Penulis: Dina Amalia
Sah-sah saja melakukan negosiasi saat ingin membeli sebuah barang, apalagi jika sudah berstatus bekas pakai atau preloved. Dominan, barang yang sudah pernah digunakan sebelumnya jauh lebih terbuka terhadap harga dan proses tawar-menawar, seperti salah satunya buku bekas dan lawas.
Tak sedikit pelapak atau penjual buku bekas membukakan akses kepada pembeli untuk melakukan tawar-menawar. Selama kisaran harga yang diajukan sesuai bagi si pelapak, pasti akan diberikan sehingga benar-benar bisa menghemat dana.
Tetapi, dalam dunia jual-beli buku bekas dan lawas sendiri -- seringnya pembeli pasrah saat baru melihat harga yang dipasang atau ditawarkan. Selain merasa terlalu mahal, tak sedikit pula yang merasa 'segan' untuk menawarnya, entah lebih mengarah pada rasa takut, malu, ataupun gengsi.
Mengupas Pemasangan Harga Buku Bekas dan Lawas
Sebelum pada intinya, perlu dirimu ketahui bahwa pemasangan harga buku bekas dan lawas dihasilkan dari 2 zona berbeda, meski pada akhirnya akan dipasang/ditawarkan sesuai harga pasar.
1. Hasil koleksi pribadi
Sebagian toko buku bekas dan lawas adalah full dari hasil koleksi pribadi si pemilik, apapun kategori dan genre bukunya.
Jika, full berasal dari hasil koleksi pribadi, harga yang akan dipasang/ditawarkan biasanya agak lebih tinggi bahkan gampang-gampang susah untuk bisa ditawar. Sebab, si pemilik merasakan sendiri proses mendapatkan bukunya seperti apa (apakah gampang atau menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan?), dan dari proses gampang atau susahnya tersebut akan dibawa ke dalam pemasangan harga.
Belum lagi soal perawatan bukunya, di mana kalau pure hasil koleksi pribadi jauh lebih terawat dan mulus, bahkan tak sedikit bukunya sudah rapi disampul plastik. Biasanya, poin-poin seperti ini akan masuk dalam perhitungan, sehingga soal harga akan benar-benar sepadan dengan kondisi bukunya.
2. Gabungan antara koleksi dan membeli khusus untuk dijual kembali
Sebagian besar toko buku bekas dan lawas lainnya adalah berasal dari buku-buku gabungan, antara hasil koleksi pribadi dengan hasil pembelian (tangan kedua) yang secara khusus memang dibeli untuk dijual kembali.
Jika, buku bekas dan lawas berasal dari zona ini, dominan harga yang dipasang/ditawarkan setara dengan harga pasar pada umumnya dan sangat terbuka soal tawar-menawar.
Menyoal kondisi, tentu apa adanya atau seadanya. Misalnya saja, ada sebagian buku-bukunya sudah terdapat cap, tetapi bukan cap dari toko yang menjualnya tersebut -- melainkan cap perpustakaan, taman baca, sanggar, bahkan sekolah-sekolah. Inilah yang disebut sebagai hasil dari pembelian khusus, hingga pelimpahan aset buku yang sudah tidak digunakan.
Sebenarnya, ada julukan yang biasa digunakan zona ke-2 ini, yaitu 'Harga Hanyalah Tempelan'. Dengan maksud, harga buku-buku yang dipasang/ditawarkan mungkin tinggi, tetapi sebagian itu hanyalah trik untuk memancing pembeli agar mau menawarnya. Jadi, semacam untung-untungan antara penjual dan pembeli, 'kalau ditawar ya dikasih, kalau langsung dibeli ya alhamdulillah'.
Jikalau dirimu sudah mengetahui kedua zona di atas, bisa saja dijadikan patokan atau ruang sedikit untuk berpikir sebelum benar-benar menawar buku.
Nggak Usah Segan! Kenali 7 Cara Jitu Nego Buku Bekas dan Lawas
1. Riset kelangkaan dan harga pasar buku
Sebelum menawar buku bekas dan lawas, utamakan untuk cek dan ricek terlebih dulu tentang buku yang dirimu cari, seperti; Terbit tahun berapa? Apakah saat dicari melalui sahabat google dan marketplace masih tersedia? Jika masih banyak yang menjualnya, berapa rata-rata harganya?
Poin-poin tersebut, bisa dirimu kumpulkan dan tafsirkan apakah buku tersebut masuk dalam kategori langka dan lawas? Supaya bisa dipertimbangkan saat mencoba untuk menawarnya, plus supaya dirimu nggak salah paham jikalau mungkin buku tersebut dilarang untuk ditawar -- karena kelangkaan.
Terkadang, justru sisi pembeli sudah tahu bahwa buku yang ditawarnya adalah buku langka / susah dicari (bahkan mereka sulit untuk mendapatkannya), tetapi menawar harganya bisa sampai 75% dari harga yang dipasang toko. Padahal, si penjual sudah lebih tahu mengenai seluk bukunya. Jadi, jangan heran jika menemukan kondisi ini, tetapi tidak diberikan si penjualnya.
2. Jangan nego sampai setengah harga, alias tahu batasan dalam menawar
Masih lanjut dari poin 1, negosiasi tentu saja boleh, tetapi tetap harus sama-sama menguntungkan, jangan sampai salah satu pihak justru merasa cukup dirugikan.
Usahakan tahu batasan dalam menawar, sebab para penjual juga memiliki modal yang harus dikembalikan, plus ada pajak toko yang dikenakan oleh marketplace per 1 produk. Dalam dunia buku sendiri, hindari menawar sampai setengah harga, misalnya saja harganya 150.000 ribu dan dirimu menawar sampai 75.000 ribu, maka hindari sisi seperti ini.
Sebaiknya ditanyakan lebih dulu, sebelum menembak harga tawaran. Seperti, "Kak, apakah bukunya boleh ditawar?", "Per buku biasanya boleh ditawar sampai berapa rupiah, ya?", baru setelah itu "Misalnya (dari 130.000) ditawar jadi 100.000 ribu boleh nggak, ya?".
Kebanyakan, setiap toko buku bekas dan lawas memiliki batasan dalam jumlah harga negosiasi, misalnya hanya boleh nego dikisaran 10.000 - 20.000 ribu saja -- dilihat dari sisi kondisi, minimal pembelian, sampai kelangkaan.
Kalau dirimu menawar terlalu jauh, sisi penjual bisa jadi tidak mendapat keuntungan yang cukup optimal. Jadi, dengan memahami harga pasar dan tahu batasan dalam menawar buku yang sedang dirimu cari, maka tidak akan saling memberatkan dan dirugikan.
3. Masuk ke sistem borongan / beli beberapa buku sekaligusÂ
Melihat pengalaman pemburu buku-buku bekas dan lawas dalam mengakali harga adalah dengan membeli beberapa buku sekaligus. Sisi penjual pun sudah memahami sistem ini, di mana para pemburu biasanya akan mengirim pesan secara to the point untuk meminta pengurangan harga karena membeli buku lebih dari satu.
Kalau dirimu ragu, jangan segan untuk bertanya kepada admin toko, sesederhana "Kak saya mau beli buku banyak nih, tapi dibulatin harganya bisa nggak ya?" Kata 'bulatin' biasanya digunakan para pemburu untuk memperhalus bahasa penawaran, dan sisi penjual dominan sudah mengerti apa maksudnya.
4. Ambil celah dari sisi kondisi buku
Jika, dirimu sudah melakukan riset harga, namun buku bekas atau lawas yang kamu incar rupanya masih tinggi harganya, maka coba perhatikan sisi foto dan deskripsi produk bukunya, apakah terdapat kekurangan? Misalnya saja terdapat minus kekuningan, bercak samar, ada cap atau nama, dsb. maka jangan segan untuk menyampaikan kepada admin tokonya sepintas untuk menawar harga.
Seperti yang sering saya temui, "Kak maaf, saya minat dengan bukunya tapi saya lihat sudah banyak minusnya yaa, boleh nggak yaa sekiranya saya minta diturunkan lagi harganya?" Dengan menyampaikan pesan seperti itu, pastikan buku yang dirimu minati benar-benar masih ada dipasaran atau belum langka, maka penjual pun pasti akan mengecek kembali dan menurunkan harga.
Mengapa ambil celahnya dari kondisi?
Sebab, salah satu kekurangan pada buku bekas memang terdapat pada kondisi. Semakin banyak kekurangan, maka semakin turun pula harganya. Kecuali pada buku lawas, yang tetap tinggi harganya karena diperhitungkan soal kelangkaan, meski sudah memiliki banyak kekurangan.
5. Jangan Membandingkan, apalagi menjatuhkan
Jikalau mau menawar, fokuslah pada produk buku dan harga di toko yang dirimu kunjungi saja. Hindari untuk membandingkan-bandingkan buku di toko tersebut dengan toko lainnya, sebab hal ini hanya akan mengecilkan hati si penjual -- terlebih buku tersebut berkondisi bekas dan lawas, yang sudah jelas memiliki kekurangan berbeda-beda.
Sebagaimana yang sering ditemui di lapangan, di mana seorang pembeli menawar seperti pada umumnya yang fokus pada harga dan si penjual pun menurunkannya -- tetapi saat harga yang diturunkan tersebut dirasa pembeli kurang banyak / memuaskan, maka keluarlah sikap membanding-bandingkan dengan toko lainnya.
Sikap tersebut kelihatannya sederhana sekali, tetapi tanpa disadari membuat si penjual merasa kecil hati dan cukup geram. Sebab, berbagai sisi sudah lebih dulu dipertimbangkan, dan lagi-lagi -- setiap barang dagangan yang notabenenya sudah bekas pakai pasti memiliki kekurangan yang tidak bisa disama ratakan, maka lebih/kurangnya tidak sama pula harganya.
Dengan dirimu tidak membanding-bandingkan, pasti si pemilik toko buku akan lebih memahami dan menghormati apa yang dirimu inginkan.
6. Respon dan checkout secara cepat
Dalam dunia buku bekas dan lawas arus penjualan yang sering terjadi adalah 'dulu-duluan' alias 'siapa cepat dia dapat'. Maka, saat dirimu menawar harga buku + langsung diberikan sebisa mungkin harus segera dibeli dan jangan ditunda, sebab sering kali buku yang sudah dirubah harganya langsung dibeli atau keduluan orang lain (bukan penawar) dalam waktu beberapa detik saja.
Terkadang pula, ada penjual yang to the point menyodorkan kecepatan pemesanan lebih dulu, seperti "Saya kasih harga yang kakak mau, tapi langsung di checkout sekarang juga, kalau 5 menit pesanan nggak masuk, maka harga akan dirubah kembali seperti semula".
7. Deal lebih mudah lewat live streaming
Join live streaming toko untuk menawar harga. Biasanya, jika toko mengadakan live streaming di marketplace bisa jauh lebih cepat dalam merespon dan lebih santai soal proses tawar-menawar.
Harga setiap buku antara di live streaming dengan di etalase asli pun biasanya akan berbeda. Di mana saat live berlangsung, toko akan memberikan penawaran harga khusus (lebih rendah/diskon) untuk pembeli yang sudah join.
Para pemburu buku bekas dan lawas, biasanya sudah sangat hafal dengan sistem pembelian di live streaming -- yang tidak segan untuk menawar harga, hingga bisa menembak harga saat akan membeli dengan jumlah banyak sekaligus.
Itulah 7 cara jitu nego buku bekas dan lawas, sekaligus seluk-beluk proses komunikasi yang bisa kamu hindari atau gunakan. Ingat, kunci utamanya adalah jangan segan untuk bertanya soal penawaran harga, yaa.
Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasan dirimu dalam mengenal luasnya dunia buku. Salam literasi, salam sehat-sehat selalu untuk dirimu yang lagi baca artikel ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI