Sampai saat ini, buku yang seharusnya tersedia untuk dijual, bahkan saat itu bisa menambah balik modal, justru menjadi hilang begitu saja.
Meminjam Buku, Kasih Nggak Ya?
Belajar dari pengalaman, sebelum terlanjur nyesek ada beberapa poin yang bisa diperhatikan dan menjadi bahan pertimbangan saat seseorang mau meminjam buku, berikut diantaranya:
1. Belajar jujur dulu sama diri sendiri (Buku kesayangan atau bukan? Lagi digunakan atau tidak? Ikhlas atau tidak jika dipinjam?)
Jujur dulu sama diri sendiri sebelum benar-benar akan meminjamkan buku ke orang lain sekalipun orang terdekat. Apakah bagian dari buku kesayangan, yang mungkin mahal dan takut jika harus mengalami kerusakan? Apakah sedang atau akan digunakan dalam waktu dekat? dan yang terpenting, apakah ikhlas dan benar-benar merasa nyaman jika harus dipinjamkan ke orang lain?
3 pertanyaan tersebut biasanya berangkai dari apa yang dirasakan oleh si pemilik buku. Sebab, terdapat buku-buku koleksi yang notabenenya adalah kesayangan karena sudah langka dan susah didapat ataupun mahal. Kemudian, 'masih atau akan' digunakan dalam waktu dekat biasanya kerap terjadi, tetapi seringnya sulit untuk jujur dan mengira-ngira 'ah masih bulan depan dipakainya, jadi gapapa deh kalo dipinjam dulu', padahal tetap harus diperhitungkan masalah waktu dan jika ada kondisi tak terduga.
Terakhir, adalah soal rasa, yang terkadang sulit sekali untuk diungkapkan. Terkadang, merasa kurang nyaman kalau harus dipinjam, tetapi kerap membohongi diri sendiri seperti karena ada perasaan tidak enak kepada si peminjam.
Jika, ke-3 pertanyaan tersebut mudah terjawab tanpa perlu kompromi dengan isi hati yang sebenarnya, mungkin bisa langsung dipinjamkan. Tetapi, kalau masih ragu-ragu, coba dipertimbangkan lagi. Sebab, tidak meminjamkan bukan berarti pelit.
2. Stop merasa 'nggak enakan' dan 'kasihan'
Merasa nggak enakan dan kasihan, sering kali menghantui diri si pemilik buku, 'aduh dia temen deket saya lagi', 'tapi, kasihan juga kalo ngga dipinjemin', 'ngga mau kasih pinjam, tapi gimana cara nolaknya ya?'.
Memang hanya terlihat hal kecil saja, tetapi jujur dengan diri sendiri itu lebih baik. Sebab, diri kita juga punya hak penuh atas apa yang kita miliki, sekiranya tidak berkenan maka bisa dijelaskan dengan cara yang baik.
Kalau diri kita terus merasa ngga enakan dan kasihan, maka kasihan juga dengan diri kita sendiri yang tetap meminjamkan tetapi justru timbul rasa was-was, nggak tenang, bahkan menjadi grutu/kesel sendiri. Alhasil, nantinya jadi menyalahkan.