Epeolatry pada konteks puisi ini diungkap sebagai penggunaan kata yang disengaja dan amat berseni. 'Seni' di sini bukan sekedar terhadap penggunaan 'kata'nya saja, melainkan menjadi apresiasi penyair terhadap makna dari rangkaian kata-kata, hingga ritme atau irama syairnya.
Dimensi Psikologis dari 'Kata-Kata'
Masih diungkap oleh sumber yang sama yakni Zorox, epeolatry terkoneksi dengan kekuatan 'kata' yang membentuk suatu realitas. Seperti, bagaimana seorang epeolatry kerap menggambarkan pengalaman dan kondisi lingkungan disekitarnya yang bisa dengan cepat mempengaruhi emosi dan persepktifnya bahkan secara signifikan.
Contoh dekatnya seperti seseorang yang kerap mencurahkan isi hatinya atau pengalaman dirinya terhadap sebuah peritistiwa yang sedang atau pernah terjadi ke sosial media hingga blog dengan menggunakan sebuah rangkaian kata, entah dalam alunan puisi yang amat tersusun/terangkai atau hanya sekedar tulisan dan dialog rapi.
Biasanya, seorang epeolatry atau pengagum kata ini sudah merasa nyaman untuk mengungkapkan isi hatinya melalui tulisan atau puisi ketimbang harus melalui ucapan/lisan secara langsung. Atau istilah lainnya, ungkapan menggunakan kata-kata itu dijadikan sebagai 'alternatif' terbaik untuk bercerita.
Faktor penyebabnya juga beragam, dari mulai 'memang lebih nyaman' saja atau ada hal lain yang kurang mengenakan seperti misal ketika bercerita secara langsung ke kerabat terdekat, seringnya tidak ditanggapi atau tidak dihargai dengan baik, jadi lebih memilih untuk mengeluarkan semua isi hati atau unek-uneknya melalui tulisan hingga mencintai dan memperlajari/menggali esensinya.
Seorang epeolatry mengakui bahwasannya peran 'kata-kata' bukan hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, melainkan juga sebagai instrumen yang bisa menyembuhkan dan menginspirasi.
Epeolatry dalam Ekspresi dan Komunikasi
Seperti yang telah disinggung pada paragraf awal, bahwa 'kata-kata' menjadi unit paling kecil dari sebuah bahasa yang sudah melekat di kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi.
Dalam komunikasi sendiri, epeolatry terbentuk ketika seseorang bisa menemukan dan menggunakan kata-kata yang tepat. 'Tepat' di sini berwujud sebagai bentuk kegembiraan dari sebuah ungkapan yang baik dan rasa kepuasaan mengekspresikan diri ketika menggunakan sebuah kata dengan sangat fasih.
Epeolatry dalam konteks komunikasi ini adalah mengenai bagaimana menghormati dan menghargai nuansa/perbedaan setiap bahasa dan kemampuannya, guna menjembatani kesenjangan antara budaya dan manusia.
Signifikansi Budaya dari Epeolatry
Budaya, sangatlah berbeda-beda dan beragam. Seperti yang menjadi salah satu kekayaan di Tanah Air Nusantara ini, yakni mempunyai keberagaman bahasa dan juga budaya. Di mana setiap daerah pasti mempunyai bahasa yang berbeda bahkan logatnya pun juga berbeda-beda.
Dari perbedaan budaya lah yang dapat memperlihatkan epeolatry, dari mulai idiom, peribahasa, hingga tradisi linguistiknya.