Seperti biasanya satu kali dalam sebulan komunitas saya mengadakan rekoleksi. Rekoleksi kali ini dipimpin oleh ibu komunitas kami dengan tema " Dipaanggil menjadi rasul di zaman milenial " Â Dengan bahan renungan dari Injil Luk 9:1-6 ( Yesus Mengutus Keduabelas Murid).
Bagi saya sendiri perikop ini adalah sesuatu yang menarik dan menantang untuk direnungkan. Mengapa ? Karena saya sendiri kurang mampu menghidupinya dan sedikit bertolak belakang dengan keadaan sekarang. Meski demikian saya akan membagikan apa yang menjadi buah Refleksi saya sepanjang hari ini :
Empat poin mendasar dari misi yang diterima para rasul dari Yesus. Kehidupan komunitas harus menjadi ciri sikap para misionaris( setiap pribadi) dalam mewartakan Kabar Baik , yakni: keramahan, berbagi, persekutuan, dan penerimaan terhadap yang dikucilkan.
"Kerajaan Allah telah tiba!" Â menjadi poin pertama dari refleksi saya. Sebagai orang yang terpanggil hal utama yang dilakukan adalah mewujudkan kerajaan Allah. Bagaimana itu bisa terjadi ? Kerajaan Allah datang dan hadir ketika saya dan para saudari yang dimotivasi oleh iman kepada Yesus, memutuskan untuk hidup bersama dalam komunitas.
Hidup komunitas menjadi wadah yang pertama untuk mengungkapkan dan mewujudkan Kerajaan Allah.Dan saya ingin komunitas tempat saya menjadi ungkapan baru dari Perjanjian Kerajaan, tentang kasih Allah Bapa, yang menjadikan kita semua sebagai saudara.Â
Pertanyaannya ,Bagaimana saya hidup sebagai rasul jaman milenial  ini ? Apakah keempat point ( Keramahan,Berbagi,Persekutuan dan penerimaan) ini hidup dalam diriku? Masih tetap dalam perjuangan.... Good Luck!!!!Â
Konteksnya:
Para murid Yesus menerima rekomendasi yang beragam yang membantu saya untuk memahami poin mendasar dari misi, untuk mewartakan Kabar Gembira:
a) Mereka tidak boleh membawa apa-apa . Itu berarti bahwa Yesus mewajibkan mereka untuk percaya pada keramahan; karena seseorang yang pergi dengan apa-apa, pergi karena dia percaya pada orang dan berpikir bahwa dia akan disambut, diterima.
b) Mereka harus tetap tinggal di rumah pertama di mana mereka masuk, sampai mereka meninggalkan tempat itu . Artinya, mereka harus hidup bersama dalam cara yang stabil dan tidak pergi dari satu rumah ke yang lain. Mereka harus bekerja dengan semua dan hidup dari apa yang mereka terima dalam pertukaran "karena seorang pekerja layak mendapat upah-nya" .
Dengan kata lain, mereka harus berpartisipasi dalam kehidupan dan pekerjaan orang, dan orang akan menerimanya dalam komunitas mereka dan akan berbagi dengan mereka seperti rumah dan makanan. Itu berarti bahwa mereka harus percaya dalam berbagi.Â
c) Mereka harus menyembuhkan orang sakit dan mengusir Iblis . Artinya, mereka harus melaksanakan fungsi "pembela", dan menerima setiap lapisan di masyarakat termasuk mereka yang dikucilkan.
Dengan sikap ini mereka mengkritik situasi disintegrasi kehidupan masyarakat klan dan mereka menunjukkan sebuah keterbukaan. Pengusiran Iblis adalah tanda kedatangan Kerajaan Allah.Â
d) Mereka harus makan apa yang dihidangkan bagi mereka . Mereka tidak bisa hidup terpisah memiliki makanan mereka sendiri, tetapi mereka harus menerima persekutuan dengan orang lain, makan dengan orang lain. Itu berarti bahwa dalam kontak dengan orang, mereka tidak perlu takut kehilangan kemurnian seperti yang telah diajarkan kepada mereka.
Dengan sikap ini mereka mengkritik hukum kemurnian yang berlaku dan mengindikasikan, dengan cara praktek baru, bahwa mereka memiliki akses lain ke kemurnian, yaitu, keintiman dengan Allah.Â
Keempat poin diatas sudah menjadi bagian dari pengalaman hidup saya  sekaligus menjadi wujud dari ketiga kaul yang telah saya ikrarkan meski belum maksimal. Keempat poin itu adalah sesuatu yang wajib untuk saya miliki sebagai orang yang menyebut diri murid Kristus.Lewat refleksi diatas saya diajak untuk selalu percaya pada penyelenggaraan Ilahi.
Intinya adalah keterbukaan hati saya untuk menerima setiap rencana Allah dalam diriku lewat panggilan hidupku setiap harinya. Bahwasanya tidak ada yang tidak terpenuhi selagi Allah masih berkenan dengan apa yang kulakukan entah dalam hal kecil ataupun besar.
Sikap saya terhadap orang lain sangat menetukan keberadaan saya dan kualitas pelayanan saya. Apa yang saya miliki menjadi sarana Allah untuk mewujudkan kerajaan Nya dimanapun saya berada.
Segala kemampuan yang dianugerahkan Tuhan bukan menjadi ajang kesombongan dalam hidup melainkan membantu saya untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Tuhan menganugerahkannya kepada saya secara cuma-cuma maka hendaknya saya bagikan juga kepada sesama secara cuma-cuma.
Semoga tugas pelayanan saya setiap harinya menjadi wujud Kehadiran Kerajaan Allah.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H