Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perayaan Natal: Selebrasi atau Refleksi?

21 Desember 2020   11:42 Diperbarui: 21 Desember 2020   12:24 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita kembali ke topik. Perayaan natal: Apakah sebuah selebrasi atau refleksi? 

Selebrasi dan konsumsi ibarat dua sisi dari keping mata uang. Selebrasi adalah pesta. Pesta adalah makan-makan, baju baru dan kegembiraan. Jadi selebrasi lekat dengan  suasana suka cita dan kebahagiaan. Memang salah ya merayakan Natal dengan suka cita, pesta dan bagi-bagi kado? 

Perayaan Natal adalah kesempatan setahun sekali untuk berbagi. Memasak masakan istimewa dan membeli kado-kado untuk dibagikan ke orang-orang terdekat di sekeliling kita atau berbagi rezeki dengan yang lain untuk membahagiakan mereka yang kurang mampu. 

Semua ini tentunya tidak salah dan justru perlu dilakukan apabila kita memang mampu secara ekonomi. Yang perlu diingat adalah jangan sampai energi kita lebih terfokus pada konsumsi berlebihan sehingga substansi Natal yang terletak di nilai atau pesan spiritualnya justru menjadi terlupakan. Wess, itu yang pertama.

Di tengah gempuran gaya hidup yang semakin konsumtif, akhirnya bagaimana suatu perayaan keagamaan akan dimaknai semua itu kembali kepada diri kita sendiri.

Apakah kita akan merayakannya sekedar sebagai pesta hura-hura yang dangkal tanpa makna ataukah menjadikannya sebagai momen untuk merefleksikan, merenungkan kembali nilai pesan spiritual di balik suatu momen keagamaan yang dirayakan. Apakah kita sungguh mengharapkan suatu perubahan pada diri kita setelah merayakan natal ini.

Kalau kita menjadikan perayaan Natal hanya sebagai kegiatan selebrasi, sebagai perjalanan dari satu pesta ke pesta, sebagai momen bagi-bagi hadiah, maka momen Natal akan berlalu begitu saja dan yang kita dapatkan hanyalah sekedar perut kenyang, baju baru, dan setumpuk kado Natal. 

Kita hanya menjadi kenyang dan kaya secara fisik, namun secara rohani kita tetap miskin. Apakah kita bisa menemukan suasana Natal yang khusyuk dan syahdu seperti lirik lagu Natal, "Malam kudus, sunyi senyap... bintang-Mu gemerlap..." di tengah suasana pesta Natal yang gemerlap, berisik dan hedonistis? Hmm, itu poin yang kedua. Hehehe

Natal sebagai selebrasi tidak  mendatangkan pencerahan. Natal sebagai pesta sebagaimana ditampilkan di mall-mall, hotel dan di banyak pesta atau bahkan bisa saja di gereja-gereja, tidak akan mampu memuaskan dahaga kita akan pencerahan dan penguatan spiritual yang sangat dibutuhkan di jaman yang penuh godaan dan tekanan hidup yang berat seperti sekarang ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pesan Natal sejatinya adalah kesederhanaan, solidaritas dan pengorbanan.

Semoga bermanfaat

Selamat menyongsong natal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun