Sekitar 4 pekan lalu, saya juga mendapati customer yang ngebetnya bukan main dengan 1 judul komik. Saking ngebetnya, belum dijelasin sudah menghantui dari malam hari pukul 10 sampai pagi, seperti minta borong semua volume, cek foto, buru-buru minta dipacking (padahal belum dibeli), yang intinya kelimpungan sendiri karena ingin mendapatkan komik yang diincarnya. Di lain sisi operasional toko sudah tutup dan minim balasan karena waktu istirahat.
Ketika diajak diskusi setelahnya, ternyata beliau adalah penggemar baru pada 1 judul komik dari koleksi yang saya miliki, beliau mengincar karena berawal dari kepo dengan alur ceritanya, hingga benar-benar ingin membaca dari awal volume sampai ingin mengoleksi. Sayangnya, dari komik incaran beliau hanya tersisa 4 stok dan sudah cabutan, alhasil sedikit kecewa.
Apasih yang membuat komik cetak masih laku dan terus diminati?
1. Menyoal kebiasaan
Mewarta dari Riaupos, Taufan Batavia yang merupakan pemerhati komik mengungkap, bahwa tingginya minat terhadap komik cetak karena soal kebiasaan. Di mana pencinta komik cetak memang rata-rata sudah lebih dulu mengenal seluk beluk komik dari zaman teknologi belum menyala. Jadi, sudah sangat terbiasa untuk membaca komik dalam bentuk cetak, dan akan merasakan perbedaan sensasi yang mendalam jika harus membaca komik lewat ponsel atau komputer/laptop.
2. Punya nilai lebih
Komik cetak menjadi salah satu barang yang bisa dikoleksi dan akan menguntungkan di masa yang akan datang. Mengingat produksi yang tidak dilakukan secara terus-menerus, membuat komik ikut menjadi barang langka dikemudian hari. Bukan semata soal harga, komik cetak bernilai dari berbagai sisi, seperti kenangan masa, ilustrasi, para karakter di dalamnya, nuansa kertas, hingga alur cerita yang mampu mengisi sepanjang hari.
3. Hiburan dan media bacaan yang menjauhkan diri dari ponsel
Riza Muhardeni yang merupakan seorang psikolog turut mengungkap melalui Riaupos, bahwa komik dalam bentuk cetak banjir manfaat untuk anak dibanding harus memberinya sebuah ponsel. Hal ini menjadi salah satu yang bisa diterapkan pada anak, supaya tertarik akan dunia bacaan dan membuatnya cinta membaca.
Riza juga turut menuturkan, bahwa "Membaca menjadi sesuatu yang 'membosankan'. Bahkan, indeks 'literasi' anak khususnya di Indonesia itu tergolong minim. Dengan memberi komik, anak bisa diajarkan menjadi lebih gemar untuk membaca. Dibanding ponsel yang lebih pada visual, belum lagi kalau menyaksikan hal yang negatif" tuturnya.
Hal di atas agaknya memang sudah banyak yang menerapkan, sebab disisi pasar buku kadang kaget ketika ketemu customer yang merupakan anak-anak sekolah dasar, bahkan masih suka kebingungan soal harga dan cara memesan komik. Biasanya mereka mencari komik satuan, alias bukan berseri, untuk sekedar dibaca.
4. Tidak bisa move on