Mohon tunggu...
Dina Nur Amelia
Dina Nur Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Agama Islam Tazkia

Mahasiswi IAI Tazkia Jurusan Manajemen Bisnis Syariah Angkatan 21

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta yang Melemahkan, Kisah dari Sang Penakluk Benteng Khaibar

4 April 2023   12:08 Diperbarui: 4 April 2023   12:09 11730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sayyidah Fatimah dikenal sebagai sosok wanita yang begitu mulia dan taat kepada Allah SWT.. Sayyidah Fatimah merupakan sosok yang mencerminkan akhlak dari kedua orang tuanya yaitu, Khadijah dan Nabi Muhammad Saw.

Sayyidah Fatimah wafat enam bulan setelah wafatnya Nabi Muhammad dan menjadikan tahun ini menjadi tahun berduka bagi kaum muslimin karena wafatnya dua sosok manusia yang begitu dicintai para umat muslim.

Sayyidina Ali memimpin prosesi pemakaman istrinya. Saat memikul keranda jenazah istrinya, Sayyidina Ali sang penakluk Khaibar itu berkata pada para keluarganya : "tolong bantu aku untuk membawanya". Bahkan setelah Fatimah dimakamkan, Ali rajin setiap hari datang untuk menziarahi makam istrinya.

Bisa kita simpulkan dari kisah di atas, bahwa orang terkuat sekalipun akan lemah jika menyangkut perihal 'cinta' terutama cinta pada orang terkasih. Kecintaannya pada Fatimah adalah hal yang tiada duanya setelah cintanya kepada Allah SWT.. Cinta yang didasari karena Allah adalah cinta yang paling mulia dan abadi. 

Kisah cintanya dengan Ali bin Abi Thalib yang bermula dengan 'cinta dalam diam' yang akhirnya mampu bermuara dalam ikatan suci pernikahan. Bahkan setan pun tidak mampu menembus isi hati keduanya sehingga setan pun tidak mengetahui adanya perasaan cinta tersebut. 

Kisah cinta yang dilandaskan rasa takut kepada Allah karena perasaan yang dijatuhkan pada sosok yang belum halal baginya. Cinta yang didasarkan atas ketaatan dan takut akan perasaan itu yang justru akan menjatuhkannya dalam maksiat. 

Allah memisahkan keduanya agar mereka dapat berkumpul kelak di surga-Nya Allah. Bisa kita lihat bahwa setulus itu cinta Ali kepada Fatimah. 

Cinta yang hanya  berasal dari mata hanya akan berakhir dengan perpisahan. Tapi cinta yang berasal dan berdasarkan ketulusan hati akan menjadi abadi.

Hati akan lelah dan rapuh saat persoalannya menyangkut orang yang kita cinta. Langkah kaki akan terasa berat. Dan tak ada yang lebih berat daripada perpisahan dengan orang yang kita cintai.

Memang tidak dapat dipungkiri betapa besarnya kekuatan dari cinta itu sendiri. Terkadang bisa menjadi obat yang mampu menyembuhkan dan membawa kebahagian bagi yang mendapatkannya, namun juga bisa menjadi senjata yang menyakiti dan memberikan luka yang memilukan bagi yang kehilangannya. 

Fatimah dan Ali sendiri dikarunia beberapa anak, yang putra ada Hasan dan Husein, serta satu lagi Muhsin yang wafat saat kecil. Sedangkan untuk bayi perempuan ada Ummu Kultsum, Zainab, al laits bin Sa’ad dan bungsu Ruqayyah yang juga wafat sedari kecil.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun