Ketika mendengar kata 'buku' dan 'membaca' tentu sudah menjadi hal yang sangat lumrah sekali, karena siapapun butuh informasi dan pengetahuan yang sebagian besar bersumber dari buku, bahkan sejak masa kanak-kanak kita sudah dikenalkan suku kata hingga bisa membaca.
Namun, tahukah kamu bahwa ada ketakutan yang amat berlebih terhadap buku dan membaca. Ketakutan atau kecemasan ini dikenal dengan sebutan 'Bibliophobia', dimana seseorang memiliki ketakutan yang besar terhadap buku. Fobia ini juga mengacu pada ketakutan membaca.
Bagi sebagian orang mungkin baru saja mendengar tentang fobia ini, karena menjadi hal yang tidak biasa terhadap buku alias berbalik dari kebiasaan yang sering kita temui, yakni mencintai buku (pencinta buku), dari gemar membaca hingga menjadi kolektor buku.
Melansir dari Very Well Mind, perlu diketahui, bahwa fobia ini menjadi salah satu jenis dari gangguan kecemasan. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah bukan rasa benci untuk membaca, melainkan rasa cemas ketika membuka buku yang mengakibatkan tekanan ekstrim dan melemahkan kondisi fisik, seperti menangis, berkeringat, gemeteran.
Pengidap fobia ini, terbagi menjadi dua, yakni takut terhadap semua buku atau hanya takut terhadap beberapa jenis buku saja, seperti misal takut dengan buku yang berbau sejarah, hingga cerita anak.
Kemudian, sisi yang ditakutkan oleh pengidap bibliophobia sendiri diantaranya dari 3 latar belakang, yakni memang takut terhadap buku itu sendiri, takut karena cerita yang terkadung dalam buku, dan takut akan tindakan membaca (misalnya seperti takut karena sering kali dipaksa untuk membaca bahkan dengan suara yang keras).
Penyebab Timbulnya Rasa Takut Terhadap Buku dan Membaca
Mewarta dan mengembangkan dari Cleveland Clinic, para ahli khususnya dari kesehatan mental belum mengetahui betul apa yang menjadi penyebab spesifik dari fobia buku. Namun, secara garis besar disebabkan dari 3 faktor kombinasi berikut ini:
1. Genetik
Penyebab pertama, yakni dari faktor genetik, di mana setiap orang memiliki riwayat tertentu yang menurun dari keluarga, biasanya dominan dari orang tua.
Tanpa disadari, ketakutan atau kecemasan terhadap buku ini bisa timbul dari faktor genetik.
2. Ketidakmampuan Belajar
Selanjutnya, yakni ketidakmampuan belajar salah satunya seperti disleksia, di mana gangguan ini biasa terjadi sejak masa kanak-kanak, gejalanya sendiri bisa dilihat dari beberapa tanda, seperti keterlambatan bicara, sulit membaca atau belajar kata-kata, hingga menulis.
Faktor tersebut yang pada akhirnya akan menyebabkan stres hingga rasa cemas terhadap buku.
3. Pengalaman Traumatis
Pengalaman yang kurang mengenakan terhadap buku dan mengakibatkan trauma, biasanya terjadi dari lingkungan, seperti yang sudah disinggung di atas, misalnya sering kali dipaksa untuk membaca dengan suara yang keras dihadapan orang lain sehingga menimbulkan rasa malu. Trauma lainnya seperti pernah dikucilkan saat masa kanak-kanak karena belum lancar membaca, sehingga hal ini terus membekas hingga dewasa dan akibatnya jadi merasa cemas terhadap buku.
Trauma yang hadir, sebagian besar timbul dari rasa malu dan paksaan, sehingga menyebabkan ketakutan tersendiri ketika harus berhadapan dengan buku dan bacaan.
Gejala BibliophobiaÂ
Tak sekedar gejala biasa, melainkan pengidap fobia buku mengalami gejala panik dan cemas berlebih seperti berikut ini:
Gejala Ringan: Gemeteran, Keringetan Berlebih, Mual, Pusing, Panik
Gejala ringan yang biasa dirasakan oleh pengidap fobia ini adalah gemeteran, keringetan berlebih, mual, pusing, serangan panik. Umumnya dirasakan ketika baru membuka buku, hingga harus membacanya. Gejala ini yang biasanya paling sering atau mudah terlihat oleh orang lain, yakni dari gestur atau raut wajah, seperti gemeteran dan serangan panik.
Namun, seperti yang telah disinggung di atas, bahwasannya gejala ini akan nampak jika pengidap melihat beberapa kategori buku tertentu yang ia takuti, seperti misalnya takut dengan buku yang berbau sejarah, atau horor, atau cerita anak, dan sebagainya.
Gejala Berat: Palpitasi Jantung, Sesak, Gangguan Pencernaan
Gejala paling berat yang sudah akut dirasakan, yakni palpitasi jantung, sesak, dan gangguan pencernaan. Pada kategori ini, pengidap biasanya sudah merasa takut dan cemas dilevel tertinggi hingga membuat dirinya terus memikirkan ketakutan yang ia idap ini, dan berujung pada gangguan kesehatan.
Baik ringan ataupun berat, gejala yang dirasakan pengidap fobia buku ini dominan menyimpan/menyembunyikan ketakutannya sendiri dan memperlihatkan dirinya selalu baik-baik saja didepan orang banyak. Namun, gerak-gerik pengidap kerap terlihat oleh orang lain melalui perilakunya.
Perilaku Menonjol dari Pengidap Bibliophobia
Fobia ini menjadi pemicu beberapa perilaku tertentu, diantaranya seperti:
1. Kerap menghindari buku-buku atau bacaan
Jika tetap melakukan kegiatan pada umumnya dan ada kewajiban untuk memiliki buku, biasanya akan sekedar memiliki saja.
2. Mengindari sekolahÂ
Meskipun wajib, pengidap fobia ini sering kali menghindar untuk sekolah, alias suka bolos dengan berbagai alasan.
3. Mengindar untuk masuk ruang bacaÂ
Terus menghindar untuk masuk ke ruang baca, seperti perpustakaan, toko buku, taman baca, dan sebagainya yang berhubungan dengan buku atau bacaan.
4. Enggan ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan buku
Ada saja alasan ketika diajak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan buku, misalnya acara bazar buku, atau sekedar pergi ke toko buku, ke museum, bahkan hingga untuk kerja kelompok bersama teman sekelas.
5. Tidak mau membaca infromasi sendiri
Terkadang tidak mau membaca informasi sendiri, melainkan meminta bantuan seperti ke teman untuk membacakan sebuah informasi penting tertentu.
Pengobatan Fobia Buku
Jika kita merasakan ketakutan terhadap buku dan membaca, namun bukan berarti kita bisa memvonis fobia ini secara mandiri.
Mewarta dari Cleveland Clinic dan Very Well Mind, memang belum ada tes yang secara spesifik mendiagnosa rasa cemas terhadap buku. Namun, kita bisa berdiskusi dan meminta pertolongan kepada dokter & ahli dari kesehatan mental.
Pengobatan dan perawatan yang akan diberikan biasanya mengarah kepada terapi, diantaranya akan dibimbing untuk membangun pola pikir baru mengenai buku dan akan perlahan didorong untuk membaca buku beberapa halaman. Terapi yang digunakan ini bernama eksposur, yang merupakan pengobatan secara umum untuk pengidap fobia, di mana pada terapi ini dijalankan secara bertahap, dan akan langsung dihadapkan dengan objek ketakutan kita guna membantu mengatasi rasa takut, hingga bisa memutus fase penghindaran.
Fobia ini memang tergolong cukup unik dan tidak biasa, namun tidak menutup kemungkinan untuk bisa kembali normal, yang terpenting ketika kita merasakan gejala fobia ini, jangan pernah ragu untuk mencari pertolongan dan segera berdiskusi ke dokter atau ahli khususnya kesehatan mental.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan dalam mengenal luasnya dunia buku yaa. Salam hangat, sehat-sehat selalu untuk kamu yang sedang membaca artikel ini.
Penulis: Dina Amalia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H