Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Geliat dan Tantangan Bisnis Buku Bekas di Era Digital: Bercuan, tapi Makin Ekstra Lawan Pembajakan

20 September 2024   16:44 Diperbarui: 23 September 2024   09:18 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital, pasar online alias marketplace menjadi lapak baru untuk penjual buku. Hanya bermodal potret dan deskripsi, buku bisa berselancar bebas di pasaran, terlebih menyasar berbagai pelosok negeri, siapa pun dan darimana pun bisa dengan mudah membeli.

Ketika memulai bisnis buku bekas melalui online, rasanya praktis. Tetapi begitu dijalani dan dianalisa, geliat bisnis buku bekas di marketplace rupanya terbilang lebih bersaing. Harga, kondisi, wilayah saling berlomba.

Selain itu, tidak lain untuk menarik pelanggan, jika secara offline menarik dengan cara memanggil orang-orang yang lewat depan toko, maka secara online menghadirkan banyak promo, terlebih penjual juga bisa beriklan dan menawarkan langsung melalui live streaming.

Berikut 2 hal besar yang menjadi fase sekaligus keuntungan bisnis buku bekas melalui online marketplace:

1. Menguntungkan secara material dan fisik

Bisnis buku bekas terbilang menguntungkan. Secara material / pendapatan memang fluktuatif, karena sesuai dengan harga yang berasal dari kelangkaan buku, namun hal ini sangat terbantu dengan adanya fitur promo toko dan produk yang menjadi jembatan untuk penjual menarik pelanggan.

Setelah promo, hadir juga live streaming yang menjadi wadah bagi penjual untuk bisa memperlihatkan kondisi buku-buku yang dijualnya secara real, proses tawar-menawar pun terjadi disini.

Kemudian, secara fisik, marketplace telah membuka peluang usaha yang 'nol rupiah' tidak memerlukan sewa lapak. Peluang ini sangat menguntungkan, karena tidak perlu repot-repot lagi memikirkan sewa lapak, memilih lokasi strategis, hingga tagihan-tagihan toko seperti listrik dan air.

Secara fisik, bisnis buku yang dijalankan secara online hanya memerlukan tempat penyimpanan, dan jika baru saja memulainya tidak memerlukan tempat khusus, kecuali yang memang sudah memiliki ruang koleksi atau bahkan yang datang dari penjual offline.

3. Mudah terkoneksi dengan kolektor dan pencinta buku

Dahulu, dimasa-masa hunting buku masih ramai dan digeluti masyarakat memang sangat mudah bertegur sapa dengan kolektor dan pencinta buku secara langsung.

Namun, seiring zaman mulai beralih ke digital, masyarakat pun mulai ikut menyesuaikan diri, termasuk kolektor dan pencinta buku yang saat ini lebih banyak mencari buku-buku melalui online marketplace.

Meski online, penjual buku kerap bertegur sapa dengan kolektor dan pencinta buku hingga jadi langganan.

Koneksi ini, biasanya bermula ketika kolektor dan pencinta buku memulainya dengan melihat koleksi yang disusun penjual melalui etalase toko online dan mencoba untuk membeli 1 buku untuk melihat bagaimana kondisi bukunya, kemudian jika cocok biasanya akan berlanjut untuk bersua melalui chat dengan penjual seperti menanyakan 'koleksi buku apalagi yang masih tersimpan', dan bisa terus berlanjut hingga tidak segan untuk terus membeli buku yang bahkan baru dipasarkan/ditawarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun