Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Mengenal "Bibliotherapy", Terapi Membaca Buku untuk Kesehatan Mental

2 September 2024   19:03 Diperbarui: 3 September 2024   20:41 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Terapi' umumnya identik dengan proses pengobatan yang dilakukan seseorang untuk memulihkan gangguan kesehatannya dan biasanya akan dipandu/dibimbing oleh ahli profesional (terapis). Sebelum menjalani terapi, tentu sudah lebih dulu melakukan beberapa rangkaian pemeriksaan hingga adanya sebuah diagnosis.

Namun, pernahkah kamu mendengar bahwa ada terapi yang dapat dilakukan secara mandiri tanpa adanya bimbingan hanya dengan sebuah benda yang kita miliki dan mudah didapatkan?

Terapi tersebut adalah biblioterapi, di mana seseorang memanfaatkan buku untuk mengatasi permasalahan secara psikologis, seperti kecemasan hingga depresi yang dialami dirinya. Kemudian, terapi ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang sangat aware terhadap kesehatan mental dirinya dan paham/menyadari hal apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang sedang/akan terjadi.

Lebih mendalam lagi, mewarta dari Very Well Mind, biblioterapi merupakan sebuah bentuk 'terapi seni kreatif' yang memanfaatkan literatur (buku, bahan bacaan) untuk membantu mengoptimalkan kesehatan mental. Buku menjadi alat yang terbilang sangat ampuh untuk bisa memahami/mempelajari pengalaman diri sendiri, sehingga biblioterapi dikenal hangat sebagai terapi membaca dan terapi bercerita untuk menubuhkan wawasan, rasa kasih sayang, dan rasa empati yang jauh lebih besar dengan mengeksplorasi ragam cerita yang berkaitan dengan pengalaman diri sendiri.

Namun yang perlu digarisbawahi, buku dan terapi disini, bukan hanya berkenaan dengan membaca buku saja, tetapi bagaimana seseorang mampu menjelajahi seluk dirinya sendiri, hingga menemukan sebuah jawaban dan dukungan atas masalah yang tengah dihadapi.

Sedangkan, dalam dunia medis, biblioterapi sendiri mengaitkan 3 unsur, dilansir dari Hello Sehat diantaranya yakni pasien, ahli profesional (terapis), dan buku. Semula, pasien berkonsultasi kepada terapis, hingga berdiskusi detail untuk mencari akar masalah yang harus diatasi, kemudian terapis lah yang akan memberikan resep 'buku apa saja' yang diperlukan untuk dibaca pasien. Proses terapi membaca buku ini dapat menuntun pasien kepada perubahan yang jauh lebih positif terutama dalam memahami permasalahan yang tengah dialaminya.

Jenis-Jenis Biblioterapi

Biblioterapi terbagi menjadi beberapa jenis yang bisa dimanfaatkan baik pada lingkungan pendidikan hingga lingkungan rumah, berikut diantaranya:

1. Biblioterapi Kreatif, yakni terapi yang dilakukan dengan cara berkelompok atau suasana ramai, seperti berdiskusi dengan model bercerita hingga membaca puisi atau karya fiksi yang kemudian didiskusikan bersama.

2. Biblioterapi Preskriptif, yakni memanfaatkan buku-buku self-help / swadaya yang bertujuan untuk mendorong perubahan pola pikir, tindakan, dan perasaan.

3. Biblioterapi Perkembangan, yakni biasa digunakan dalam dunia pendidikan dan orang tua untuk memberikan sebuah pemahaman mengenai permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi oleh anak dan remaja, misalnya seperti terkait perundungan atau pengetahuan tentang pubertas, dan semacamnya.

Siapa Saja yang Membutuhkan Biblioterapi?

Siapa pun tentu saja bisa dengan mudah dan bebas membaca buku. Namun, dalam kacamata psikologis, membaca buku menjadi terapi yang sangat berpengaruh bagi seseorang yang secara khusus mengalami :

  • Gangguan kecemasan berlebih.
  • Permasalahan hubungan, seperti percintaan, hubungan pertemanan atau percintaan yang toxic.
  • Kekhawatiran eksistensial, diantaranya seperti rasa kesepian, merasa tidak berarti, kematian.
  • Mood swing atau mudah berubah.
  • Mengalami depresi.
  • Penyalahgunaan obat-obatan atau zat terlarang.
  • Memiliki trauma atau kesedihan yang amat mendalam.
  • Memiliki rasa takut atau malu untuk menolak.
  • Rasisme.
  • Hingga sulit konsisten terhadap pendirian diri sendiri.

Sejalan dengan psikolog Ikhsan Bella Persada melalui Klik Dokter yang turut mengungkapkan, bahwa terapi biblioterapi dapat diberikan pada seseorang yang mengalami beberapa permasalahan hidup, seperti masalah hubungan (perceraian, dan semacamnya), atau pada seseorang yang memiliki permasalahan terkait kontrol diri. Kemudian, terapi ini juga sangat cocok bila dimanfaatkan untuk orang yang belum paham mengenai tindakan atau langkah apa saja yang dapat dilakukan/diambil dalam mengatasi sebuah permasalahan.

Mewarta dari Klik Dokter, saat mengalami dan menghadapi hal-hal di atas, terkadang sangat sulit untuk bisa memahami atau sekedar menerima kondisi yang tengah terjadi. Hal ini, akan berubah menjadi kondisi yang buruk jika tidak cukup pengalaman dan tidak mendapat petunjuk bagaimana langkah yang harus dihadapi.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah terapi membaca buku, karena buku bisa membuka perspektif baru untuk seseorang, hingga menemukan jalan keluar dari sebuah masalah yang sedang dialami.

Seperti yang telah disinggung pada paragraf awal, biblioterapi sendiri dapat dilakukan secara mandiri (perorangan), kelompok, atau pun tanpa arahan dari terapis. Jika, dilakukan bersama terapis, maka terapi ini biasanya akan digabung dengan terapi lain, seperti dengan psikodinamik atau terapi perilaku kognitif.

Bagaimana Biblioterapi Dapat Dilakukan?

Terapi ini bisa dilakukan melalui 3 cara, diantaranya:

1. Membaca buku sesuai dengan resep

Bukan hanya obat yang menggunakan resep, tetapi buku juga bisa dibaca sesuai dengan resep. Dalam terapi ini, biasanya pasien sudah lebih dahulu berkonsultasi kepada ahli profesional (terapis), dan ketika sudah menemukan titik terang dari permasalahan yang diungkap oleh pasien, maka terapis segera memberikan referensi buku sesuai dengan permasalahan yang sedang dialami oleh si pasien. Jadi, pasien tidak akan kebingungan 'kira-kira buku apa ya yang harus saya baca?'.

2. Membaca buku sambil berdiskusi

Poin ini sama seperti biblioterapi kreatif, di mana terapi membaca model ini berasal dari bacaan yang terbuat dari fantasi (genre fiksi), seperti cerpen, novel, bahkan puisi. Pemilihan bukunya pun tentu harus cermat, guna mengarahkan kita untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya diri kita harapkan.

Sebagai contoh, memilih buku dengan genre fiksi yang isi bukunya memiliki karakter sama dengan apa yang sedang kita rasakan. Misalnya lagi sedih karena baru saja ditinggal keluarga yang meninggal dunia, kemudian membaca buku novel yang di dalamnya juga terdapat karakter dengan posisi sama yakni tengah menghadapi rasa trauma dan sedih yang berkepanjangan karena kehilangan. Dari proses membaca hal serupa inilah, akan menemukan sudut pandang baru, hingga proses mendapatkan sebuah jalan keluar untuk mengatasi hal yang sedang dihadapi. Singkatnya, kita bisa memahami diri sendiri selayaknya memahami cerita dan karakter yang terdapat dalam buku.

Terapi ini efektif jika dilakukan dengan cara berkelompok untuk berdiskusi atau sambil bercerita santai. Ketika membaca buku sambil berdiskusi rasanya tentu tidak sendiri, karena ada banyak orang yang mendengarkan, ada banyak orang yang memberikan saran entah mengenai isi buku yang menyangkut permasalahan diri kita atau sebatas memberikan referensi buku tambahan.

Jika, membaca buku dilakukan sambil berdiskusi rasanya tergolong jadi lebih fresh, karena terdapat sudut pandang baru yang mungkin saja baru kita ketahui. Jadi, semacam bisa 'bertukar pikiran' atas poin penting dari isi buku yang kita baca.

3. Membaca buku self-help atau berbau psikologis

Membaca buku yang memuat tentang psikologis guna mendorong perubahan pola pikir dan tindakan. Selain membaca, bisa disambi dengan menulis, seperti halnya buku catatan harian, yang mengekspesikan apa saja yang kita rasakan, hal apa saja yang perlu kita perbaiki, guna mengungkap semua isi hati agar lebih plong/lega sehingga membuat diri dan pikiran jadi lebih terbuka.

Hal ini, juga bisa dibarengi dengan terapi lainnya, seperti terapi perilaku dan kognitif yang pastinya membutuhkan pendampingan dari ahli profesional (terapis) supaya terapi ini bisa menjadi jauh lebih efektif.

Membaca Buku untuk Meningkatkan Kesehatan Mental

Bagaimana cara kerja biblioterapi untuk meningkatkan kesehatan mental?

Melalui beragam cerita baik fiksi ataupun nonfiksi, untuk menggali permasalahan yang tengah kita hadapi. Mengapa demikian? Setelah membaca buku, ada banyak pelajaran yang bisa kita petik, dan sangat berguna untuk diri kita di masa yang akan datang, entah kedepannya akan menjadi lebih siap dalam menghadapi permasalahan yang sejauh ini sudah menjadi beban, atau untuk mengatur berbagai langkah ketika akan menghadapi permasalahan baru di masa mendatang. Singkatnya, membuat diri jadi lebih siap dalam mengatasi permasalahan terutama untuk memahami seluk diri sendiri.

Manfaat dari bibilioterapi sendiri sama seperti umumnya membaca buku, yang memberikan perspektif baru hingga bisa membuat si pembaca menjadi lebih kenal dengan kondisi sentimental dirinya. Namun, yang sangat digarisbawahi dari terapi ini adalah membuat seseorang jadi mengetahui dan lebih sadar bahwasannya mereka tidak seorang diri ketika menghadapi sebuah masalah.

Seperti data real yang diungkap melalui Very Well Mind, sebuah penelitian pada 2017 mengungkapkan bahwa biblioterapi bisa menjadi proses pemulihan dalam jangka panjang, khususnya orang dewasa yang mengalami depresi. Pada penelitian ini, pengamat mencoba meneliti sebanyak 6 orang yang menjalankan biblioterapi. Hasil setelah 3 bulan menjalaninya, para pasien mengakui bahwa depresi yang dialaminya sangat berkurang sekali.

Jika, dalam bimbingan terapis, pasien tidak akan dilepas begitu saja (alias main baca buku tanpa mengetahui isi dan informasinya), melainkan akan dirangkul untuk ikut membaca panduan dan mencari ragam informasi, sehingga nantinya pasien akan menyadari tindakan apa saja yang akan dilakukan.

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Biblioterapi

Meski biblioterapi sangat bermanfaat bagi semua orang yang bahkan tidak kenal usia, namun terapi ini hanya efektif jika kita bersedia alias tidak ada paksaan sedikit pun. Melansir dari Very Well Mind, biblioterapi sangat tidak direkomendasikan kepada seseorang yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan fantasi dan kepada seseorang yang tidak pernah menikmati sebuah bacaan.

Kemudian, buku-buku yang akan disarankan dalam terapi ini, semuanya tergantung pada kesukaan dan kebutuhan diri kita. Misal, kita tidak suka buku-buku yang berbau fantasi, maka buku yang bisa kita pakai atau direkomendasikan oleh terapis adalah buku-buku nonfiksi contoh seperti self improvement. Jadi, genre buku dalam terapi ini bukan hal yang dipaksakan, melainkan tetap mengikuti minat atau kesukaan kita.

Biblioterapi menjadi salah satu terapi yang mampu menyediakan sebuah pengalaman sentimental melalui cerita dan karakter yang terdapat dalam buku, selain mendapatkan inspirasi, juga membantu diri kita untuk lebih kenal dengan diri sendiri dan dalam mengambil langkah yang tepat ketika menghadapi sebuah masalah.

Semoga bermanfaat dan menambah wawasanmu dalam mengenal luasnya dunia buku. Salam hangat, salam literasi, sehat-sehat selalu yaa untuk kamu yang lagi membaca artikel ini.

Penulis: Dina Amalia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun