Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kelak Aku Jadi Permata bagi Mereka

4 Januari 2021   09:18 Diperbarui: 4 Januari 2021   09:36 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutinggalkan perut ibuku

Ruang yang penuh misteri,gelap tanpa lampu

Disanalah aku dibentuk penuh ajaib oleh tangan-Mu

Terlalu tinggi kupahami dasyatnya karya-Mu

Mata-Mu melihat sebelum darah membentukku

Hidup sunyi dan damai disana menyatu

Sembilan bulan aku terdekap dalam ari-ari membisu

Kau tenun pinggangku dalam perut ibuku

Tangis adalah ekspresi pertamaku

Saat aku keluar dari perut sang bunda

Kala itu,aku terkejut masuk dunia besar penuh rahasia

Yang aku kira akan berjalan penuh derita

Walau aku menangis hingga mendesis

Bukan derita dan cemas alasanku menangis

Tapi tangisku adalah tanda kehidupan

Mula dari segala ekspresi kekuatan menjalani kenyataan

Ayah ibu tertawa,saat aku keluar dari rahim ibu

Bak menyambut harta terpendam yang paling berharga

Akupun dirawat,dijaga,dipelihara penuh cinta

Mereka berharap,kelak aku jadi permata bagi mereka

Dunia yang kujalani tak seburuk yang kumengerti

Kecemasan dan ketakutan yang menyambutku kala itu

Tak sejahat yang menemaniku

Sebab hari demi hari berjalan dengan sang waktu

Yang tiada lelah mengajarkan hidup yang penuh arti

Telah lama aku berpisah dari ruang gelap itu

Tapi nadinya masih berdetak dalam tubuhku

Darah yang menyatu itu

Selalu teringat saat mensyukuri tahun-tahun yang berlalu

Seraya panjatkan doa terindah dalam kalbu

Gauden'4 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun