Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dikenal Lapuk dan Usang, Mengapa Masih Ada Orang yang Senang Membeli Buku dari Toko Buku Bekas?

19 November 2024   16:23 Diperbarui: 19 November 2024   20:40 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering terjadi, customer datang untuk mencari dan langsung memborong buku-buku lawas, karena memiliki dendam pada masa lalu / semasa kecilnya. Di mana kondisi keuangan keluarga yang saat itu belum mampu untuk membelikan sebuah buku, jadi hanya bisa mencari buku ke kerabat terdekat untuk meminjamnya.

Barulah, ketika masa dewasa bahkan sudah berumah tangga, mulai mencari ragam buku yang sejak dahulu sudah ingin sekali dibaca. Lagi-lagi persoalan tahun terbit, jika dihitungnya dari masa kecil ke masa berumah tangga, tentu sudah menjadi sebuah buku langka yang hanya bisa didapat melalui toko buku bekas.

4. Mencari dokumentasi / karyanya sendiri

Paling langka terjadi tetapi beberapa kali ditemukan, adalah mencari buku hasil karyanya sendiri, atau mencari buku karena terdapat dokumentasi dirinya sendiri (seperti pernah menjadi cover pada majalah tertentu).

Bukan tanpa sebab, biasanya mereka mencari lagi karena buku hasil karyanya hilang atau tidak sengaja terbuang. Sedangkan, kalau soal dokumentasi dirinya sendiri pada sebuah buku/majalah tertentu, biasanya mereka mencari karena belum sempat memilikinya, ataupun karena hilang.

Dari dua kemungkinan di atas, paling sering ditemukan memang pada kategori majalah, di mana sosok model atau anggota keluarganya mencari-cari majalah lawas yang memuat karya atau cover diri mereka.

5. Hasil kumpulan koleksi khusus yang hilang / terbuang

Pernah bertemu dengan seorang dosen yang menanyakan soal koleksi majalah bobo lawas. Begitu ditanya, ternyata beliau mencari beberapa edisi kembali karena kesal dengan orang tuanya yang membuang hasil koleksi dan dokumentasi pribadinya. Di mana sekian tahun lamanya ia selalu mengumpulkan majalah bobo dan dirapikan menjadi koleksi bundel (alias disusun dan dijilid sesuai koleksi tahun atau edisi).

Nasi sudah menjadi bubur, alhasil harus kembali mengulang untuk mengoleksi dari awal. Dengan pasrah, beliau mencari seadanya stok di toko saja pada saat itu.

Dari kelima alasan di atas, dominan pemburu buku bekas tidak pernah mempermasalahkan soal kondisi yang kerap disebut sebagai 'usang dan lapuk', biasanya mereka hanya mengecek 'Apakah masih layak pakai?' dari sisi kekokohan lem dan kelengkapan halaman.

Sebagai penjual buku bekas, pernah kedapatan kondisi buku yang terbilang sudah sangat 'jelek' dalam sisi warna, yakni kecokelatan sekali dan ada coretan nama, tetapi tentunya tetap jujur kepada customer dengan menjelaskan kembali secara detail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun