Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal "Metrophobia", Ketakutan Terhadap Puisi

5 Agustus 2024   06:56 Diperbarui: 5 Agustus 2024   13:14 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata 'puisi' tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita, karena sebagian besar orang kerap mengungkapkan isi hatinya melalui melodi kata alias puisi, baik sudah menjadi kesukaan atau hanya sekedar ingin mengungkapan perasaan kepada seseorang yang amat spesial.

Namun, tahukah kamu bahwa ada ketakutan yang berlebih terhadap puisi. Ketakutan ini disebut dengan 'Metrophobia', di mana seseorang memiliki rasa takut terhadap puisi, baik untuk menulis, mendengar, ataupun membaca puisi. Arti lain dari fobia ini, yaitu rasa muak seseorang terhadap kata-kata yang indah. Metrophobia juga dianggap sebagai salah satu fobia yang paling spesifik.

Kata metrophobia sendiri merupakan gabungan dari bahaya Yunani, yakni 'mtron' kata dasar dari infleksional metr yang berarti meter, panjang, ukuran, puisi, musik, dan fobia. Metrophobia muncul pertama kali di Inggris sekitar akhir abad ke-20.

Melansir dari Riliv, ketakutan terhadap puisi bisa terlihat ketika masa kanak-kanak, seperti saat masa sekolah dasar, yakni jika pengidap berhadapan dengan puisi, ia akan merasa stres dan dampaknya pun akan berlanjut hingga dewasa, di mana setiap bertemu dengan puisi baik dalam bentuk syair (suara) ataupun tulisan akan menimbulkan rasa kecemasan dan ketakutan.

Ketakutan ini membuat pengidap tidak nyaman, terlebih ketika di sekitarnya kerap membagikan pesan berupa puisi. Kemudian, pengidap juga enggan untuk membaca buku-buku yang notabenenya belum mereka ketahui alias asing, karena merasa takut akan menemukan sebuah puisi.

Metrophobia sendiri terbagi menjadi dua, yakni sebagian takut pada semua jenis puisi, dan sebagian lainnya takut terhadap puisi yang ditulis dengan gaya khas tertentu.

Penyebab Seseorang Takut Puisi

Metrophobia merupakan subtipe dari Bibliophobia yang memiliki sebab serupa, yakni sebagai berikut:

1. Genetika

Faktor genetik, di mana pengidap memiliki riwayat tertentu yang sudah turun-menurun dari keluarga.

Seperti dalam fobia ini, biasanya faktor genetik yang menurun adalah rasa malu atau pemalu, di mana rasa malu ini bisa tiba-tiba muncul ketika sedang merasa tertekan atau cemas.

2. Trauma

Pengalaman kurang mengenakan yang pernah menimpa sehingga menyebabkan trauma. Dalam hal ini terkadang kerap kali dirasakan ketika masa sekolah.

Misal, ketika sekolah dasar pernah mendapat tugas untuk membuat puisi namun harus membacanya juga di depan kelas, bahkan diwajibkan menggunakan suara lantang atau deklamasi. 

Apabila siswa yang lain bersemangat untuk membaca, namun tidak dengan siswa yang memiliki sifat dasar pemalu, karena ia akan merasa tertekan menahan malu, hingga menyebabkan beberapa gejala seperti gugup, keringat dingin, hingga palpitasi jantung.

Contoh di atas merupakan faktor yang bersambungan dengan genetika. Tanpa disadari, hal seperti inilah menyebabkan rasa yang terus membekas dan diingat-ingat hingga dewasa, sehingga pengidap akan terus menghindari hal yang menurutnya kurang nyaman tersebut.

Tanda-Tanda Metrophobia

1. Kesulitan mengartikulasikan kalimat atau kata

Pengidap metrophobia akan kesulitan mengartikulasikan kalimat atau kata ketika diminta untuk membaca puisi, alhasil jadi terbata-bata.

2. Perasaan takut, panik, gelisah

Masih sama seperti poin 1, ketika diminta untuk membaca puisi dalam beberapa waktu mendatang, pengidap fobia ini akan larut memikirkan, perasaannya campur aduk antara takut dan gelisah, padahal masih jauh dari waktu yang telah ditentukan. Kemudian, ketika hari yang ditentukan telah tiba, dirinya akan mengalami rasa panik berlebih.

Biasanya, hal ini bisa ditemukan ketika masa sekolah dan mendapatkan tugas serupa.

3. Jantung berdebar kencang, dibarengi dengan keringat dingin

Ketika pengidap metrophobia berhadapan dengan puisi, entah dalam bentuk syair (suara) ataupun tulisan, ia akan merasa deg-degan dan segera menghindar.

Namun, jika ia dihadapkan dengan tugas yang berkaitan dengan puisi terutama untuk membaca di hadapan orang banyak, maka perasaannya akan campur aduk jadi satu, keringat dingin, deg-degan, hingga gelisah.

Apakah metrophobia bisa disembuhkan?

Mewarta dari Riliv, terdapat beberapa tahap perawatan yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan metrophobia, diantaranya:

1. Konseling

Pada tahap ini berguna untuk membantu pengidap supaya bisa memperbaiki masalah atau kekeliruan yang selama ini menerkam, baik dalam bertindak, berperasaan, dan berpikir.

2. Hipnoterapi

Poin ini, merupakan terapi yang berguna untuk membantu pengidap fobia dalam mengendalikan rasa takut atau cemas berlebih, sehingga bisa lebih rileks dan perlahan pulih.

3. Psikoterapi

Poin ketiga ini, merupakan pelayanan yang biasa digunakan oleh ahli untuk memberikan bimbingan dan memfasilitasi perubahan-perubahan positif yang sudah berhasil diperlihatkan oleh pengidap fobia.

4. Pemrograman Neuro-Linguistik

Terakhir, yakni NLP yang ditujukan untuk pendekatan komunikasi, supaya pengidap fobia bisa jauh lebih baik dalam mengontrol pikirannya, emosinya, dan perilakunya.

Keempat poin di atas menjadi terapi yang dibutuhkan oleh pengidap metrophobia, di mana fokus terapi tersebut sebagian besar untuk menghilangkan semua pemikiran negatif yang dirasakan oleh pengidap.

Membantu pengidap metrophobia untuk mengenal dan menghargai kebebasan dalam berkreativitas seorang penyair ataupun penikmat puisi merupakan tujuan utama dari terapi ini.

Jika kita bukan penggemar puisi, setidaknya kita bisa belajar untuk menghargai karya-karya penyair dan tidak takut akan untaian bait indahnya.

Fobia ini mungkin jarang sekali terdengar, namun jika kamu mengalaminya, jangan pernah ragu untuk segera konsultasi kepada ahli dan menjalani beberapa rangkaian perawatan.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan dalam mengenal luasnya dunia perbukuan. Salam hangat, salam literasi, semoga sehat-sehat selalu untuk kamu yang sedang membaca artikel ini.

Penulis: Dina Amalia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun