Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanda Bukti, Perlukah?

13 Desember 2020   21:55 Diperbarui: 13 Desember 2020   22:11 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta karena cinta tak perlu kau tanyakan, tanpa alasan Cinta datang dan bertahta.
Cinta karena cinta jangan tanyakan mengapa, tak bisa jelaskan karna hati ini telah bicara.

Namun di satu sisi;Jikalau kau sayang benar-benar sayang,Tak hanya kata atau rasa kau harus tunjukkan...

"Mana buktinya?"


Suatu hari setelah menyelesaikan tugas perkuliahan saya meluangkan sedikit waktu untuk menghubungi keponakan saya via telepon. Dalam percakapan singkat itu,terjadilah sebuah janji. Saya menjanjikan sepatu baru kepada keponakan saya dengan syarat nilai semester harus bagus. Selain itu  harus dapat peringkat sepuluh besar. Dengan senang hati ia menerima persyaratan itu. Dan berjanji akan memperoleh nilai yang bagus. 

Tadi pagi,ia balik menghubungi saya. Ia memberitahu bahwa ujian semester telah selesai dan nanti tanggal 19 Desember akan menerima raport. Saya mencoba mengusiknya dengan berkata," Nampaknya kamu tidak berhak mendapatkan sepau baru itu,karena nilaimu kurang memuaskan". Dengan cepat ia menyanggah perkataanku," Apa buktinya ? Darimana bou tau ".Dengan nada serius saya jawab lagi," Kan wali kelasmu itu teman saya,saya juga sudah tanya tentang nilaimu,katanya kurang bagus nilaimu".

Mendengar perkataan saya itu dia diam.Beberapa saat kemudian dengan suara yang mulai mengecil dia bertanya begini," Bou,seandainya saya tak dapat nilai bagus,apakah saya masih dapat sepatu baru ?". Pertanyaan itu seolah mengundang rasa belas kasih dariku. 

Akhirnya Dengan nada mantap saya katakan,"Dapat",sepatu baru itu tetap menjadi milikmu. Terdengar olehku suara tertawa darinya tapi kecil. Saya tau pasti dia senang sekali karena akan mendapat sepatu baru.Akan tetapi perkataanku yang demikian juga belum membuatnya yakin. Dia meminta tanda buktinya. 

Refleksi :

Upss..tanda bukti lagi. Sesuatu yang menarik untuk direnungkan,meminta tanda bukti atas sebuah janji,atas sebuah relasi atau komunikasi,perlukah? Meminta tanda bukti apakah sesuatu yang wajar. Bagi saya sendiri tanda..bukti.. atas sebuah janji tidak harus barangkali tidak perlu. Mengapa ? Karena menurut saya seseorang yang berjanji tentu punya komitmen sendiri untuk mewujudkan janji itu. Dan saya yakin bahwa  tidak ada orang yang mau mengecewakan sesamanya hanya karena sebuah janji. Orang bijak tau batas kemampuannya dan dengan itu selalu menimbang dengan apa yang hendak dikatakannya.

Tanda...bukti.... kerap dipertanyakan yang menuntut sebuah aplikasi nyata atas sebuah relasi, keadaan dan hidup dengan sesama terlebih dengan TUHAN. Permintaan Tanda dan bukti muncul saat rasa kepercayaan sedang diganggu atau diusik. Dipenuhi rasa ragu-ragu hingga hidup pun berujung pada kata "Mengapa dan Mengapa?"

Tanda....bukti....menjadi jawaban atas kebenaran yang dicari. Tanda....bukti....menjadi tagihan tatkala janji-janji manis lebih mendominasi sebagai buah dari kesungguhan hati...(hati-hati bagi mereka yang suka berjanji) jangan sampai PHP,hehehe.Tanda menjadi ungkapan kedegilan hati hingga menjadi pemberontakan tatkala hidupnya hanya didasarkan pada sebuah tanda yang empiric-tanda kasat mata.

Anselmus Canterbury: "fides quaerens intellectum" (iman berusaha untuk mengerti). Melalui iman setiap orang dihantar kepada suatu pengertian. Iman dijadikan sebagai dasar memahami segala sesuatu di atas rasio. Atau secara personal: "credo ut intelligam" (aku percaya untuk mengerti), ini dimaksudkan agar dengan iman setiap orang dibantu untuk bisa sampai pada suatu pengertian yang terdalam.

Tanda akan selalu dicari, ditemukan, dan digugat (terus berproses) sebab berakar dalam bahasa dan menyatu dalam kehidupan manusia sehingga tidak akan pernah tertafsirkan secara tuntas.Apa arti semua ini?Tidak semua harus dikomentari. Tatkala ratio tak sanggup memahami itu semua, langkah terbaik adalah mengatup tangan, bersimpuh berlutut sembari bersyukur.

"Tuhan keagungan-Mu tak sanggup kuselami dengan keterbatasanku. Kuatkan aku dikala aku lemah, teguhkan aku dikala aku bimbang dan ragu, tuntun aku tatkala aku semakin jauh dari-Mu dan ajari aku Tuhan untuk selalu bersyukur kepada-Mu sebab Engkau adalah segalanya bagiku."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun