"Punya trauma apa, Kak?" pertanyaan to the point yang ditanyakan tim medis di ruang CT Scan 11 tahun lalu. Tubuh yang sudah terbaring dan hendak dibius, agaknya dipastikan lebih dulu terkait riwayat kesehatan khususnya mental yang membuat kepala terasa berdenyut selama 14 hari berturut-turut dan harus terbaring di rumah sakit buntut  hukuman yang diberikan seorang guru.
Jawaban singkat dan padat langsung terucap, "Kebakaran di umur 5 tahun", tim medis yang berjumlah sekitar 5-7 orang mengangguk dan tersenyum. Selain, akan melihat lebih rinci terkait organ dalam kepala yang kemungkinan mengalami masalah, tim medis berusaha mencari akar masalah penyakit dengan mengaitkan dan menganalisisnya dari masalah yang baru saja terjadi, riwayat trauma, dan rekam medis.
Ingatan akan sebuah tragedi terus membekas, tanpa disadari terlanjur dirawat oleh diri dan pikiran hingga menjadi sebuah 'trauma', tetapi dilain sisi hal itu tidak mengubur ribuan impian saya, tetap belajar, berkembang, berdampingan dengan trauma. 'Ingatan yang kuat' menuntun saya kepada sebuah pena dan kertas, ketika pertama kali menuangkan ingatan pada sebuah tulisan yang pada akhirnya, ingatan itu kini sedang dikemas dalam sebuah karya sastra dan akan segera dibuku-kan.
Trauma, tragedi, bullying, dan kesehatan mental belakangan ini kerap menjadi topik pembahasan yang cukup serius. Selain membaca dan mendengar mengenai hal ini di media, belum lama harus menyaksikan langsung di mana orang terdekat menjadi korban bullying di lingkungan kampus dan secara bersamaan beliau mengalami trauma yang cukup mendalam hingga kesehatan mental dirinya terganggu.
Ketika menyaksikan seseorang melewati masa krisis, saya menyadari bahwa orang tersebut 'memiliki diamond' yang belum tentu orang lain bisa miliki, dan sering kali 'diamond' itu berusaha disenggol, ingin dijatuhkan supaya pecah, hingga ingin diambil. Fokus saya kepada empat serangkai ini (trauma, tragedi, bullying, kesehatan mental) semakin bertambah saat diberi kesempatan untuk membaca buku "Apakah Saya Juga Gifted?" karya Nancy Dinar. Dalam hati, sebenarnya agak ragu dan sedikit penolakan ketika ingin membaca buku ini, mengingat kondisi yang ingin sekali meluangkan pikiran dan menyelesaikan karya di bulan kelahiran ini.
Judul: Apakah Saya Juga Gifted? Menemukan Diri Lewat Krisis, Trauma dan Tragedi
Penulis: Nancy Dinar
Penerbit: Stiletto Book
Cetakan & Terbit: Cetakan 1, Mei 2024
Bahasa: Indonesia
Jumlah Halaman: 213
ISBN: 978-623-409-388-9
Apakah Saya Juga Gifted? termuat 8 bab yang diiris kembali menjadi beberapa sub bab. Ketika membaca karya Nancy Dinar ini rasanya relate dan sesekali sebagai pembaca nyeletuk "Kok sama ya."
Buku ini diakui oleh penulisnya sebagai hasil dari pergulatan batin yang dialaminya. Ketika membaca, agaknya kaku, namun setelah dimaknai secara mendalam, setiap kalimat yang dirangkai memiliki tujuan, bukan asal bunyi saja. Penulis mengemasnya menggunakan beragam kisah hidup seseorang yang diangkatnya untuk menjadi contoh nyata, dan yang paling menguatkan adalah didampingi menggunakan teori.
Isi buku ini berputar pada roda kisah kehidupan penulis, dari mulai dirinya, anak, teman, keluarga, hingga para orang tua, namun penjabarannya sangat relevan dengan permasalahan yang sering terjadi di lingkungan kita, khususnya masalah diri sendiri (potensi, memori, perilaku, pemulihan dan penemuan diri), parenting, hingga pendidikan. Buku ini tertuju untuk teman-teman yang memang suka menyelami topik giftedness, kesehatan mental, hingga pembentukan personaliti.
Giftedness, Tragic Gift, dan Pembentukan Personaliti
Berikut menjadi poin menarik dari bab 1-3, di mana penggambarannya persis dengan pergulatan diri remaja beranjak dewasa yang merasakan dirinya 'bukan apa-apa':