Siapa pun tentu saja bisa dengan mudah dan bebas membaca buku. Namun, dalam kacamata psikologis, membaca buku menjadi terapi yang sangat berpengaruh bagi seseorang yang secara khusus mengalami :
- Gangguan kecemasan berlebih.
- Permasalahan hubungan, seperti percintaan, hubungan pertemanan atau percintaan yang toxic.
- Kekhawatiran eksistensial, diantaranya seperti rasa kesepian, merasa tidak berarti, kematian.
- Mood swing atau mudah berubah.
- Mengalami depresi.
- Penyalahgunaan obat-obatan atau zat terlarang.
- Memiliki trauma atau kesedihan yang amat mendalam.
- Memiliki rasa takut atau malu untuk menolak.
- Rasisme.
- Hingga sulit konsisten terhadap pendirian diri sendiri.
Sejalan dengan psikolog Ikhsan Bella Persada melalui Klik Dokter yang turut mengungkapkan, bahwa terapi biblioterapi dapat diberikan pada seseorang yang mengalami beberapa permasalahan hidup, seperti masalah hubungan (perceraian, dan semacamnya), atau pada seseorang yang memiliki permasalahan terkait kontrol diri. Kemudian, terapi ini juga sangat cocok bila dimanfaatkan untuk orang yang belum paham mengenai tindakan atau langkah apa saja yang dapat dilakukan/diambil dalam mengatasi sebuah permasalahan.
Mewarta dari Klik Dokter, saat mengalami dan menghadapi hal-hal di atas, terkadang sangat sulit untuk bisa memahami atau sekedar menerima kondisi yang tengah terjadi. Hal ini, akan berubah menjadi kondisi yang buruk jika tidak cukup pengalaman dan tidak mendapat petunjuk bagaimana langkah yang harus dihadapi.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah terapi membaca buku, karena buku bisa membuka perspektif baru untuk seseorang, hingga menemukan jalan keluar dari sebuah masalah yang sedang dialami.
Seperti yang telah disinggung pada paragraf awal, biblioterapi sendiri dapat dilakukan secara mandiri (perorangan), kelompok, atau pun tanpa arahan dari terapis. Jika, dilakukan bersama terapis, maka terapi ini biasanya akan digabung dengan terapi lain, seperti dengan psikodinamik atau terapi perilaku kognitif.
Bagaimana Biblioterapi Dapat Dilakukan?
Terapi ini bisa dilakukan melalui 3 cara, diantaranya:
1. Membaca buku sesuai dengan resep
Bukan hanya obat yang menggunakan resep, tetapi buku juga bisa dibaca sesuai dengan resep. Dalam terapi ini, biasanya pasien sudah lebih dahulu berkonsultasi kepada ahli profesional (terapis), dan ketika sudah menemukan titik terang dari permasalahan yang diungkap oleh pasien, maka terapis segera memberikan referensi buku sesuai dengan permasalahan yang sedang dialami oleh si pasien. Jadi, pasien tidak akan kebingungan 'kira-kira buku apa ya yang harus saya baca?'.
2. Membaca buku sambil berdiskusi
Poin ini sama seperti biblioterapi kreatif, di mana terapi membaca model ini berasal dari bacaan yang terbuat dari fantasi (genre fiksi), seperti cerpen, novel, bahkan puisi. Pemilihan bukunya pun tentu harus cermat, guna mengarahkan kita untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya diri kita harapkan.
Sebagai contoh, memilih buku dengan genre fiksi yang isi bukunya memiliki karakter sama dengan apa yang sedang kita rasakan. Misalnya lagi sedih karena baru saja ditinggal keluarga yang meninggal dunia, kemudian membaca buku novel yang di dalamnya juga terdapat karakter dengan posisi sama yakni tengah menghadapi rasa trauma dan sedih yang berkepanjangan karena kehilangan. Dari proses membaca hal serupa inilah, akan menemukan sudut pandang baru, hingga proses mendapatkan sebuah jalan keluar untuk mengatasi hal yang sedang dihadapi. Singkatnya, kita bisa memahami diri sendiri selayaknya memahami cerita dan karakter yang terdapat dalam buku.
Terapi ini efektif jika dilakukan dengan cara berkelompok untuk berdiskusi atau sambil bercerita santai. Ketika membaca buku sambil berdiskusi rasanya tentu tidak sendiri, karena ada banyak orang yang mendengarkan, ada banyak orang yang memberikan saran entah mengenai isi buku yang menyangkut permasalahan diri kita atau sebatas memberikan referensi buku tambahan.
Jika, membaca buku dilakukan sambil berdiskusi rasanya tergolong jadi lebih fresh, karena terdapat sudut pandang baru yang mungkin saja baru kita ketahui. Jadi, semacam bisa 'bertukar pikiran' atas poin penting dari isi buku yang kita baca.