Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal "Epeolatry", Pemujaan Terhadap Kata-Kata

12 Agustus 2024   16:43 Diperbarui: 16 Agustus 2024   11:28 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Epeolatry | Pixabay/Andreas160578

'Kata-kata' sudah sangat erat dengan kehidupan manusia, yang menjadi unit paling kecil dari sebuah kalimat atau bahasa, siapapun butuh kata-kata untuk berkomunikasi antar sesama manusia.

Lain halnya dengan metrophobia yang takut terhadap sebuah kata-kata khususnya kata-kata indah, maka epeolatry adalah kebalikannya.

Istilah atau sebutan 'epeolatry' diartikan sebagai wujud kekaguman, penghormatan atau pemujaan seseorang yang sangat intens terhadap kata-kata. Kata epeolatry sendiri berakar dari bahasa Yunani, yakni 'epos' yang memiliki arti 'kata', dan 'latry' yang memiliki arti 'ibadah'.

Bagi sebagian orang mungkin hanya sekedar mengatahui bahwasannya memang ada orang yang sangat mencintai kata-kata, namun belum mendengar lebih jauh mengenai penghormatan ini.

Mewarta dari laman Gramedia, seorang epeolatry tidak memerlukan gambar hanya untuk memahami sebuah kalimat atau bahasa, karena sudah otomatis paham pada setiap penjabaran yang dirangkai menggunakan kata-kata, baik kata-kata indah atau rumit sekalipun. 

Bagi seorang epeolatry, deskripsi atau penjabaran menggunakan kata-kata jauh lebih elok dan memesona ketimbang gambar, karena bisa membuatnya menjadi bebas untuk berimajinasi.

Jauh lebih mendalam, bukan hanya sekedar 'kagum' dengan kata-kata, melainkan epeolatry ini mencerminkan sikap apresiasi seseorang yang amat mendalam terhadap kekuatan, keindahan, hingga kerumitan dari kata-kata. Hal ini disebut sebagai 'eksplorasi' yang menggali esensi kata, mulai dari mempelajari signifikansinya dalam komunikasi, sastra, hingga ruang lingkup/spektrum ekspresi manusia yang jauh lebih luas.

Epeolatry atau penghormatan seseorang terhadap kata-kata ini juga berdampak amat mendalam terhadap emosi, pikiran, dan persepsi dirinya, sehingga membangun sifat artistik yang berpengaruh terhadap ungkapan verbal, baik dalam berbicara, berpikir, ataupun secara tertulis.

Epeolatry dalam Karya Sastra Puisi

Ketika mendengar sebutan 'kagum dengan kata-kata' agaknya sudah tidak heran jika langsung menafsirkannya pada karya puisi, yang sudah sangat melekat dengan untaian kata-kata indah nan penuh makna.

Diungkap oleh Zorox founder dan editor Etymology Explorers Club, karya sastra khususnya puisi menjadi benteng pertahanan epeolatry, di mana seorang penyair memakai kata-kata untuk merangkai narasi, mengungkapkan sebuah gagasan, hingga menggelorakan emosi.

Epeolatry pada konteks puisi ini diungkap sebagai penggunaan kata yang disengaja dan amat berseni. 'Seni' di sini bukan sekedar terhadap penggunaan 'kata'nya saja, melainkan menjadi apresiasi penyair terhadap makna dari rangkaian kata-kata, hingga ritme atau irama syairnya.

Dimensi Psikologis dari 'Kata-Kata'

Masih diungkap oleh sumber yang sama yakni Zorox, epeolatry terkoneksi dengan kekuatan 'kata' yang membentuk suatu realitas. Seperti, bagaimana seorang epeolatry kerap menggambarkan pengalaman dan kondisi lingkungan disekitarnya yang bisa dengan cepat mempengaruhi emosi dan persepktifnya bahkan secara signifikan.

Contoh dekatnya seperti seseorang yang kerap mencurahkan isi hatinya atau pengalaman dirinya terhadap sebuah peritistiwa yang sedang atau pernah terjadi ke sosial media hingga blog dengan menggunakan sebuah rangkaian kata, entah dalam alunan puisi yang amat tersusun/terangkai atau hanya sekedar tulisan dan dialog rapi.

Biasanya, seorang epeolatry atau pengagum kata ini sudah merasa nyaman untuk mengungkapkan isi hatinya melalui tulisan atau puisi ketimbang harus melalui ucapan/lisan secara langsung. Atau istilah lainnya, ungkapan menggunakan kata-kata itu dijadikan sebagai 'alternatif' terbaik untuk bercerita.

Faktor penyebabnya juga beragam, dari mulai 'memang lebih nyaman' saja atau ada hal lain yang kurang mengenakan seperti misal ketika bercerita secara langsung ke kerabat terdekat, seringnya tidak ditanggapi atau tidak dihargai dengan baik, jadi lebih memilih untuk mengeluarkan semua isi hati atau unek-uneknya melalui tulisan hingga mencintai dan memperlajari/menggali esensinya.

Seorang epeolatry mengakui bahwasannya peran 'kata-kata' bukan hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, melainkan juga sebagai instrumen yang bisa menyembuhkan dan menginspirasi.

Epeolatry dalam Ekspresi dan Komunikasi

Seperti yang telah disinggung pada paragraf awal, bahwa 'kata-kata' menjadi unit paling kecil dari sebuah bahasa yang sudah melekat di kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi.

Dalam komunikasi sendiri, epeolatry terbentuk ketika seseorang bisa menemukan dan menggunakan kata-kata yang tepat. 'Tepat' di sini berwujud sebagai bentuk kegembiraan dari sebuah ungkapan yang baik dan rasa kepuasaan mengekspresikan diri ketika menggunakan sebuah kata dengan sangat fasih.

Epeolatry dalam konteks komunikasi ini adalah mengenai bagaimana menghormati dan menghargai nuansa/perbedaan setiap bahasa dan kemampuannya, guna menjembatani kesenjangan antara budaya dan manusia.

Signifikansi Budaya dari Epeolatry

Budaya, sangatlah berbeda-beda dan beragam. Seperti yang menjadi salah satu kekayaan di Tanah Air Nusantara ini, yakni mempunyai keberagaman bahasa dan juga budaya. Di mana setiap daerah pasti mempunyai bahasa yang berbeda bahkan logatnya pun juga berbeda-beda.

Dari perbedaan budaya lah yang dapat memperlihatkan epeolatry, dari mulai idiom, peribahasa, hingga tradisi linguistiknya.

Epeolatry sama dengan kekaguman, penghormatan atau pemujaan. 'Kekaguman, penghormatan atau pemujaan' inilah yang menggarisbawahi bahwa kekayaan dan keragaman bahasa untuk mengartikulasikan sebuah pengalaman.

Pada prinsipnya, epeolatry bukan sekedar daya tarik terhadap kata-kata saja, melainkan bagaimana seseorang sangat menghormati hingga mengekspresikan keindahan dan kekuatan yang esensial dari kata-kata. 

Dalam menulis, berpuisi, berinteraksi, penghormatan dan kekaguman terhadap kata-kata bukanlah hal yang sepele, karena dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap bahasa, hingga sebagai bentuk apresiasi diri kita terhadap perbedaan bahasa yang berperan penting dalam budaya dan berkomunikasi antar manusia.

Maka, tak heran sekali ketika kita membaca sebuah puisi, kata-kata yang terangkai sangat indah dan makna yang terkandung pada setiap untaikan katanya sangatlah berarti. 

Di lain sisi, ketika kita ingin menulis puisi terkadang merasa kesulitan, selain sebagian besar berdiri dari sebuah pengalaman, juga memerlukan keahlian yang dominan lahir dari ide.

Sama seperti puisi, begitupun dengan tulisan-tulisan lain salah satunya seperti novel yang berdiri dari sebuah pengalaman penulis hingga fantasi, tersusun begitu rapi diisi dengan dialog-dialog nan elok. Baik puisi, novel, ataupun karya-karya lain, semua pilihan kata-katanya tentu sangat ketat dipilih oleh penulisnya, sehingga bisa melahirkan sebuah kalimat yang membuat para pembaca sampai kagum hingga terbawa emosi.

Istilah atau sebutan epeolatry mungkin jarang sekali diketahui dan didengar, namun tanpa disadari sudah sangat melekat di kehidupan manusia khususnya bagi para penulis dan penyair.

Semoga bermanfaat ya dan menambah wawasanmu dalam mengenal luasnya dunia buku. Salam hangat, sehat-sehat selalu untuk kamu yang lagi membaca artikel ini.

Penulis: Dina Amalia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun