Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dikenal Lapuk dan Usang, Mengapa Masih Ada Orang yang Senang Membeli Buku dari Toko Buku Bekas?

19 November 2024   16:23 Diperbarui: 19 November 2024   17:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sempat takut dicancel atau komplain, tetapi tidak disangka, justru mendapat feedback sangat baik yang luar biasa, beliau mengatakan, "Gapapa Kak santai aja, yang penting halamannya masih lengkap. Saya butuh bukunya untuk dibaca, bukan untuk melihat kondisinya. Namanya buku bekas wajar ada kekurangan".

Memang Sih 'Murah' Sering Menjadi Alasan, Tetapi Kenyataannya...

Alasan utama yang sering kita dengar ketika orang memilih untuk membeli buku bekas adalah karena harga yang murah.

Tetapi, apakah yang murah sudah pasti dikenal sebagai kondisi bekas atau tidak layak?

Tentu saja tidak. Dengan maksud, buku dalam kondisi baru dan original pun bisa menurun harganya (entah akan sejajar dengan buku bekas ataupun lebih murah), terlebih buku-buku yang masuk dalam 'slow selling', maka akan tembus pada harga dengan kategori diskon sampai obral.

Terkadang, bisa kita temui di event-event cuci gudang, di mana harga yang ditawarkan sangat murah sekali.

Kalau sudah melihat dan mengetahui hal tersebut, pasti tidak akan heran lagi kenapa buku-buku baru (original dan masih di segel) bisa jauh lebih murah dibandingkan dengan versi bekas.

Jadi, membeli buku bekas, tidak selalu soal harga yang lebih murah, juga tidak melulu soal kondisi yang rapuh, melainkan kembali ke nilai historisnya.

Semoga ulasan ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan kamu dalam mengenal luasnya dunia buku, ya. Salam literasi, semoga sehat-sehat selalu untuk kamu yang sedang membaca artikel ini.

Penulis: Dina Amalia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun