Kutinggalkan perut ibuku
Ruang yang penuh misteri,gelap tanpa lampu
Disanalah aku dibentuk penuh ajaib oleh tangan-Mu
Terlalu tinggi kupahami dasyatnya karya-Mu
Mata-Mu melihat sebelum darah membentukku
Hidup sunyi dan damai disana menyatu
Sembilan bulan aku terdekap dalam ari-ari membisu
Kau tenun pinggangku dalam perut ibuku
Tangis adalah ekspresi pertamaku
Saat aku keluar dari perut sang bunda
Kala itu,aku terkejut masuk dunia besar penuh rahasia
Yang aku kira akan berjalan penuh derita
Walau aku menangis hingga mendesis
Bukan derita dan cemas alasanku menangis
Tapi tangisku adalah tanda kehidupan
Mula dari segala ekspresi kekuatan menjalani kenyataan
Ayah ibu tertawa,saat aku keluar dari rahim ibu
Bak menyambut harta terpendam yang paling berharga
Akupun dirawat,dijaga,dipelihara penuh cinta
Mereka berharap,kelak aku jadi permata bagi mereka
Dunia yang kujalani tak seburuk yang kumengerti
Kecemasan dan ketakutan yang menyambutku kala itu
Tak sejahat yang menemaniku
Sebab hari demi hari berjalan dengan sang waktu
Yang tiada lelah mengajarkan hidup yang penuh arti
Telah lama aku berpisah dari ruang gelap itu
Tapi nadinya masih berdetak dalam tubuhku
Darah yang menyatu itu
Selalu teringat saat mensyukuri tahun-tahun yang berlalu
Seraya panjatkan doa terindah dalam kalbu
Gauden'4 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H