu apa hubungannya dengan berziarah dikuburan? Rasulullah Bersabda

Dari Buraidah Ibnu al-Hushoib al-Islamy Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Dulu aku melarang kamu sekalian menziarahi kuburan, sekarang ziarahilah ia." Riwayat Muslim. Tirmidzi menambahkan: "Karena ia mengingatkan akan akhirat."


Di awal-awal Rasulullah sangat takut sekali bahwa umat Islam bisa tergadaikan aqidahnya atas kuburan-kuburan orang-orang yang dianggap sholeh. Karena dari kasus sebelumnya, Rasulullah sudah banyak sekali melihat orang-orang jahiliyah, Yahudi dan Nashrani menjadikan kuburan orang-orang shaleh menjadi tempat peribadatan mereka. Ketika ditanya oleh Rasulullah kenapa mereka membuat hal-hal seperti itu “menyembah” kuburan. Mereka (orang-orang Jahiliyah, Yahudi dan Nashrani) itu menjawab “Kami tidak menyembah kuburan, tetapi kami berdo’a melalui perantara orang shalih yang sudah meninggal ini” Insya Allah kurang lebih seperti itu.

Karena itu Rasulullah bersabda:

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Allah memusuhi orang-orang Yahudi yang menjadikan kuburan Nabi-nabi mereka sebagai masjid." Muttafaq Alaihi. Muslim menambahkan: "Dan orang-orang Nasrani."


Syirik adalah suatu perbuatan dosa yang lebih sulit (sangat samar) untuk dikenali daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam di tengah kegelapan malam

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Al Baqarah [2]: 22)

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma –yang sangat luas dan mendalam ilmunya- menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan,”Yang dimaksud membuat sekutu bagi Allah (dalam ayat di atas, pen) adalah berbuat syirik. Syirik adalah suatu perbuatan dosa yang lebih sulit (sangat samar) untuk dikenali daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam di tengah kegelapan malam.”

Didalam beberapa kasus sekarang ini, orang-orang yang sering berziarah kubur di makam-makam para waliyullah atau ulama-ulama yang sudah meninggal adalah meminta keberkahan. Tidak sedikit kesyirikan-kesyirikan yang terjadi tanpa sepengetahuan mereka (orang yang berziarah). Sepatutnyalah orang berziarah kubur adalah mendo’akan si ahli kubur, bukan meminta do’a kepada si ahli kubur dengan berharap manfaat/keberkahannya.

Sia-sialah orang yang melakukan sunnah (ziarah kubur) tetapi mereka melakukan kesyirikan. Karena dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya syafa’atku diperuntukkan bagi umatku yang sama sekali tidak berbuat syirik kepada Allah. (HR. Ahmad)
Ada tiga hal yang menyebabkan tidak bergunanya seluruh amalan, yaitu: syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua, dan lari menghindari pertempuran (dalam perang fisabilillah) (HR. Ath-Thabrani)


Kita boleh berziarah kubur dimanapun, tetapi jangan sampai kita menjadikan kuburan-kuburan tersebut sebagai tempat berdo’a kita. Orang yang sudah meninggal walaupun sangat shaleh tidak akan memberikan manfaat apapun. Tetapi berbeda ketika hidup, orang shaleh/alim ulama bisa dimintakan untuk mendo’akan kita. Karena masih hidup dan masih bisa menengadahkan tangannya (berdo’a). Semua orang yang sudah mati itu putus segala amalannya kecuali tiga hal yaitu, Amal jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan Do’a anak yang shaleh.

Jika meminta do’a, langsung saja meminta do’a kepada Allah. Jangan meminta do’a kepada ulama yang sudah meninggal.

Dari Abul Abbas Abdulloh bin Abbas rodhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Alloh, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”)


Kenapa kita harus jauh-jauh berziarah dengan niatan berdo’a meminta sesuatu dengan perantara kuburan orang shaleh? Bukankah hal itu adalah kesyirikan! Jika ada ulama atau orang Islam yang berkata bahwa “saya tidak berd’o’a meminta di kuburan ulama tersebut, tetapi itu adalah hanya sebuah perantara kepada Allah”

Jika alasan itu yang jadi dasar, maka berarti orang/ulama tersebut memberikan pembenaran bahwa Yesus itu bukan Tuhan, tetapi Anak Tuhan yang dijadikan perantara untuk bisa mendo’akan kepada Tuhan Bapa (yang asli). Lalu kalau begitu apa bedanya Islam dengan Yahudi dan Nashrani? Cukuplah hadits diatas yang menjadi pegangan!

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Allah memusuhi orang-orang Yahudi yang menjadikan kuburan Nabi-nabi mereka sebagai masjid." Muttafaq Alaihi. Muslim menambahkan: "Dan orang-orang Nasrani."


Tetapi, ketika ada sebuah kuburan/makam seorang ulama yang menyebarkan agama Islam. Dibongkar dan dijadikan sebagai jalan tol atau tempat parkir peti kemas. Sungguh hal ini sangat dusta dan menghinakan kaum muslim! Sudah selayaknya kuburan tersebut dijadikan sebagai cagar budaya atas nilai history-nya tetapi ingat bukan dibudidayakan nilai mistisnya!

Maka sepatutnya pemerintahan Jakarta harus menghentikan segala upayanya dalam membongkar makam Ulama tersebut. Dan sudah kewajiban pemerintah membuat sebuah panduan buku sejarah yang nanti bisa memberikan manfaat dari sejarah dan tempat-tempat bersejarah. Bukan malah membongkarnya! (sumber: suara01)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun