5. Memelihara Keheningan Dalam Kebersamaan
Setiap orang yang datang ke gereja pasti karena kerinduan untuk bertemu dengan Tuhannya. Oleh karena itu saya harus menghargai keberdaan orang -orang yang disekitar saya. Caranya adalah memelihar keheningan dan dalam keheningan itu saya menjalin relasi yang khusuk dengan Tuhan.
6. Berhenti main gadget
 Saat ini segala sesuatu yang kita butuhkan segalanya tersedia digadget. Bahkan saat perayaan sekalipun lagu-lagu dan aneka bacaan sudah tersedia di gadget sehingga orang dengan santainya berkata" Ngapain capek-capek bawa puji syukur atau kitab suci toh sudah tersedia di Hp kok ? Hidup ini jangan diribetkan lah" Saya sendiri tidak setuju dengan pendapat tersebut. Apapun ceritanya adalah lebih sakral ketika saya menggunakan buku buku yang tersedia dan membaca kitab suci milik saya. Sementara ketika menggunakan gadget pastilah saya tergoda untuk membuka yang lain seperti IG,WA,DAN FB,atau yang lain. Dengan melakukan hal ini apakah saya tergolong orang yang tidak mampu mengontrol diri ? Bisa saja,karena memang rutinitas saya kebanyakan tersimpan di gadget itu. So,untuk mengatasi hal yang demikian aalah lebih baik meninggalkan gadget dirumah ketika saya harus masuk gereja. Rasanya tidak rugi kalau tidak memegang gadget dalam waktu satu atau dua jam.
7. Berpartisipasi
Dalam Perayaan ekarisi  ada saatnya dimana saya  harus berpartisipasi aktif secara verbal khususnya dalam doa bersama dan bernyanyi bersama. Duduk diam ternyata tidak cukup untuk mengikuti perayaan ekaristi tersebut. Oleh karenaitu pada kesempatan yang telah diberikan untuk berpartisipasi , maka saya harus memberikan versi terbaik dari diriku untuk kebersamaan yaitu dengan cara menyumbangkan suara saya yang tak seberapa ini pada saat bernyanyi dan berdoa.Ada istilah yang mengatakan," bene cantat bis orat". Maka,kalimat ini atau ajakan ini cukup memicu semangat untuk turut serta berpartisipasi dalam beribadah.
8. Kesatuan Hati dengan Umat yang lain
Ada saat-saat dimana saya tidak kenal dengan orang-orang yang duduk disekitar saya karena memang datang dari tempat yang berbeda. Namun ketidak saling pengenalan itu bukanlah halangan untuk menciptakan kesatuan hati satu sama lain. Saya harus menyadari bahwa saya  dan orang lain datang untuk memuji dan menyembah Allah yang sama, menerima Yesus yang sama lewat hosti kudus maka saya akan menganggap orang lain sebagai keluarga, sahabat. Layaknya dalam kebersamaan itu saya harus bersyukur karena  dipersatukan dalam perayaan, satu iman, satu doa, dan satu sakramen maka harapannya adalah kita semua mestinya  saling menghargai dan saling berbagi damai.Â
9. Kehadiran yang sempurna
Berusahalah datang pada waktunya dan pulang pada waktunya. Jangan datang terlambat dan pulang sebelum waktunya. Kehadiran yang sempurna di sini ialah hadirlah sebelum mulai Perayaan Ekaristi dan pulanglah selesai berkat dan lagu penutup. Ingat,, ingat,,, ingat,,, hanya satu setengah jam saja kita berada di rumah Tuhan maka buatlah itu secara maksimal dan berkualitas. Kalau di tempat lain kita sanggup duduk berjam-jam mengapa duduk satu setengah jam dipelataran Tuhan kia tidak sanggup ?Para sahabat terkasih, jadikanlah dirimu sebagai lahan subur untuk pertumbuhan benih hidup rohanimu. Maka berusahalah membuka hati. Andalah lahan itu, Yesuslah sang penabur dan Sang Sabda itulah benih itu.Â
Kesembilan tips ini cukup membantu saya untuk mengalami kehadiran Tuhan selama beribadah atau mengikuti Perayaan Ekaristi. Sebenarnya damai dan suka cita itu tidak jauh dari kita. Damai itu ada dalam diri kita masing-masing hanya saja kedamaian itu sering kali terabaikan ketika keributan yang lain mulai mengusik hati dan pikiran kita. So,untuk mengalami damai dan sukacita itu kita cukup mengheningkan diri dan mengakui kelemahan kita di hadapan Tuhan.