JokPin, sapaan hangat Joko Pinurbo, salah satu penyair terbaik yang Indonesia miliki. Bagi sebagian orang mungkin belum mengenalnya, tetapi bagi penggemar dan pegiat sastra, beliau hangat dikenal bersama dengan karya-karya puisi yang sangat luar biasa, juga seperti cermin bagi dirinya, yakni sangat sederhana.
Mengulas kebelakang, kali pertama mengenal beliau bukanlah langsung dari karya-karya puisinya, melainkan dari buku favorit saya yang selalu ada di meja kerja, yakni buku puisi 'Pelajaran Berlari' karya Mas Didik Siswantono.Â
Pada halaman yang berjudul 'Bus Nguing-Nguing', JokPin abadi di dalamnya. Puisi pada halaman tersebut sangatlah sederhana namun sangat penuh makna, tetapi pada saat saya membaca pertama kali juga bertanya-tanya, siapa itu JokPin? begitu rapih tulisan ini dituju untuknya.
Terlepas dari karya 'Bus Nguing-Nguing', saya juga terngiang atas nama yang tertera pada cover buku Mas Didik, yakni bertuliskan 'Pengantar: Joko Pinurbo'. Ketika membaca sebatas judul, saya cuek saja dan berpikir 'hanya nama', tetapi buku yang tinggal di meja kerja ini malah semakin membuat saya terus bertanya-tanya, 'siapa itu Joko Pinurbo?'.Â
Kemudian, saya baca pengantar buku Mas Didik yang ditulis oleh JokPin pada 8 Febuari 2015, sangat detail dan genap sekali memberikan warna pada buku puisi ini, kata-katanya sangat sederhana namun mampu memberikan makna yang mendalam untuk beberapa puisi pilihan yang diulas pada buku ini. Tetap saja, begitu selesai mengulik pengantar, tidak tertera informasi yang saya cari, 'siapa itu Joko Pinurbo?'.
Dari buku puisi 'Pelajaran Berlari' yang diantarkan oleh JokPin tersebutlah, baru saya mencari tahu siapa beliau, dan apa saja karya-karyanya yang bisa saya nikmati. Bertemulah saya kemudian, dengan karya JokPin yang ketika pertama kali membacanya, saya agak kebingungan atas judulnya, yakni 'Selamat Menunaikan Ibadah Puisi'.Â
Judul unik yang terus mengiang dikepala, berisi 190 puisi sederhana, bercampur dengan celotehan khasnya yang jenaka, kalau membacanya suka membuat kita ketawa-ketiwi sendiri.Â
JokPin, melalui karya buku puisi yang membius ini, sangat bercengkerama sekali dengan barang-barang kesehariannya dan juga organ tubuh, seperti celana, ranjang, kulkas, toilet, dada, payudara, wajah, dan masih banyak yang lainnya, ia berhasil membawa sekelilingnya ke dalam alunan puisi hingga kaya makna.
Karya-karya JokPin, berhasil mengubah sudut pandang saya terhadap puisi. Ketika semasa sekolah dasar hingga menengah, saya sering membaca beberapa karya puisi dan bertemunya selalu dengan puisi yang baku, sampai berpikir bahwa puisi itu kebanyakan mengandung kata-kata yang hiperbola atau baku sekali. Hingga akhirnya saya bertemu dengan karya-karya Jokpin, dimana puisi-puisi yang dibuatnya sangat sederhana dan apa adanya, pilihan kata-katanya tidak berat malah sangat bersahabat sekali dengan bahasa sehari-hari.