"Tak ada rotan akar pun jadi"Â -Tak ada kebun teras rumah pun jadi-
Bicara tentang teras rumah bukan sesuatu yang asing bagi kita. Saya pikir kita semua juga memiliki teras rumah. Pertanyaannya,apa yang kalian lakukan dengan teras rumah ? Kebanyakan dari kita barangkali menata teras rumah dengan aneka pot bunga yang unik dan menarik.
Ditambah lagi dengan aneka jenis bunga mungkin diantaranya ada aglomena,janda bolong,gelombang cinta dan aneka jenis anggrek. Tepatnya teras rumah sering digunakan sebagai arena santai dipagi hari atau di sore hari.Â
Nah,komunitas saya juga mengadakan hal yang demikian. Teras rumah dijadikan sebagai pajangan aneka pot dan ditambah dengan beberapa kursi tamu. Dan itu sudah terjadi dari masa ke masa.
Suatu hari komplek perumahan dilanda banjir. Pot-pot bunga menjadi berantakan dan bunga-bunganya rusak.Hanya sedikit saja yang bisa diselamatkan itupun karena berada diatas tembok.
Dari kejadian itu saya dan teman-teman sepakat untuk menjadikan pot-pot yang tersisa sebagai wadah untuk menanam. Kira-kira apa yang bisa ditanam di dalam pot ? Upss,jangan pesimis dulu. Banyak tanaman yang bisa ditanam di dalam pot dan menghasilkan.
Seperti yang kami lakukan di komunitas,aneka jenis pot yang masih bagus dan hampir rusak kami jadikan sebagai wadah untuk menanam sayur dan tanaman lainnya. Waktu itu bibit sayur kami minta dari Pastor Markus Manurung, OFM.Cap yang kebetulan juga menjadikan teras rumah sebagai sumber penghasilan dengan bercocok tanam di dalam pot. Adapun jenis sayuran yang kami tanam adalah selada merah,pop cay, cabe rawit,sawi manis,bayam ,terong ungu,daun soup,bawang pre dan bawang batak.
Menurut pengalaman saya tanaman ini tidak membutuhkan biaya yang banyak juga mudah untuk merawatnya. Kami tidak menggunakan pupuk yang mengandung zat kimia. Pupuk yang kami gunakan adalah cairan hasil permentasi. Kira-kira Apa sih yang dipermentasikan?
Nah, segala jenis kulit buah dan potongan sayur dimasukkan dalam satu ember yang besar kemudian direndam dengan air dan dibiarkan selama tiga hari.Opss,jangan lupa tutup rapat ya ! Setelah tiga hari kemasan dibuka dan disaring.
Ampasnya dibuang atau tepatnya masukkan di lobang sampah supaya busuk. Lalu airnya itu dijadikan sebagai pupuk. Caranya satu liter air permentasi dimasukkan kedalam lima liter air dan ini disiramkan di pot tanaman satu kali dalam 2 hari (itu versi saya). Hal ini rutin kami lakukan dan hasilnya terbukti lho,selain sayuran yang dikonsumsi sehat juga biaya dapur berkurang.Â
 Tak perlu menunggu lama kok. Kurang lebih tiga bulan  setelah penanaman kami bisa memetik sayur dari pekarangan sendiri hingga saat ini. Pertama sekali kami panen bayam setelah itu kangkung. Selada merah dipanen oleh mereka yang suka vegetarian. Soprey di panen sendiri oleh petugas dapur.
Kegiatan ini sudah berlangsung sejak april yang lalu dan sampai saat ini masih kami lakukan. Dan yang paling seru nih,setelah kami hitung-hitung sudah banyak hasilnya kalau di uangkan nominalnya cukup untuk uang natal kami.Hehehe. Dan memang benar hadiah natal bersumber dari pot-pot yang dipajang di teras rumah.
Selama masa pandemi,teras rumah kami bukan dihiasi bunga-bunga tapi dihiasi sayur-mayur. Kami menabung di teras rumah dan hasilnya telah kami nikmati bersama kadang juga dinikmati tetangga,hehehe. Teras rumah sudah berpenghasilan selama pandemi dan memberi kami hadiah natal. Betapa bahagianya.
Pengalaman ini mengingatkan saya kembali bahwa ketika ada kemauan disitu ada jalan. Apapun yang kita inginkan ketika ada kemauan untuk melakukan maka apa yang kita inginkan akan menjadi kenyataan. Hidup memang butuh seni.
semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H